bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Maska, Antara Cita-Cita atau Kafe Keluarga

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Maska
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Rumi adalah anak tunggal dari sebuah keluarga pemilik kafe legendaris. Ayahnya sudah meninggal sejak lama dan sang ibu berjibaku seorang diri mengelola kafe tersebut. Harapan ibunya adalah Rumi bisa meneruskan bisnis kafe mengingat dia juga sudah mulai tua. Namun, di luar dugaan, anak semata wayang itu punya cita-cita lain.

Rumi ingin menjadi aktor! Dia berkeras pergi ke Bollywood dan tak ingin sibuk di dapur membuat roti Maska yang disajikan dengan olesan mentega hangat. Keinginannya membuahkan satu keputusan yang mengecewakan sang bunda. Ingin tahu kelanjutan ceritanya? Sinopsis dan ulasan Maska (2020) dalam artikel ini sedikit memberi bocorannya. Simak untuk lebih jelas!

Sinopsis

Rumi Irani (Pritt Kamani) berulang tahun. Ibunya, Diana Irani (Manisha Koirala), antusias ‘melungsurkan’ barang-barang peninggalan almarhum suaminya, Rustom Irani (Javed Jaffrey) pada sang buah hati. Pertama, Diana meminta Rumi mencoba sepatu kulit buatan Italia yang dipakai Rustom saat menikahinya. Sayang sepatu dambaan banyak lelaki di eranya itu kekecilan di kaki Rumi.

Barang lain yang diberikan pada Rumi adalah jam tangan. Kali ini anak lelaki itu menyukainya. Diana mengatakan setiap Rumi memakai barang-barang milik Rustom, dia merasa sang suami masih bersamanya. Rumi sendiri lahir 19 tahun lalu dengan takdir yang seolah sudah ditentukan. Dia akan menjadi seperti Rustom, seorang pembuat roti dan pengelola Kafe Rustom.

Kafe Rustom yang berdiri dari 1920 pernah berjaya walau kini tak ubahnya seperti sebuah relik. Diana percaya saat nanti Rumi mulai menjalankannya, kafe itu akan kembali ramai, reputasi lamanya yang baik akan kembali. Namun, Diana tampaknya tak tahu pada satu malam saat kontes lokal koloni diadakan, semua itu akan berubah selamanya.

Film berlanjut, memperlihatkan kejadian di masa lalu ketika kontes lokal koloni yang dimaksud. Di sana seorang pria terlihat berkomedi tunggal. Dia berhasil menghidupkan suasana dengan membuat para penonton tertawa. Tak lama, acara kontes pun dimulai. Terdapat setidaknya sepuluh anak muda berbakat yang akan tampil. Dua pemenangnya akan dinobatkan sebagai Putra dan Putri Firozsha Baag 2017.

Dari sepuluh anak muda yang tampil, terdiri atas lima pemuda dan lima pemudi, terpilih Persis Mistry (Shirley Setia) sebagai pemenang putri dan Rumi Irani sebagai pemenang putra. Diana yang melihat kemenangan anak lelakinya dari bawah panggung bersorak gembira. Dia dan seorang kerabatnya bernama Ibu Billimoria menyambut Rumi lalu berfoto bersama.

Bu Billimoria ikut senang dengan kemenangan Rumi. Dia lalu menyarankan Diana mengapa tidak mengirim Rumi yang tampan menjadi bintang Bollywood? Alih-alih menjawab, Diana buru-buru mengalihkan pembicaraan dan mengajak Billimoria pergi meninggalkan Rumi sendiri. Perkataan Bu Billimoria rupanya meracuni pikiran Rumi. Sejak itu dia mulai terobsesi menjadi bintang.

Rumi mulai kerap berakting seorang diri dan mencari-cari kursus akting di Mumbai. Rencana dan mimpi Rumi yang mustahil ini tak diketahui oleh Diana. Hasilnya, ibu tunggal tersebut tetap menggantungkan harapan pada Rumi untuk mengelola kafe selepas dia wisuda. Sambil membantu ibunya menyiapkan roti maska pesanan pelanggan, Rumi terus mencari informasi yang dapat membantunya mencapai mimpi.

Salah satu upaya Rumi adalah mengikuti kelas akting. Rupanya selain mengais ilmu, di sana Rumi bertemu dengan gadis pujaan hatinya. Gadis itu adalah Mallika Chopra (Nikita Dutta). Pemuda ini begitu serius menekuni kelas akting. Sampai untuk ujian akhir kuliah aktingnya dia berani berdandan seperti Mahatma Gandhi sembari menjadi kasir di kafenya.

Dandanan seperti itu tentu membuat pengunjung kaget, tidak terkecuali Persis. Gadis itu pergi ke kafe guna menemui Diana. Dia ingin melakukan wawancara dengan seorang pemilik kafe untuk tugasnya. Tak lama Diana datang dan menjadi yang paling terkejut di antara lainnya. Dia kaget melihat Rumi berkepala botak mengenakan pakaian putih, persis seperti Gandhi.

Sebelum pergi karena harus ujian akhir, Rumi menerima ocehan Diana yang berulang kali menyebutnya aneh dan pengigau. Wanita paruh baya itu melanjutkan bahwa dia divonis atritis dini dan butuh operasi. Namun, operasi yang harus segera dilakukan terpaksa ditunda karena menunggu Rumi siap mengelola kafe.

Tiba saatnya Rumi memperlihatkan kemampuan aktingnya di depan juri. Sayangnya, juri terlihat tidak terkesan. Padahal sebelum itu Rumi sudah sangat percaya diri. Dia bahkan mencoba sedikit menenangkan Mallika yang gugup dan tak percaya diri di belakang panggung. Hasil dari ujian akhirnya tak memuaskan. Mallika yang gugup di awal justru mendapat piala sebagai bentuk penghargaan, sementara Rumi hanya mendapat sebuah mug.

Melihat Rumi duduk seorang diri sementara dirinya berfoto bersama seorang aktor Iran bernama Boman Irani, Mallika memanggil sang kekasih dan mengenalkan Rumi padanya serta meminta mereka berdua berfoto bersama. Rumi yang sangat ingin menjadi seperti Boman Irani begitu mengagumi sang aktor. Sebelum berpisah Boman mengatakan agar Rumi jadi dirinya sendiri.

Hubungan antara Mallika dan Rumi terlalu selalu mesra dan intim. Gadis itu bahkan meminta Rumi untuk tinggal bersama karena agar lebih mudah mengikuti audisi-audisi peran yang berjarak lebih dekat dengan kediaman Mallika. Namun, sebagai lelaki Parsi, Rumi hanya tinggal bersama ibunya. Dia malah meminta Mallika untuk menemui ibunya guna membicarakan masalah ini.

Gadis itu menolak karena dia hanya ingin tinggal bersama, bukan menikah. Mallika sendiri rela meninggalkan apa pun, termasuk keluarganya untuk meraih mimpi menjadi aktor. Tak ada yang pernah setuju dengan keinginan gadis itu kecuali Rumi dan dirinya sendiri. Kira-kira apakah Rumi akhirnya setuju tinggal bersama Mallika untuk meraih mimpi menjadi aktor?

Antara Kafe Peninggalan Keluarga atau Obsesi Pribadi

Film berdurasi 1 jam 51 menit yang dibintangi aktris senior India, Manisha Koirala ini bercerita tentang pilihan hidup seorang pemuda bernama Rumi yang harus memilih antara obsesi pribadi atau kafe peninggalan keluarganya. Rumi diceritakan sebagai pribadi yang optimis dan bersemangat mewujudkan cita-citanya sebagai aktor. Sampai-sampai dia melakukan sesuatu yang membuat ibunya kecewa.

Beberapa kali scene menunjukkan semangatnya dalam berakting. Dia bahkan kerap berpura-pura seperti tengah memenangkan satu penghargaan berkat aktingnya. Sayang, penyampaian karakter Rumi yang begitu bersemangat menjadi aktor terkenal oleh Prit Kamani masih terasa kurang meyakinkan. Emosi seorang pemuda yang terobsesi dan ambisius, tidak seberapa tersampaikan.

Baca juga: Film India Terbaru dan Terbaik di Tahun Ini

Punya Ambisi Tetap Harus Realistis

Film berbahasa Hindi yang disutradarai oleh Neeraj Udhwani ini punya banyak moral value. Nonton film Maska (2020) kamu akan sekaligus merasa mendapat kuliah tentang menghargai kehidupan, pentingnya mendengarkan cerita untuk menumbuhkan empati serta bijak membedakan mana ambisi, mana delusi dan mana kenyataan.

Punya ambisi dan cita-cita dalam hidup adalah sesuatu yang baik. Berusaha mencapainya juga merupakan sikap seseorang yang optimis. Hanya, sejak film dimulai, alur dan konflik pada film ini memperlihatkan bahwa sebesar apa pun ambisimu, bersikap realistis sungguh perlu. Tak usah takut dan hilang arah ketika gagal pada sesuatu yang jadi impianmu, karena pasti ada satu hal baik yang kamu miliki, ada satu hal baik di dirimu yang bisa dibanggakan.

Jarak antara itu dan kebimbangan hatimu adalah penerimaan. Dalam hal ini konflik batin yang dialami Rumi tersaji di pertengahan hingga menjelang akhir film. Dia yang sudah semakin dekat dengan mimpinya ternyata tidak merasa bahagia. Semakin menarik karena film ini menyelipkan konsep ikigai dalam naskahnya. Rumi menemukan ikigai-nya justru ketika dia melepaskan mimpi dan menerima kenyataan.

Hangatkan Hati dengan Cerita Sederhana

Menjadi pewaris tunggal usaha kafe keluarga  yang sudah dijalankan secara turun-menurun selama hampir 100 tahun, ternyata tidak membuat Rumi bahagia. Dia merasa punya impian sendiri dan harus berusaha mencapainya dengan cara apa pun. Berangkat dari premis yang sederhana dan tidak terlalu baru, Maska (2020) menyuguhkan sebuah cerita yang menghangatkan hati.

Dengan balutan sinematografi yang asyik, terutama saat Rumi memperlihatkan keahliannya di dapur dan scene-scene yang diambil di Kafe Rustom, kamu akan disuguhi sebuah cerita yang menghangatkan hati. Detail film ini juga terlihat diperhitungkan. Kamu akan melihatnya pada beberapa penggalan cerita dari para pelanggan setia dan pekerja Kafe Rustom.

Sebagai kafe berusia hampir seratus tahun, kehadiran para pelanggan dan pekerja setia tentu merupakan sesuatu yang sangat realistis. Kafe legendaris semacam itu pasti menyimpan cerita dan kenangan dari banyak pelanggan, kan?. Detail seperti ini secara pintar disajikan dan berhasil memperkuat film ini.

Hanya memang, bagian romantis antara Rumi dan karakter Persis seharusnya bisa saja dihilangkan. Mereka tetap bisa bersahabat tanpa mengubah keseluruhan cerita. Di luar itu semua film Maska (2020) cukup menarik untuk disaksikan. Terutama jika kamu suka dengan film-film ringan yang hangat. Penasaran? Agendakan!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram