bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Biografi Madame Claude (2021)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Madame Claude
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Film biografi yang menangkap perjalanan karir seorang mucikari bernama Fernande Grudet atau dikenal dengan nama Madame Claude bisa Anda nikmati di Netflix. Dibintangi Karole Rocher dan Garance Marillier, film ini memperlihatkan bahwa bisnis seks bisa menjadi alat politik.

Semua bermula saat seorang gadis bernama Sidonie mendatangi Grudet. Berniat terjun di dunia semacam itu, sang gadis justru menjadi tangan kanan sang mucikari. Namun, siapa sangka kedatangannya justru membawa dampak bagi bisnis Grudet. Penasaran seperti apa cerita film Madame Claude? Anda bisa membaca sinopsis dan ulasannya lebih dulu berikut ini! 

Sinopsis

Sinopsis
  • Tanggal/Tahun Rilis: 2 April 2021
  • Genre: Drama, Biografi
  • Produksi: Los Compagnons de cinéma, Wild Bunch, TND Productions, Dum Dum Films
  • Sutradara: Sylvie Verheyde
  • Pemeran: Karole Rocher, Roschdy Zem, Garance Marillier, Pierre Deladonchamps

Cerita dimulai dengan sebuah perayaan ulang tahun seorang gadis ‘milik’ Fernande Grudet (Karole Rocher) bernama Nadège (Hafsia Herzi). Di sela-sela pesta, Grudet meluangkan waktu bertemu gadis lainnya bernama Sidonie (Garance Marillier). Sidonie terlihat sebagai ‘pendatang baru’ yang coba memperkenalkan diri pada calon majikannya.

Setelah sang gadis memperkenalkan dan unjuk diri, Grudet menerima Sidonie tapi masih dalam masa percobaan. Sang mucikari kemudian memintanya untuk kembali ke pesta, bergabung dengan gadis-gadis lain. Di sana bukan hanya ada banyak gadis, melainkan juga lelaki dari berbagai usia.

Malam itu, Sidonie diminta melayani seorang pria bernama Paul (Virgile Bramly), tentu saja sebagai percobaan agar Grudet tahu ‘kualitas’ anak buahnya tersebut. Grudet mendapatkan komisi sebesar 30% dari tiap ‘gadisnya’. Dia sendiri punya tarif sebesar 500 franc untuk dua jam. Grudet bukan sembarang mucikari.

Pada 1968 namanya dikenal banyak orang tapi di saat bersamaan dia juga sebuah misteri yang oleh sebagian orang diragukan keberadaannya dan sebagian lagi menyangka Grudet adalah pria. Dia mengaku bahwa kekuatannya adalah bekerja secara rahasia.

Grudet punya masa lalu kelam ketika dia jatuh cinta dan harus hamil di usia 17 tahun oleh seorang pria yang sekadar lewat. Putrinya, Anne, dititipkan pada sang ibu dan Grudet pergi ke Paris. Namun sekarang Grudet membawa keduanya hijrah ke Paris. Sang putri sendiri kini sudah tumbuh remaja.

Melanjutkan pekerjaannya menerima pesanan Grudet Kembali menerima gadis baru. Kali ini bernama Clarence (Liah O’Prey) yang dia ganti menjadi Virginie karena alasan nama tersebut dinilai lebih praktis. Grudet terlihat mempedulikan kebersihan para gadisnya. Dia bahkan ingin memastikan bagaimana sang anak buah membersihkan kemaluannya. Grudet tak segan turut membersihkan dan mengajari saat dia nilai salah.

Sidonie kembali menemui Grudet dan menanyakan bagaimana reaksi klien atau teman pria yang dia layani beberapa waktu lalu. Grudet menyampaikan pujian sekaligus meminta Sidonie mengatakan alasan mengapa harus menerimanya sementara dia sudah punya 200 gadis luar biasa yang jauh lebih cantik. Sidonie menjawab bahwa dia setia, dia memiliki daftar klien dan memang berasal dari dunia mereka sehingga Grudet tidak perlu mengajarkan bersikap.

Grudet tidak sekadar ‘menjual’ para gadis pada lelaki berbagai latar belakang. Dia mengajarkan mereka untuk merebut kekuatan dan menghancurkan para lelaki tersebut dari dalam. Grudet berusaha memasukkan para gadisnya ke kalangan elit tanpa terlihat perbedaan kelas yang mencolok. Dua perempuan beda usia itu akhirnya tampak cocok; Grudet dan Sidonie punya tujuan yang sama untuk menghancurkan dari dalam.

Bisnis yang dijalani Grudet punya back up yang kuat. Tiga hakim bahkan bekerja mengurus konflik yang terjadi di pekerjaannya. Panzani Bersaudara dari bar Le Lutetia, sebuah institusi dalam pemasaran, kemudian Marcantoni, mafia Korsika yang memimpin dari Les Trois Canards, dan Jo Attia (Roschdy Zem). Cerita berlanjut saat Grudet dan ketiganya bertemu di sebuah restoran dan terlihat membicarakan masalah serius.  

Jo mengatakan bahwa dirinya sedang dikejar oleh tiga lelaki Italia yang ‘kelaparan’. Mereka mengancam, putus asa, dan tak lagi punya rasa hormat. Grudet menyarankan agar polisi saja mengurusnya; tak perlu mengotori tangan. Jo paham bahwa keadaan mereka saat ini menuntut kehati-hatian. Saat Jo pergi, Grudet san Sidonie masih di sana.

Sidonie memerhatikan seorang pria yang tampak tertarik pada Grudet. Tak lama, pria itu menghampiri dan mengenalkan diri sebagai André (Paul Hamy). André lalu mengajak Grudet berdansa dan berakhir dengan tidur bersama. Bagi Grudet cinta adalah penyakit dan manusia tidak bisa hidup dengan penyakit. Saat usianya 25 tahun, dia jatuh cinta dan mau mati; menelan pil tapi masih belum berhasil membunuh diri sendiri.

Cerita berlanjut saat dia bertemu Anne sekaligus Virginie di sebuah lobi. Virginie yang sudah berdandan terlihat anggun seperti Jackie Kennedy. Ketiganya lalu pergi tapi Anne memasang wajah masam selama perjalanan dan membuat Grudet terganggu. Anne akhirnya kembali diantar pulang. Sebelum masuk rumah dia mengatakan tak ingin menjadi seperti Grudet.

Grudet melanjutkan agenda hari itu dengan datang ke sebuah kantor polisi. Walau tak pernah nyaman, tapi mereka saling membantu. Pihak polisi menerima informasi darinya, dan Grudet bisa bebas penyelidikan sekaligus bebas pajak. Di sana sang mucikari bertemu dengan George (Benjamin Biolay) dan Grudet terlihat menyerahkan sebuah amplop berisi informasi mengenai dua orang. Pria tersebut bertanya mengenai Markovic dan Marc Anthony.

Saat kembali ke kantornya, Grudet kembali mengurus seorang gadis. Tak lama dia menerima telepon bahwa anak buahnya yang bernama Sophia pergi ke klien yang salah. Dia lalu segera menelepon Sidonie untuk bantu membereskannya. Sementara Grudet pergi dan bersenang-senang bersama André.

Para gadis, termasuk Sidonie yang baru pulang dari tugas dadakannya, terlihat berkumpul di salah satu ruangan. Sembari membicarakan Grudet, mereka minum-minum. Tak lama sang majikan datang mengabarkan bahwa Marlon Brando akan tiba di sana dalam waktu 15 menit; meminta para gadis untuk merapikan segalanya.

Lalu bagaimana kelanjutan sepak-terjang Grudet dan bisnisnya yang membahayakan ini? Siapa saja klien penting yang pernah berbisnis dengannya?

Biografi Fernande Grudet dalam Visual dan Narasi yang ‘Balapan’

Biografi Fernande Grudet dalam Visual dan Narasi yang ‘Balapan’

Dalam sepuluh tahun, Grudet menjadi borjuis; terhormat dan dihormati oleh elite Paris. Dia punya uang, seorang pria dan berhasil keluar dari kemiskinannya. Grudet mengklaim tak bisa lagi dihentikan. Dia tak tersentuh. Wajar jika sosok ini merasa begitu, karena dia diceritakan tak ubahnya seperti bagian dari Badan Intelijen Perancis; yang bertugas memata-matai atau melumpuhkan incaran tapi menggunakan gadis-gadis miliknya.

Dalam film Anda akan melihat bisnis Fernande Grudet atau Madame Claude yang mulai tahun 1968. Di sini, penonton mulai diajak mengenal orang-orang yang ada di sekitar Grudet serta latar belakang kehidupannya sebagai muncikari profesional dan berpengaruh di Paris. Materi yang disuguhkan dalam film ini bukan hanya dalam bentuk visual melainkan juga narasi yang terdengar di sela-sela dialog.

Sayangnya, kemunculan narasi dalam film ini kadang berbarengan dengan dialog, seperti tidak melalui proses mixing yang pas. Hasilnya suara narasi dan dialog terdengar bersamaan bahkan seperti balapan, bertumpuk; tidak ada suara yang lebih rendah atau tinggi.

Selipan Kisah Romantis dan Sejarah Paris

Selipan Kisah Romantis dan Sejarah Paris

Kehidupan seorang Fernande Grudet dalam film Madame Claude turut menampilkan sejarah Paris terutama tentang penutupan Boulainvilliers yang dilakukan untuk keamanan. Diceritakan bahwa kehidupan Grudet sebagai mucikari mulai terganggu setelah dua hakim yang mem-backup-nya sudah dilemahkan sehingga tak ada yang membantunya. Oleh sebab itu, ini memengaruhi bisnis yang dia lakukan.

Kemudian film ini juga menangkap peristiwa kematian politikus sekaligus Presiden Perancis, Georges Pompidou pada 1974 yang digantikan oleh Valéry Marie René Georges Giscard d'Estaing atau Giscard, Presiden Perancis yang menjabat di usianya ke 48 tahun. Selain itu bumbu romansa juga diselipkan untuk memperlihatkan sisi humanis seorang Grudet.

Sebagai seorang yang berani ambil risiko dengan melakukan pekerjaan semacam itu, Grudet punya sisi melankolis walau terus disangkalnya. Dalam hal ini Karole Rocher menampilkan kemampuannya dengan maksimal.

Anda akan melihat betapa sebenarnya Madame Claude tetap seorang wanita yang rapuh dan terluka saat dikhianati. Dia ingin dicintai tapi menganggap cinta sebagai penyakit karena terlalu sering disakiti. Dalam salah satu scene terlihat Grudet melepaskan cincin guna diberikan pada putri semata wayangnya. Sisi ini memperlihatkan bahwa dirinya tak bisa lepas dari statusnya sebagai seorang ibu.

Soundtrack Lagu-lagu ‘60-an yang Memanjakan Telinga

Soundtrack Lagu-lagu ‘60-an yang Memanjakan Telinga

Film Madame Claude intens dengan dialog. Sepanjang film, tiap karakter tampil dengan dialognya. Belum lagi narasi yang turut muncul untuk mempertegas jalan cerita kehidupan sang mucikari, Madame Claude. Beruntung film ini punya beberapa soundtrack yang asyik didengar. Sebagian menjadi latar belakang dialog, sebagian lagi mengisi jeda kosong yang tidak terisi dialog atau narasi.

Di antara soundtrack yang menarik tersebut, Anda akan menikmati alunan musik dari The Tyrannies berjudul She’s Queen, suara alunan piano dari Erik Satie dalam Gymnopédie No.1, Me Odias dari Los Cubeztecas, atau lagu milik Nicoletta berjudul Il Est Mort Le Soleil yang mengalun saat Sidonie dan Grudet berdua di dalam kamar sambil berdansa tak tentu arah, terutama setelah Sidonie memperlihatkan trauma masa lalunya karena sang ayah.

Sebagai film dengan latar belakang tahun 1960-an, musik-musik yang dipilih sebagai soundtrack pun tidak jauh dari sesuatu yang hits di masanya. Suara-suara khas seriosa yang mengalun megah, juga musik yang lambat sekaligus cepat terdengar asyik sekali.

Madame Claude merupakan sebuah film biografi yang memuat perjalanan kisah seorang mucikari legendaris dari Paris di tahun 1960-an. Konon gadis-gadis yang dia miliki sudah melayani banyak tokoh besar. Sayangnya, itu hanya ditampilkan sekilas-sekilas, padahal dari sana konflik dalam film ini berakar.

Selama hampir dua jam Anda mungkin akan cukup bosan karena konflik yang ditampilkan di sini karena tidak jelas dan tidak dalam. Penonton lebih banyak disuguhkan teriakan-teriakan Karole Rocher sebagai Grudet yang tidak puas terhadap banyak hal.

Bukan satu masalah, karena itu menunjukkan betapa berantakannya hidup seorang Madame Claude, begitu pun dengan film biografinya. Jika ingin tahu seberapa berantakannya, film Madame Claude sudah bisa Anda nikmati di Netflix!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram