bacaterus web banner retina

Review dan Sinopsis Film Komedi Mau Jadi Apa? (2017)

Ditulis oleh Yanyan Andryan
Mau Jadi Apa?
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Film Mau Jadi Apa? Merupakan debut pertama Soleh Solihun sebagai sutradara. Dalam menggarap film ini, ia tidak sendirian karena melakukannya bersama dengan seorang sutradara handal bernama Monty Tiwa.

Selain dibintangi oleh dirinya sendiri, Soleh juga mengajak teman-temannya di stand-up comedy Indonesia untuk bermain dalam film garapannya ini mulai dari Boris Bokir, Adjis Doaibu, Awwe, Aci Resti, Uus, Ernest Prakasa, Hifdzi Khoir, dan Ridwan Remin.

Mau Jadi Apa? Mengambil latar waktu di pertengahan 1990an, hingga awal 2000an, dan mengisahkan kehidupan Soleh beserta teman-temannya semasa berkuliah di Universitas Padjajaran Bandung.

Film ini cukup terasa menarik karena diisi dengan soundtrack populer di masa-masa tersebut yang berasal dari band-band indie serta major terkenal mulai dari band Naif, Pure Saturday, Pas Band, Cherry Bombshell, Slank, Laluna, hingga Netral.

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun rilis: 2017
  • Genre: Comedy
  • Rumah produksi: Starvision Plus dan Millennia
  • Sutradara: Monty Tiwa, Soleh Solihun
  • Pemeran Utama: Soleh Solihun, Anggika Bolsterli, Aurelie Moeremans, Boris Bokir, Adjis Doa Ibu, Awwe

Soleh Solihun akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya sendiri, dan harapan kedua orangtuanya untuk berkuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Selepas menggelar syukuran di rumahnya, Soleh mulai menyiapkan berbagai macam rencana untuk memulai hidupnya sebagai seorang mahasiswa di Unpad.

Seperti biasa, Soleh harus mengikuti masa-masa orientasi pengenalan kampus atau ospek bersama dengan teman-temannya yakni Fey, Lukman, Marsyel, Eko, dan Syarif. Selama ospek, Soleh ternyata menyukai seorang gadis, mahasiswa baru seangkatan dengannya, yang bernama Ros.

Setelah masa ospek selesai, Soleh beserta teman-temannya berusaha untuk mengikuti beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Namun, mereka selalu merasa tidak cocok, dan tidak pernah benar-benar serius dalam mengikuti setiap kegiatan tersebut. Akhirnya, Soleh pun masuk ke dalam UKM majalah mahasiswa yang bernama Fakta Jatinangor karena ada Ros yang ikut di sana.

Soleh, dan Ros ternyata sama-sama penggemar berat band Slank. Karena hal itu mereka menjadi lebih dekat. Di sisi lain, Soleh merasa tidak betah di dalam Fakta Jatinangor karena ide tulisannya tidak disetujui oleh Pemimpin Redaksinya yang bernama Panji. Soleh pun mau tidak mau harus keluar dari UKM tersebut, dan mulai membuat rencana baru bersama teman-temannya.

Bersama dengan Fey, dan yang lainnya, mereka kemudian memutuskan membuat majalah kampus tandingan Fakta Jatinangor, yang isi tulisannya tidak ada muatan politiknya, dan lebih ke arah hiburan mulai dari film, olahraga, musik, hingga gosip seputar percintaan antar mahasiswa Unpad.

Mereka selanjutnya menamai majalah kampus tersebut dengan nama Karung Goni, yang merupakan kepanjangan dari Kabar, Ungkapan, Gosip, dan Opini. Awalnya, mereka kesulitan dalam mendapatkan pembaca, tapi lambat laun semua mahasiswa mulai membaca Karung Goni karena tertarik pada rubik gosip percintaan diantara mahasiswa Unpad.

Suatu hari, Soleh beserta teman-temannya harus berhadapan dengan pihak kampus karena salah satu artikel yang mereka tulis membeberkan skandal asusila yang melibatkan seorang dosen kepada mahasiswinya.

Masalah tidak hanya itu saja, Soleh juga harus menyelesaikan konflik asmaranya dengan Ros, sedangkan teman-temannya pun mulai menghadapi masalahnya masing-masing.

Penuh dengan Nostalgia

Penuh dengan Nostalgia

Sebagai seorang sutradara debutan, Soleh Solihun terlihat menggarap film ini dengan sangat antusias sekali. Bersama dengan Monty Tiwa, keduanya menjadikan film Mau Jadi Apa? terasa renyah lewat kehidupan perkuliahan Soleh dan teman-temannya, yang penuh intrik serta kelucuan. Soleh, dan Monty juga memberikan beragam sajian kultur populer yang sangat pas dengan latar waktu film ini.

Detail budaya populer yang sedang trend di akhir 1990an, hingga awal-awal 2000an begitu kental mewarnai film ini. Bagi kita yang besar di periode tersebut mungkin setidaknya akan sedikit bernostalgia dengan beberapa referensi lagu yang menjadi soundtrack Mau Jadi Apa?

Senandung lagu Penggalan Kisah Lama dari Laluna, Jikalau milik Naif, dan Kuliah Pagi dari Harapan Jaya adalah beberapa lagu yang tidak akan asing di telinga kita yang menontonnya.

Periode 90an menjadi salah satu kekuatan pada film ini. Soleh serta Monty mengemasnya lewat cara yang fresh sehingga dapat dinikmati oleh penonton era sekarang. Aspek tersebut pada akhirnya memang membuat keseluruhan alur ceritanya menjadi lebih segar, dan terkadang menimbulkan gelak tawa ringan karena sajian komedinya terasa cukup bisa dinikmati.

Lelucon-lelucon tersebut kemudian dibuat dengan menghubungkannya pada kejadian-kejadian yang ada di masa kini. Untungnya, aspek komedi tersebut tidak keluar jalur, dan masih berada pada koridor film yang berlatar di 90an.

Dengan durasi tayang sekitar 1 jam 43 menit, menonton film Mau Jadi Apa? terasa sangat menyenangkan, dan membuat kita bernostalgia pada kehidupan semasa menjadi mahasiswa dengan segala problematikanya.

Komedi yang Mudah Dicerna

Komedi yang Mudah Dicerna

Soleh Solihun selain dikenal sebagai seorang stand up comedy, ia juga merupakan mantan jurnalis majalah Trax, Playboy Indonesia, hingga Rolling Stones Indonesia. Aura jenaka yang melekat pada dirinya juga berpengaruh pada film ini sehingga lelucon khas ala “Soleh” muncul di jalan ceritanya, yang mengajak kita untuk bersenang-senang lewat segala konflik yang disajikan.

Film Mau Jadi Apa? menggunakan formula breaking the fourth wall, dimana ia bakal menghadap ke kamera, dan seakan mengobrol dengan kita para penonton menggunakan logat bahasa Sunda yang sangat kentara.

Setiap adegan tersebut muncul akan terasa lebih lucu karena kita bisa melihat mimik muka Soleh yang kocak dengan gaya penampilannya yang terlihat “culun” mulai dari rambut panjangnya, serta tingkahnya yang canggung.

Penampilan Soleh sebagai pemain utamanya harus diancungi jempol karena mampu memberikan gelak tawa yang ringan, dan renyah. Chemistry Soleh dengan para pemain lainnya, yang merupakan sesama komedian, terlihat solid dan kuat. Boris Bokir (Lukman), Adjis Doaibu (Marsyel), Awwe (Eko), memberikan hiburan komedi yang tidak berlebihan, dan mudah sekali untuk dicerna.

Salah satu yang menjadi sorotan, dan menarik perhatian adalah akting memikat dari Anggika Bolsterli sebagai Fey. Perempuan yang berdarah campuran Swiss-Jawa ini tanpa disangka-sangka tampil ekspresif, dan penuh semangat.

Ia adalah satu-satunya perempuan yang ada dalam geng Soleh dan kawan-kawan. Anggika terasa nyaman bersama dengan mereka hingga berhasil tampil lepas dalam membawakan karakternya itu.

Film ini juga sedikit memberikan bumbu-bumbu romantis yang terjadi diantara Soleh, dan Ros (Aurélie Moeremans). Kisah asmara mereka pun disajikan ala kadarnya, dan menjadi pemanis, serta penambah polemik yang terjadi pada kehidupan Soleh.

Di sisi lain, Mau Jadi Apa? tidak terlalu memperlihatkan visual yang berlebihan, dan “norak.” Film ini untuk urusan sinematografi terasa cukup baik dalam menggambarkan situasi 90an di lingkungan Unpad, mulai dari latar Jatinangor, serta pemilihan kostum para pemainnya sangat cocok pada era tersebut.

Tidak Akan Terasa Bosan

Tidak Akan Terasa Bosan

Secara garis besar, film Mau Jadi Apa? terasa sangat menghibur, dan menyenangkan. Film ini mampu menyampaikan segala bentuk kelucuannya dengan cara yang ringan. Memang ada beberapa celetukan yang terdengar tanggung, tapi hal tersebut tidak mengurangi esensi hiburan yang disajikan pada jalan ceritanya.

Duet Soleh Solihun, dan Monty Tiwa sekali lagi cukup berhasil membuat film ini bersinar, dan penuh dengan nuansa nostalgia. Walaupun begitu, Mau Jadi Apa? sayangnya kurang baik dalam mengeksplorasi para karakter pendukungnya, terlebih lagi saat mengulik permasalahan pribadi yang harus dihadapi oleh temannya-temannya seperti Fey, Lukman, Marsyel, dan Eko.

Film ini juga sepertinya terlalu banyak menampilkan pemain, yang ujung-ujungnya hanya bertindak sebagai cameo belaka mulai dari Uus, Ernest, Gading Marten, Andhika Pratama, Tike Priatnakusumah, Ridwan Remin, Karina Suwandhi hingga band The Changcuters.

Terlepas dari hal tersebut, film Mau Jadi Apa? adalah tontonan penuh gelak tawa ringan yang menyenangkan untuk dinikmati. Film ini memiliki unsur komedi yang cukup kuat karena dibintangi oleh sejumlah komika Indonesia yang namanya sudah tidak asing lagi.

Dengan segala kekurangannya, Mau Jadi Apa? merupakan film sederhana yang tidak akan membosankan, dan sangat segar untuk ditonton.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram