bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Mascots, Totalitas Maskot Tim Olahraga

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Mascots
2.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Memiliki profesi atau pekerjaan yang diakui oleh semua orang adalah harapan besar setiap manusia dalam hidupnya, tapi bagaimana jika ada yang menjalani profesi yang diremehkan orang tapi mereka bahagia menjalaninya?

Mascots menampilkan kisah para seniman pemancing keriuhan di arena olahraga dengan berbagai konflik pribadi yang mengiringinya dalam usaha mengikuti kompetisi maskot tahunan.

Mascots adalah film comedy yang merupakan original film Netflix karya Christopher Guest yang dirilis pada 13 Oktober 2016.

Dibintangi oleh banyak komedian terkenal, film ini ditampilkan dalam konsep mockumentary yang membuat kita merasa sedang menyaksikan kehidupan para karakternya secara nyata, mulai dari persiapan hingga penampilan dan setahun pasca kompetisi.

Akankah film comedy ini bisa mengocok perut kita? Apakah Christopher Guest masih bisa menampilkan gaya pengarahan khasnya setelah 10 tahun tidak membuat film? Simak review kami berikut untuk mengetahuinya.

Baca juga: Sinopsis dan Review Film Komedi Romantis Good on Paper

Sinopsis

Mascots 2016_

Menghadapi kompetisi maskot sedunia, puluhan maskot dari berbagai tim olahraga mempersiapkan diri agar bisa tampil maksimal di Los Angeles nanti.

Mike dan Mindy Murray adalah pasangan suami-istri yang menjadi maskot dengan kostum ubur-ubur dan kura-kura. Mindy memiliki masalah ketidakpercayaan kepada suaminya karena pernah selingkuh dengan seorang wanita yang menjadi maskot tim lain.

Owen Golly Jr. adalah maskot dengan kostum landak yang menjadi pembawa keramaian bagi tim sepakbola di Inggris. Menjadi maskot adalah warisan di keluarganya, dimana ayah dan kakeknya adalah pengguna kostum maskot sebelumnya yang dipakainya kini.

Ayahnya tidak pernah mengapresiasi pencapaiannya selama ini, hanya istrinya saja yang selalu mendukung setiap langkahnya.

Phil adalah orang yang selama ini berada di balik kostum Jack the Plumber yang kesehariannya adalah seorang agen real estate.

Jika tidak sedang menjadi maskot, Phil tidak dikenal oleh orang lain, termasuk anggota tim football yang dibelanya. Di kompetisi kali ini, Phil memiliki pelatih yang akan mengarahkan penampilannya di atas panggung nanti.

Cindi Babineaux menjadi maskot dengan kostum armadillo bagi kampusnya sejak dia masih kuliah disana hingga lama setelah lulus dari sana.

Bersama adik tirinya, Laci, mereka berangkat ke Los Angeles. Sempat hendak didiskualifikasi karena pernah membela tim dengan nama yang banyak menyinggung banyak pihak, tapi berkat hati yang besar dari para juri dia tetap dimasukkan ke dalam kompetisi.

Tommy Zuccarello adalah maskot dengan kostum tangan mengepal yang dinamakan “fist”. Sebelumnya Tommy pernah tersandung masalah seksual karena mengganggu istri pemilik klub hockey yang dibelanya.

Bersama rekannya yang tidak pernah dianggap, kecuali saat pentas, Tommy ingin membuktikan kualitasnya kepada pihak-pihak yang meremehkannya.

Masing-masing dari mereka mulai berlatih dan merancang skenario penampilan sesaat setelah sampai di Los Angeles dan hadir di acara malam pembukaan kompetisi.

Mike terlibat perselingkuhan dengan Laci, padahal lima tahun lalu dia berselingkuh dengan saudaranya, Cindi. Hal ini memancing kemarahan Mindy, bahkan hingga saat mereka tampil di panggung.

Owen ingin mencoba aksi baru yang cukup berbahaya dengan menggunakan tangga, tapi ayahnya tidak setuju dan meminta Owen untuk mengembalikannya ke toko tempat dia membeli.

Tapi saat di toko alat bangunan, Owen bertemu dengan Tommy yang melecut motivasinya untuk tampil beda. Akhirnya Owen membawa kembali tangga dan sempat dihentikan polisi di jalan.

Phil tidak mendapat respon positif dari pelatihnya terkait skenario penampilannya nanti dan dipaksa untuk mengikuti ide sang pelatih. Phil juga sempat bertemu teman lama yang mengundangnya untuk menghibur anak-anak tuna netra di sekolahnya.

Sementara itu, Cindi mencoba memakan sushi yang membuatnya diare. Alhasil, Cindi meminta Laci menggantikannya untuk tampil di panggung nanti. Mau tidak mau, meski ragu, Laci menerima amanat itu dan segera mempersiapkan diri.

Tommy yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mabuk-mabukan, sering meninggalkan rekannya yang selalu perhatian kepadanya, terutama terkait disiplin waktu. Saking mabuknya, Tommy sampai hampir lupa waktunya tampil jika tidak diingatkan oleh rekannya.

Apakah mereka akan tampil sesuai skenario dan membuat para penonton terkesan? Siapakah yang akan menjadi pemenang? Tonton filmnya sampai habis untuk mengetahuinya. Dan jangan lupa simak pula apa yang terjadi pada mereka setahun setelah kompetisi berakhir.

Profesi yang Terpinggirkan

Profesi yang Terpinggirkan

Menjadi maskot adalah profesi yang tidak pernah dilirik untuk ditekuni oleh banyak orang. Selain tidak dikenal karena berada di balik kostum, seringkali profesi ini diremehkan bahkan dilecehkan.

Padahal, maskot adalah sosok yang bisa memompa semangat suporter untuk mendukung tim yang dibelanya untuk meraih kemenangan.

Di film Mascots ini, kita diperkenalkan dengan beberapa orang yang menjalani profesi sebagai maskot bagi tim olahraga masing-masing dan menjadi perwakilan dalam kompetisi maskot sedunia.

Sebagai sebuah komedi, film arahan sutradara senior Christopher Guest ini ternyata tidak lucu, apalagi dengan selera humor yang membawa referensi “jadul” yang sebagian besar dari kita tidak akan paham olehnya.

Memiliki Drama yang Lebih Baik dari Komedinya

Memiliki Drama yang Lebih Baik dari Komedinya

Tapi, sisi baiknya adalah film berdurasi 1 jam 29 menit ini ternyata memiliki sisi drama yang cukup baik, setidaknya bisa membuat kita merenung bahwa di balik kostum maskot yang harus selalu tampil ceria itu ada sesosok manusia yang memiliki banyak problematika dalam hidupnya.

Contohnya Owen yang meski mewarisi kostum maskot dari ayahnya tapi nyatanya performa yang selama ini dia jalani tidak pernah diapresiasi.

Tapi dengan aksi memukaunya di kompetisi ini, ayahnya kemudian menyadari jika aksi tradisional yang selama ini dia tanamkan kepada anaknya bisa dipadukan dengan aksi modern yang lebih bisa menarik minat penonton masa kini.

Selain itu masih ada kisah ikatan batin dua saudari yang memiliki ayah yang sama, dimana Laci bisa menggantikan Cindi untuk tampil dengan perfoma yang out-of-the-box.

Tidak seperti maskot lain pada umumnya, justru lebih seperti sebuah puisi penuh renungan sosial. Memang, yang paling kita tunggu dari film ini adalah bagaimana penampilan mereka di dalam kompetisi.

Christopher Guest, Ahlinya Film Mockumentary

Christopher Guest, Ahlinya Film Mockumentary

Christopher Guest adalah sosok sineas komplit yang lebih banyak berkecimpung di dunia komedi. Selain sebagai sutradara, Guest juga adalah seorang penulis naskah, komposer, musisi, aktor dan komedian.

Dari banyak film yang disutradarainya sejak era 1980an, film-filmnya mayoritas tampil dalam bentuk mockumentary yang kemudian menjadi trademark baginya.

Waiting for Guffman (1997) adalah salah satu film terbaiknya yang diikuti oleh Best in Show (2000) dan A Mighty Wind (2003).

Ketiga film itu dipenuhi oleh para komedian yang menjadi langganannya dalam setiap film-filmnya, sehingga mereka sudah paham apa yang ingin ditampilkan oleh Guest dalam filmnya. Kebanyakan dialog dalam film berdasarkan improvisasi para komedian tersebut.

Sama halnya dengan film Mascots, beberapa komedian andalan Guest hadir kembali ditambah beberapa komedian baru yang langsung tertular dengan selera humor yang dibawanya.

Meski begitu, film dengan sinematografi yang tampil biasa ini tidak sebaik film-film Guest sebelumnya, mungkin karena dia terlalu lama tidak mengasah ilmu penyutradaraannya, sehingga sedikit tumpul di beberapa sisi.

Bagi pencinta film komedi dengan konsep mockumentary, seperti Borat (2006), maka film Mascots ini bisa menjadi pilihan yang cukup pantas untuk mengisi waktu luang kita.

Meski akan sedikit bingung dengan kelucuan yang disuguhkan, setidaknya naskah yang ditulis Guest dan Jim Piddock ini memiliki cerita yang baik dan cukup menyentuh tapi dalam skala ringan. Jika minat, langsung tonton di Netflix, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram