bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Menjelang Magrib, Kisah Nina di Gubuk Pasung

Ditulis oleh Suci Maharani R
Menjelang Magrib
2.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Gangguan jiwa bukan hal yang aneh lagi di kalangan masyarakat. Namun ada yang berbeda dari gangguan jiwa yang dialami oleh Nina. Gadis muda ini hanya kumat setiap menjelang maghrib.

Alhasil Nina harus dipasung karena ia akan berteriak dan mengamuk setiap sore hari. Anehnya, semua ini akan berhenti ketika adzan magrib berkumandang. Menjelang Magrib (2022) bukanlah sekedar film horor yang ingin mengeksploitasi mengenai takhayul saja.

Film ini juga didedikasikan kepada mereka yang terpaksa hidup dalam pasungan, karena disangka gila atau kerasukan. Sayangnya film besutan sutradara Helfi Kardit ini sepertinya kehilangan beberapa aspek penting, terutama esensi ceritanya.

Lalu, bagaimana kisah Nina yang katanya diganggu makhluk halus setiap menjelang magrib? Untuk mengetahui jawabannya, kamu bisa membaca sinopsis dan review filmnya di bawah ini.

Sinopsis

Menjelang Magrib_

Orang-orang percaya dengan larangan melangkahi bambu yang melintang di jalan. Bambu dianggap rumah bagi para roh jahat yang bisa merasuki manusia.

Hal inilah yang katanya sedang dialami oleh Nina (Novia Bachmid). Gadis belia ini kehilangan hidup normalnya setelah melangkahi bambu yang melintang di jalan pada sore hari. 

Setelah kejadian itu, Nina kerap mengamuk dan berteriak tidak karuan di sore hari hingga menjelang magrib. Anehnya, Nina akan kembali tenang seperti semula tepat setelah adzan magrib berkumandang.

Nenek (Tien Kadaryono) mengatakan, Nina sudah dibawa ke dokter hingga ke orang pintar. Menurut dokter, Nina terkena penyakit mental yang namanya delirium dan sudah dinyatakan sembuh. 

Sementara kata orang pintar, Nina diganggu oleh roh nenek moyang yang ingin menyampaikan pesan. Melihat hal ini, ketiga mahasiswa/i jurusan psikologi mulai penasaran dengan kondisi Nina yang sesungguhnya. 

Thalia (Annette Edoarda), Erlan (Jeffry Reksa) dan Ahmad (Fajar Kurniawan) menelaah kondisi Nina. Saat mengunjungi Nina, mereka menemukan fakta mengejutkan, ternyata Nina sudah mengalami hal ini selama 3 tahun. 

Hari demi hari mereka melihat bagaimana Nina dipasung saat menjelang magrib. Anehnya hanya Pak Harun (Reza Pramez) yang boleh memasung memasung Nina.

Tak sampai di situ, ketika cuaca masih cerah, Nina kerap pergi ke hutan hanya untuk menyirami pohon bambu. Nina juga kerap melantunkan tembang yang terdengar cukup horor di telinga ketiga mahasiswa ini. 

Sebenarnya sejak awal, Erlan sudah mengatakan bahwa kondisi Nina memang memiliki hubungan yang kuat dengan hal mistis. Namun, Thalia dan Ahmad yang tidak ingin termakan takhayul.

Tapi, perlahan-lahan mereka percaya akan teori Erlan. Bahkan, Thalia sampai nekat untuk mencari tahu sendiri kebenaran akan hal ini hingga ia bertemu dengan sosok nenek-nenek yang menyeramkan. 

Selama penelitian berlangsung, tidak ada hal yang signifikan hingga membuat ketiganya merasa down. Keresahan mereka juga bertambah dengan berbagai kejadian mistis yang dialami.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk menelaah semua yang didapatkan. Ternyata, mereka menemukan adanya hubungan kuat antara diagnosa orang pintar dengan kehidupan Nina. Gadis ini tinggal di gubuk yang beralaskan tanah. Di dalamnya juga terdapat bambu. Kemudian, ada Nina yang terpasung tidak berdaya di dalam sana. 

Di dalam gubuk tersebut, Nina dianggap sedang menyatukan diri dengan roh. Ada perubahan dari terang menuju gelap, seperti pergantian siang hari menuju malam hari yang kemudian dikenal sebagai menjelang Magrib.

Di rumah pasung, roh itu bisa memasuki tubuh Nina. Tubuhnya dianggap mempunya unsur alami yang sulit dijelaskan sehingga roh yang masuk ke tubuhnya akan menyiksa Nina sepanjang malam. Hanya di rumah pasung roh dan Nina bisa bersatu.

Ketika Nina kembali ke rumah, roh tidak bisa menggapai tubuhnya. Hal itulah yang dipercaya membuat Nina mengamuk. Anehnya, roh itu tidak pernah melukai siapapun. Namun, ia terus mengoceh tentang manusia dan alam.

Suatu hari, Thalia, Erlan dan Ahmad nekat untuk melihat proses Nina saat dirasuki oleh roh. Bahkan, mereka menaruh kamera di rumah pasung untuk mengawasi Nina semalaman.

Benar saja, ketiganya menemukan sesosok nenek bongkok yang terlihat berjalan di sekitar tubuh Nina. Sejak saat itu, ketiganya kerap dihantui dengan berbagai kejadian mistis hingga terjebak dalam hutan bambu di malam hari. Apa yang sebenarnya terjadi?

Penuh Plot Hole yang Mengganggu

Konsep Mokumenter yang Cukup Berhasil_

Seperti yang sudah saya singgung sejak awal, Menjelang Magrib (2022) mengangkat kisah korban pemasungan. Orang yang dianggap memiliki gangguan jiwa atau kerasukan, membuatnya kehilangan kebebasan karena harus terpasung.

Saya menyukai premis ini, fenomena lumrah ini sudah menjadi momok yang seharusnya tidak dibiarkan. Dalam Menjelang Magrib (2022), masalah ini terpampang dengan sangat nyata dalam kisah hidup Nina. Helfi Kardit memberikan benturan antara medis dan mistis.

Ketika tiga orang mahasiswa psikologi yang ingin meneliti keadaan Nina, mereka diberitahu bahwa gadis ini mengidap penyakit bernama delirium.

Dalam medis, delirium menyebabkan penurunan kesadaran yang bersifat akut dan fluktuatif. Penderitanya akan merasa kebingungan parah dan kurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar selama beberapa hari.  

Sementara dari sisi mistis, Nina dianggap mengalami gangguan dari makhluk halus setelah melangkahi bambu melintang di sore hari. Bagi orang sekitar, bambu menjadi tempat para roh berkumpul. Karena Nina melanggar aturan itu, alhasil ia dirasuki oleh sosok yang katanya nenek moyang mereka.

Dua hal yang saling bersebrangan ini dibenturkan dalam film seolah Helfi Kardit ingin menunjukkan bahwa keduanya bisa berjalan beriringan.

Hanya saja ia melupakan hal penting lainnya, yaitu mengenai background dari para karakternya. Tidak ada penjelasan detail kenapa Nenek Moyang memilih merasuki Nina dan ada hubungan apa di antara keduanya. Hal ini membuat pesan nenek moyang tidak tersampaikan dengan baik.

Belum lagi ending yang dipilih yang blunder dan cukup fatal bagi saya. Alih-alih menjadi penyelesaian, akhir kisahnya justru menimbulkan pertanyaan lain.

Tidak ada alasan yang jelas kenapa Nina harus dilepas dari pasungan dan dibiarkan berkeliaran begitu saja. Esensi kebebasan yang ingin disampaikan terasa semu, karena penonton bisa mengartikannya secara berbeda, entah ke arah positif atau negatif.

Akting Memukau dari Nina dan Thalia

menjelang magrib_

Selama menonton Menjelang Magrib (2022), ada dua orang yang paling mencuri perhatian. Pertama tentu saja Novia Bachmid yang memerankan karakter Nina. Saya ingin membicarakan soal kemampuan aktingnya sebagai pendatang baru. Saya akui kemampuannya patut diapresiasi.

Saya bisa melihat bagaimana Novia berusaha untuk memasuki karakter Nina. Mulai dari dari sorot mata hingga body language yang diberikannya, saya bisa merasakan tubuhnya tidak dijalankan oleh dirinya sendiri. Ia benar-benar bisa menampilkan seorang gadis muda hidup berdampingan dengan roh dalam satu tubuh.

Satu-satunya yang terasa mengganjal bagi saya, makeup prostetik yang digunakan di bagian kepalanya agak kurang clean. Kontras warna antara kulit asli Novia dengan makeup di bagian kepalanya terasa kurang alami. Sepanjang 102 menit filmnya berjalan, saya merasa terganggu dengan makeup kepala dari Novia.

Selain Novia yang menampilkan akting yang penuh kegelapan, karakter yang lebih cerah diberikan oleh Annette Edoarda sebagai Thalia. Mahasiswi psikologi ini terlihat penuh semangat dan tidak takut jika harus menantang diri.

Thalia memang gadis yang penuh dengan rasa penasaran, makanya ia tidak segan untuk mendekati dan mengenal sosok Nina. Yang saya suka dari Annette Edoarda, ia benar-benar memberikan akting yang polos layaknya anak muda pada umumnya.

Ekspresi wajahnya sangat natural, seakan-akan ia memang sedang melakukan penelitian. Tidak bisa dipungkiri bahwa Annette memang terlihat sangat cantik, namun hal ini diimbangi dengan kemampuan akting yang mumpuni.

Development karakter keduanya juga sangat bagus. Sayangnya pujian tadi tidak berlaku untuk karakter lainnya. Sebut saja karakter Erlan dan Ahmad, bagi saya development karakter dua orang ini stuck.

Yang paling membingungkan justru karakter hantu Nenek Bongkok yang tidak jelas latar belakangnya. Keterangan tabib di zaman Kerajaan Mataram masih kurang untuk membuat penonton memahami karakternya.

Konsep Mokumenter yang Cukup Berhasil

Penuh Plot Hole yang Mengganggu_

Baca Juga: Sinopsis dan Review Film Horor Indonesia Keramat (2009)

Sejak menonton trailer-nya, saya sangat excited karena film ini mengusung konsep mockumentary. Seluruh film ini diambil secara amatir, sehingga berbagai peristiwa mistis terasa lebih real. Saat menontonnya, saya jadi teringat dengan film Keramat (2009) karya sutradara Monty Tiwa.

Saya tidak memiliki masalah akan konsep ini, apalagi film ini tidak hanya mengandalkan dari satu sudut pandang kamera saja. Ada dua hingga tiga kamera yang digunakan oleh Thalia, Ahmad dan Erlan untuk mengisahkan kehidupan mereka bersama Nina.

Setiap gambar yang diambil oleh kamera mereka benar-benar membuat perasaan penonton seperti ikut dihantui. Namun ada satu hal yang terasa mengganggu, di bagian awal film ini kameranya terlalu banyak goyang.

Ketika menonton filmnya, saya merasa agak pusing dengan kondisi gambar yang tidak jelas padahal pemandangannya sangat indah dan asri. Lalu, ada sedikit efek visual yang sebenarnya sangat sederhana, tapi digarap kurang natural dan smooth.

Salah satu contohnya adalah ketika kamera mengalami gangguan saat sosok nenek bongkok tiba-tiba hadir di sekitar Nina. Untungnya, semakin lama filmnya berjalan, camera work yang ada dalam film ini semakin membaik. Saya juga menyukai pemandangan matahari terbit hingga matahari terbenam yang diperlihatkan, benar-benar sangat indah.

Selain itu, film ini memiliki kekuatan jumpscare yang luar biasa. Tidak sekedar ingin membuat penonton kaget, penempatan jump scare-nya juga terasa pas.

Untuk menambah intensitas kegerian, mereka menambahkan musik latar yang sangat khas tradisional. Dengan sound seperti itu timbul kesan mengintimidasi penonton secara perlahan.

Memiliki suasana yang berbeda, Menjelang Magrib (2022) sebenarnya memiliki pesan yang sangat mulia. Film horor ini sepertinya tidak terlalu mementingkan sisi komersial, justru ingin mengkampanyekan soal korban pemasungan di Indonesia. Sayangnya pesan ini bisa disalahartikan, karena esensi kebebasan bagi ODGJ di sini masih sangat semu.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram