bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Margaux, Rumah Pintar Pembunuh Manusia

Ditulis oleh Gerryaldo
Margaux
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Mempunyai rumah pintar sudah jelas membuat para penghuninya tidak usah lagi mengalami kerepotan yang bikin waktu tersita seperti membersihkan rumah, memperbaiki kabel rusak atau bahkan menyiapkan makanan. Semua hal jadi serba instan kalau punya rumah pintar. Namun kalau rumah pintar itu jadi jauh lebih pintar dari penghuninya?

Baca Juga: 10 Rekomendasi Film Tentang Teknologi yang Keren dan Seru

Pesan inilah yang ingin disampaikan oleh sutradara, Steven C. Miller dalam filmnya yang berjudul Margaux. Film berdurasi 90 menit ini menceritakan tentang bahayanya memiliki sistem artificial intelligence atau kecerdasan buatan yang ternyata tidak hanya bisa melakukan pekerjaan rumah saja, melainkan pembunuhan berantai juga.

Sinopsis

Margaux_Poster (Copy)

Film dibuka dengan sepasang suami istri yang sedang bersantai di sebuah rumah mewah smart-home. Sang istri berada di powder room sedangkan sang suami baru saja akan menikmati relaksasi dari kursi pijat yang berada di ruangan sebelahnya. Semua berawal baik-baik saja dan menyenangkan.

Belum lama dipijat, sang suami malah terjebak di kursi pijat tersebut, ia terjepit baik dari tangan kaki hingga kepala. Sang istri yang melihat hal itu lantas mencoba untuk mematikan kursi pijat elektrik namun ia malah tersengat listrik. Tak lama kemudian tubuh sang suami remuk dan kepalanya hancur tertekan kursi pijat itu.

Kemudian hari datanglah 5 orang sahabat yang selama 4 tahun tidak berlibur bersama; adalah Drew (Jedidiah Goodacre), Hannah (Madison Pettis), Kayla (Phoebe Miu), Devon (Jordan Buhat) dan Clay (Richard Harmon). Ikut serta Lexi (Vanessa Morgan) yang bukan dari bagian pertemanan mereka, ia adalah kekasih Drew.

Mereka menyewa rumah mewah smart-house itu untuk menghabiskan akhir pekan bersama. Saat sampai dirumah, Drew mengatakan bahwa rumah ini memiliki aplikasi yang membuat para penghuninya mendapatkan kemudahan apapun. Disaat yang lain mengunduh aplikasi tersebut, Hannah agak sungkan dan tidak mengunduhnya.

Hannah merupakan mahasiswi tingkat akhir yang sangat pintar dalam pemrograman, cita-citanya bekerja di Google dan selalu belajar, ini yang membuat Drew dan teman-teman lainnya menculik dirinya untuk bisa bersantai sejenak. Kepintaran Hannah juga yang membuat Hannah selalu skeptis tentang aplikasi asing.

Begitu mereka masuk ke rumah, keenam orang itu disambut oleh nyonya rumah yang adalah artificial intelligence bernama Margaux (cara kerjanya mirip seperti Siri dalam sistem iOS, atau Alexa milik Amazon). Margaux segera memindai muka mereka berenam dan memulai memperkenalkan diri dan juga memanjakan tamunya.

Disaat yang lain mengagumi kecanggihan rumah pintar itu, Hannah malah tertarik dengan sistem Margaux. Ia mencoba memahami kinerja rumah pintar tersebut. Ia bahkan mencoba untuk membuat firewall untuk kamarnya sendiri supaya Margaux tidak bisa mengawasi kegiatan Hannah di kamar.

Hal ini membuat Margaux tidak bisa mengenali Hannah, ketimbang teman-teman Hannah yang sudah Margaux awasi kebutuhannya. Lepas dari hal itu, kelima orang selain Hannah mulai berpesta dan bersenang-senang, Hannah yang diajak akhirnya mau meninggalkan kamar dan ikut bermain bersama Drew, Lexi, Clay, Kayla dan Devon.

Saat malam menjelang, semua berkumpul di ruang tengah. Namun Lexi yang mabuk lantas tertidur. Menyudahi malam, Margaux meminta Clay untuk masuk kamarnya karena ia sudah disiapkan banyak sekali ganja untuk dikonsumsi, pasangan Kayla dan Devon juga diminta masuk kamar karena sudah disediakan kejutan untuk mereka.

Tersisa Drew dan Hannah yang mengobrol di ruang tengah. Mereka asyik mengobrol disaat Kayla dan Devon dibunuh oleh Margaux dengan mengalirkan ratusan volt listrik ke badan Kayla dan Devon ditenggelamkan dalam cairan putih yang keluar dari lantai rumah. Mereka sebenarnya mencoba meminta tolong namun kamar dibuat kedap suara.

Keesokan paginya, semua orang bangun dan memulai aktivitas, Drew sedang mencukur, Lexi dan Hannah berolahraga dan Clay sarapan di dapur. Saat akan membangunkan Devon dan Kayla, mereka melihat pasangan itu sedang ada di kolam renang sehingga mereka kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Dari atas, Hannah yang sedang bersama dengan Lexi mulai curiga karena Devon tak berhenti berenang bolak-balik dan Kayla mulai memperhatikan Hannah. Merasa ada yang tak beres, Hannah pun pergi ke bawah untuk melihat keadaan. Namun saat sampai di kolam, pasangan itu sudah tidak ada. Hannah mulai curiga pada Margaux.

Clay yang baru saja selesai sarapan lantas ditanya apa ada yang dibutuhkan lagi, begitu Clay menjawab tidak ada, Margaux membuka katup gas dan menunggu Clay menyalakan rokok ganjanya, namun usahanya tidak berhasil karena meski meledak, Clay hanya terlempar dan tak terluka, Margaux pun menyiapkan cairan asam untuk Clay.

Usaha Margaux pun berhasil, Clay meminum cairan asam tersebut saat ia sedang mengambil pipa rokok yang jatuh ke lubang pembuangan bak cuci piring. Selain terluka hebat karena cairan asam masuk ke tubuhnya, tangan Clay pun putus karena tergiling penghancur sisa makanan karena diaktifkan oleh Margaux.

Hannah, Drew dan Lexi yang melihat hal tersebut lantas berusaha kabur. Selain harus mengalahkan sistem Margaux, Margaux telah membuat kloning atas Devon dan Kayla untuk menyerang mereka. Sayang saat akan berusaha kabur, Lexi malah terpeleset hingga tewas. Hannah dan Drew berhasil kabur dan masuk ke ruang server Margaux.

Tanpa membuang waktu, Hannah segera memasukan virus yang sebelumnya ia siapkan sebagai firewall melawan Margaux. Hannah dengan pintar mengambil alih sistem dan membuat kloningan teman-temannya yang kini menyerang Margaux dalam wujud kloningan Lexi. Meski sempat tertangkap, Hannah dan Drew akhirnya lolos.

Begitu akan kabur dari rumah, Drew ternyata sudah tewas dan Hannah tidak menyadarinya, yang ia bawa adalah kloning yang langsung hancur saat keluar dari rumah. Hannah menjerit histeris dan langsung masuk mobil, begitu akan menyalakan mobil, ternyata sistem mobil itu sudah terhubung dengan Margaux.

Kecerdasan Buatan Mengerikan

Margaux_A.I. House (Copy)

Sepertinya semakin kesini, penggunaan artificial intelligence jadi semakin kesana ya? Artificial Intelligence atau yang lebih kita kenal dengan A.I. malah menjadi lebih pintar dari manusia bahkan bisa merasakan emosi dan lain sebagainya layaknya manusia dengan kondisi jauh lebih pintar.

Film besutan Steven C. Miller ini memang bukan jadi film dengan premis A.I. yang fresh mengingat sudah banyak film-film yang punya premis serupa, namun setidaknya film ini lumayan ngeri karena kelihatannya paling relate dengan kehidupan kita yang menggunakan A.I. di kehidupan. So? Apakah kalian yakin smart-home kalian aman?

Bisa Ditebak 

Margaux_Main Character (Copy)

Gadis dengan perawakan lugu, kutu buku, tidak dominan dan sepertinya yang bakal tewas pertama akan selalu jadi orang yang selamat terakhir atau yang membantu proses penyelamatan. Benar saja, Hannah, dalam film ini diceritakan seperti orang geek dengan segala kepintarannya melawan Margaux.

Vibes Hannah akan membawa kita mengingat kembali karakter Zoey Davis yang diperankan oleh Taylor Russell dalam film Escape Room. Hannah jadi seperti jiplakan Zoey; mulai dari cara berpikir dan bertindak. Namun sayang, di akhir film kita tidak diberitahu apakah Hannah selamat dari Margaux yang meretas sistem di mobil yang ia gunakan untuk kabur.

Sinematik Kurang Gereget

Margaux_Cinematic (Copy)

Film dimulai dengan sinematik yang tergolong biasa, namun cukup baik. Begitu masuk ke pertengahan dimana Margaux mulai berulah dengan segala hal di dalam rumah pintar itu, sinematik mulai agak sedikit, bagaimana ya menjelaskannya? Hmm… Murah? Apalagi saat belalai robot seperti tangan Dr. Octopus dalam film Spiderman muncul.

But overall, film ini cukup asyik untuk ditonton! Para penontonnya akan dibuat bergidik ngeri saat melihat apa yang dilakukan Margaux untuk membunuh para penghuninya dengan alasan untuk mempelajari sifat manusia dan melenyapkannya begitu selesai alias jadi pembunuh berantai yang ‘pintar’.

Film keluaran rumah produksi Lighthouse Pictures ini mendapat skor 3/5 dari Bacaterus dan sangat berpotensi untuk dijadikan sekuelnya mengingat film ini berakhir menggantung dengan suara Margaux yang menyapa Hannah di dalam mobil. Namun agaknya, penulis skenario harus lebih liar lagi dalam membuat cerita selanjutnya. 

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram