showpoiler-logo

Sinopsis & Review Mad Max: Fury Road, Aksi di Gurun Pasir

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Mad Max: Fury Road
4.4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Di masa depan dimana sumber daya alam sudah langka, Imperator Furiosa membawa truk kargo berisi air untuk dibawa ke kota lain. Di tengah jalan, dia keluar dari jalur dan menuju tanah kelahirannya.

Dikejar oleh pasukan dari tiga kota, ditambah dengan kesepakatan yang gagal dengan kaum penguasa gurun, Furiosa yang melarikan para istri pejabat terus mengebut dengan truknya dan menyeret Max besertanya.

Mad Max: Fury Road adalah film action karya George Miller yang dirilis oleh Warner Bros Pictures pada 15 Mei 2015. Menjadi film keempat dari franchise Mad Max dengan konsep reboot, kita akan kembali diajak berpetualang di gurun pasir di zaman post-apocalyptic. Keseruan dan ketegangan tentunya menjadi elemen utama film “perang jalanan” ini.

Dianggap sebagai salah satu film action terbaik, kualitas apa saja yang dihadirkan dalam film ini? Simak review berikut yang akan mengulas lengkap film dengan penghasilan sebesar $153 juta ini.

Sinopsis

Mad Max Fury Road (2015)_

Di zaman post-apocalyptic, sumber daya alam menjadi sangat langka dan dikuasai oleh penguasa zalim. Kehidupan manusia berada dalam kesengsaraan, bahkan untuk mendapatkan air susah sekali. Penguasa Citadel, Immortan Joe, mengirimkan kargo berisi air yang dibawa dengan truk untuk ditukar dengan bensin dan amunisi dari kota lain.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba Furiosa berbelok dari jalur menuju ke arah timur. Menyadari pengkhianatan ini, Immortan Joe mengerahkan seluruh pasukannya untuk melakukan pengejaran. Begitupun pasukan dari Gas Town dan Bullet Farm.

Seorang War Boy yang sangat memuja Immortan Joe bernama Nux, berada paling depan dalam pengejaran. Dia dan rekannya berusaha untuk menghentikan truk itu.

Max diikat di depan mobil sebagai “kantung darah” bagi Nux yang sedang sakit. Furiosa nekat mengebutkan truk untuk masuk ke dalam badai pasir. Max dipindahkan ke belakang mobil agar tetap hidup saat melewati badai.

Nux berniat untuk mengorbankan dirinya dalam pengejaran ini agar bisa masuk ke Valhalla yang dijanjikan oleh sosok yang dia puja. Max yang menyadari hal ini berusaha menghentikannya. Mereka terpelanting dan mobil mengalami kerusakan.

Badai usai, Max tersadar dan berusaha melepaskan rantai yang mengikatnya. Karena sulit, dia membawa serta Nux bersamanya. Dia menemukan Furiousa yang sedang memperbaiki truknya.

Ternyata Furiosa membawa para istri Immortan Joe, salah satunya sedang hamil besar. Max kemudian membawa pergi truk kargo, tapi tidak berapa lama truk itu mogok. Max terpaksa membawa serta Furiosa dan para istri.

Nux yang tersadar langsung mengejar truk dan menyelinap ke dalam kargo. Nux berusaha membunuh Furiosa tapi gagal dan terlempar keluar.

Mereka sampai di sebuah ngarai dimana Furiosa membuat kesepakatan dengan kelompok bermotor penguasa wilayah tersebut. Menyadari bahwa Furiosa dikejar oleh pasukan Immortan Joe, kelompok bermotor membatalkan kesepakatan.

Pintu masuk ngarai diledakkan sehingga langkah pasukan Immortan Joe terhambat. Hanya mobil Immortan Joe saja yang bisa melintasinya. Nux yang ikut serta di mobil tersebut diberi kesempatan untuk naik lagi ke truk kargo Furiosa ketika mereka mulai bisa menyusul. Meski berhasil naik, tapi Nux kecewa dengan kegagalannya di hadapan Immortan Joe.

Angharad, salah satu istri Immortan Joe, terjatuh saat membantu melepaskan truk kargo dari kejaran Immortan Joe. Mereka memilih untuk terus melaju, sementara Immortan Joe berhenti. Capable, istri lain Immortan Joe, menemukan Nux sedang meringkuk sedih di bawah jok mobil.

Saat memasuki daerah rawa, Max dan Furiosa memasang ranjau untuk menghentikan laju pasukan pengejar. Meski banyak yang meledak, satu mobil masih melaju dan terus menembak truk kargo. Furiosa menembak pecah teropong dan melukai mata musuhnya. Tidak menyerah, pasukan dari Bullet Farm itu malah menembak membabi buta.

Max berhenti untuk kemudian menghadapi musuh itu sendirian. Setelah berhasil membawa semua amunisi dari musuh yang berhasil ditaklukkannya, mereka melanjutkan perjalanan melewati rawa dan sampai di sebuah gurun yang dihuni oleh sekelompok wanita bermotor. Mereka adalah keluarga Furiosa yang pernah menghuni Green Place.

Menyadari Green Place sudah tinggal cerita, Furiosa dan kaum wanita memilih untuk terus melanjutkan perjalanan ke timur. Max yang awalnya memisahkan diri, menghampiri kembali Furiosa dan menyarankan mereka untuk kembali ke Citadel.

Apakah mereka akan berputar balik dan berhadapan dengan pasukan Immortan Joe? Tonton terus keseruan petualangan tanpa henti ini sampai selesai, ya!

Ranah Kekuasaan George Miller

Ranah Kekuasaan George Miller_

Nama George Miller sangat identik dengan Mad Max (1979) sebagai film yang mengangkat karirnya. Tiga film Mad Max sebelumnya telah diakui sebagai deretan film klasik seputar tema post-apocalyptic.

Bahkan film ini menjadi pionir bagi film-film sejenis yang mengikutinya. Sempat mengarahkan beberapa film keluarga setelahnya, seperti Happy Feet (2006), kelanjutan Mad Max adalah yang paling ditunggu darinya.

Sebenarnya sejak tahun 1987 George Miller sudah mengembangkan konsep baru untuk kelanjutan kisah Mad Max, tapi karena kesulitan mencari penyandang dana, proyek ini terbengkalai.

Di tahun 1998, Miller menemukan ide terbaru yang mengangkat tema yang lebih krusial dibandingkan perebutan sumber daya alam, yaitu kelangsungan hidup umat manusia.

Di tahun 2003, 20th Century Fox menggelontorkan bujet sebesar $100 juta dengan Australia kembali digunakan sebagai lokasi syutingnya. Karena curah hujan yang tinggi, lokasi yang akan digunakan menjadi rusak.

Sempat hendak melakukan syuting di Jazirah Arab, tetapi izin untuk ke sana masih terlalu ketat, menjadikan proyek ini kembali tertunda. Di tahun 2006, Mel Gibson menyatakan diri untuk tidak bergabung di film Mad Max terbaru ini.

Tahun 2009, Miller memutuskan untuk melakukan syuting di Australia dan proses casting mulai berjalan. Charlize Theron dan Tom Hardy dipercaya untuk menjadi pemeran utama. Muncul kendala yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu curah hujan yang tinggi, sehingga lokasi syuting menjadi rusak.

Bulan Juli 2012 syuting dimulai di Namibia dan berakhir pada Desember 2012. Lalu di bulan September 2013 hingga Desember 2013 syuting tambahan untuk adegan-adegan di Citadel dilangsungkan di Australia.

Dengan banyaknya kendala dan rintangan yang terjadi, visi Miller tetap terwujudkan dengan sangat baik. Dia menghadirkan sesuatu yang baru bagi tema post-apocalyptic yang membuat sineas setelahnya akan berpikir keras untuk membesut film seperti ini lagi. Terutama tensi ketegangan yang sudah dipicu dari adegan pembuka dan bertahan hingga akhir film.

Adegan Action yang Penuh Kegilaan

Adegan Action yang Penuh Kegilaan_

Mad Max: Fury Road benar-benar bisa menerjemahkan judulnya secara lugas di sepanjang film berdurasi 2 jam ini. Sebagian besar adegan mempertontonkan pertempuran di perjalanan.

Sudah pasti banyak ledakan, mobil dan orang yang terlempar, serta kehancuran lainnya. Tapi percaya tidak, jika semua adegan ini minim dalam penggunaan efek visual?

Kerja stuntman dan pergerakan kamera yang lincah adalah faktor utama terciptanya adegan action yang dahsyat saat ditampilkan di layar. Apalagi ditambah dengan editing yang hiperaktif membuat adrenalin kita terpacu cepat.

Special effect yang dikerjakan oleh WETA Digital sebagian besar hanya untuk menciptakan tampilan latar belakangnya saja, salah satunya daerah rawa yang terlihat angker.

Kegilaan adegan aksi di film dengan komposisi musik yang hingar bingar ini memang sangat luar biasa dan tidak pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya.

Selain modifikasi mobil yang extraordinary dan tampilan War Boy yang seperti orang kerasukan, dalam rombongan pasukan itu juga hadir pemain gitar dan penabuh drum untuk memompa semangat dalam pengejaran.

Jika kita sudah menahan napas saat pengejaran pertama Furiosa oleh pasukan War Boy sebelum masuk ke badai pasir, maka itu hanyalah hidangan pembuka saja. Karena setiap adegan pengejaran dilanjutkan, level kedahsyatannya pun turut dinaikkan. Intinya, seluruh adegan aksi dalam film ini benar-benar mind blowing.

Sisi teknis film yang sinematografinya digarap dengan sangat apik ini tampil maksimal. Jadi wajar apabila Academy Award menganugerahkan 6 Oscar untuk film ini, yaitu Best Production Design, Best Costume Design, Best Makeup & Hairstyling, Best Film Editing, Best Sound Editing, dan Best Sound Mixing.

Minim Dialog Namun Dalam Secara Psikologis

Akting Minim Dialog Namun Dalam Secara Psikologis_

Naskah yang ditulis oleh George Miller yang dibantu oleh Brendan McCarthy dan Nico Lathouris ini sebenarnya sederhana dan lurus. Tapi mereka dengan cerdas menyelipkan beberapa dialog yang membuka semua latar belakang cerita dengan baik, terutama tentang motivasi, harapan, dan masa lalu para karakter utamanya.

Tidak ada tulisan di adegan pembuka yang menceritakan latar belakang seperti film-film serupa, karena langsung memperlihatkan Max yang mengebutkan mobilnya menghindari kejaran pasukan War Boy.

Sedikit demi sedikit masa lalu Max dan Furiosa dibuka. Perasaan bersalah Max atas kematian orang-orang tersayang dan pedihnya kehidupan Furiosa dalam penjajahan dikupas dengan apik.

Selain ingin kembali ke tanah kelahirannya, Furiosa memiliki niat untuk membentuk generasi manusia yang baru, tidak seperti pada zamannya ini, dengan menculik para istri Immortan Joe yang zalim.

Di tengah kekurangan sumber daya alam, Furiosa berpikir lebih jauh daripada hanya pemenuhan kebutuhan hidup saja. Dengan karakter Furiosa yang powerful, tema feminisme membalut kental cerita film ini.

Begitupun karakter Max yang berkembang dengan baik. Meski minim dialog, kita tetap bisa memahami psikologis Max. Awalnya dia memang terkesan individual, tapi berkat perjalanannya bersama Furiosa dengan semua rintangan yang dilalui, sikap Max mulai berubah.

Pada akhirnya, dia peduli dengan harapan yang dikejar oleh Furiosa dan kaum wanita serta umat manusia pada umumnya. Mad Max: Fury Road tampil jauh lebih baik dari tiga film sebelumnya.

Dengan nuansa yang sama, bukan berarti orisinalitas ide tidak dikedepankan. Justru film ini menampilkan banyak hal baru yang bisa menambah khazanah film-film bertema post-apocalyptic. Dijamin, sineas setelahnya akan kesulitan untuk menyamai pencapaian film ini.

Semua elemen sebagai sebuah film action yang keras dan dahsyat ditampilkan dalam kadar yang maksimal. Kita akan dibuat terperangah dan terloncat berkali-kali dengan keseruan aksi yang ditampilkan dalam film ini. Degup jantung kita seolah-olah tidak dibuat tenang, terus menerus dipacu tanpa henti.

Termasuk film action terbaik, baik secara umum maupun khusus di tema post-apocalyptic, Mad Max: Fury Road menjadi satu film yang wajib kita tonton. Bahkan saat menonton ulang pun, kita akan tetap terperangah melihatnya, apalagi kita kemudian mengamatinya secara detail.

Tidak ada alasan yang bisa menunda kalian untuk tidak menonton film ini sekarang juga. Selamat menikmati petualangan Mad Max!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram