bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Ma Rainey’s Black Bottom (2020)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Ma Rainey’s Black Bottom
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Di saat sesi rekaman di Chicago pada tahun 1927, terjadi tensi yang tinggi antara Ma Rainey, manajernya yang mencoba mengendalikan seniman yang susah diatur, dan seorang pemain trompet yang penuh ambisi dan kesombongan. Peraih Oscar Viola Davis memerankan sosok “Mother of the Blues” bersama mendiang Chadwick Boseman dalam adaptasi pentas teater karya August Wilson ini.

Ma Rainey’s Black Bottom adalah sebuah drama dengan latar belakang dunia musik yang menjadi original film andalan Netflix untuk maju ke pentas Academy Awards. Disutradarai oleh George C. Wolfe, film ini awalnya adalah satu dari 10 film kesepakatan produser Denzel Washington dengan HBO pada tahun 2013. Tapi kemudian pada Juni 2019, hak cipta film ini berpindah ke Netflix.

Pertama kali ditayangkan secara terbatas di beberapa bioskop di Amerika pada 2 November 2020, film ini sudah bisa disaksikan secara streaming di Netflix sejak 18 Desember 2020 dan langsung menjadi film yang paling banyak ditonton di Netflix di minggu pertama penayangannya. Berikut kami hadirkan review film yang menjadi penampilan terakhir Chadwick Boseman ini.

Sinopsis

YouTube video

Di tahun 1927, Ma Rainey adalah penyanyi blues paling diakui kualitasnya dan dia akan melakukan sesi rekaman di Chicago bersama band pendukungnya, Georgia Jazz Band yang terdiri dari pemain trompet Cutler dan Levee, pemain bass Slow Drag, dan pemain piano Toledo. Di antara mereka berempat, Levee adalah yang termuda dan paling ambisius dalam karirnya.

Cutler, Toledo, dan Slow Drag sampai duluan di studio, sementara Levee menyusul karena ingin membeli sepatu baru terlebih dahulu. Ma Rainey sendiri sedang dalam perjalanan bersama keponakannya, Sylvester, dan temannya Dussie Mae. Sempat terjadi insiden tabrakan mobil yang ditumpangi oleh Ma di depan studio yang hampir menyentuh area diskriminasi.

Sambil menunggu Ma datang, keempat musisi ini berlatih dan berdebat tentang berbagai hal, dari musik, makanan, kereta, sampai ke topik yang sangat sensitif di masa itu, yaitu diskriminasi warga kulit berwarna. Levee yang memiliki gejolak darah muda sempat sangat emosional ketika disindir tentang hubungannya dengan produser yang berkulit putih.

Sesi rekaman juga tidak berjalan dengan mulus. Sempat terjadi perdebatan tentang aransemen lagu “Black Bottom”, dimana manajer dan produsernya menginginkan versi baru karya Levee, tapi Ma bersikeras tetap dengan versi lamanya. Selain itu, Ma juga menginginkan Sylvester yang gagap untuk membuka lagu tersebut sehingga menghabiskan beberapa piringan hitam.

Bahkan hal kecil, seperti Ma ingin dibawakan Coca-Cola sebelum menyanyi dan mic yang belum dicolokkan, membuat mood Ma rusak dan sempat ingin meninggalkan sesi rekaman. Dengan segala masalah itu, akhirnya sesi rekaman selesai juga, dan Ma langsung meluncur kembali untuk melanjutkan rangkaian turnya di Atlanta.

Tapi masalah belum selesai sampai di situ, emosi Levee memuncak karena lagu karyanya tidak jadi direkam oleh produser dan hanya dibeli seharga $5 saja. Rekan-rekan se-bandnya kemudian menyindir lebih keras dan membuat Levee nekat menikam Toledo yang secara sengaja menginjak sepatu barunya. Akhirnya, lagu karya Levee itu direkam oleh band yang seluruhnya berisi musisi kulit putih.

Mengenal Sosok Ma Rainey

Mengenal Sosok Ma Rainey

Gertrude “Ma” Rainey adalah seorang penyanyi blues wanita yang dijuluki “Mother of the Blues” yang merupakan generasi pertama penyanyi blues yang merilis rekaman lagunya. Dilahirkan dengan nama Gertrude Pridgett, Ma memulai karir musiknya sejak remaja dan mulai dikenal dengan panggilan “Ma” setelah dia menikah dengan Will “Pa” Rainey di tahun 1904.

Bersama bandnya, Assassinators of the Blues, Ma pertama kali rekaman pada tahun 1923. Dalam lima tahun, Ma membuat lebih dari 100 rekaman yang diantaranya sukses besar, seperti lagu “Bo-Weevil Blues”, “See See Rider Blues”, dan tentu saja “Ma Rainey’s Black Bottom”. Ma dikenal karena kekuatan vokalnya, penampilan yang enerjik, lirik lagu yang megah, dan gaya menyanyi yang unik.

Ma pernah berkolaborasi dengan musisi terkenal lainnya seperti Thomas Dorsey dan Louis Armstrong. Di masa keemasannya, Ma selalu diiringi oleh Georgia Jazz Band, sama dengan yang ditampilkan di dalam filmnya. Mereka melakukan tur hingga tahun 1935 dan setelah itu Ma menyatakan dirinya pensiun dan hanya tampil di kota kelahirannya saja, yaitu Columbus, hingga wafat di tahun 1939.

Salah Satu Film Kandidat Oscar

Salah Satu Film Kandidat Oscar

Sudah menjadi tradisi Hollywood di akhir tahun untuk merilis film-film berkualitas untuk dicalonkan melenggang ke karpet Oscar. Di akhir tahun 2020 ini, Netflix sudah menampilkan dua film yang bisa dijagokan untuk masuk di ajang penghargaan film terkenal tersebut, yaitu Mank (2020) dan Ma Rainey’s Black Bottom, dimana kedua film ini memiliki kualitas di atas rata-rata original film Netflix lainnya.

Kualitas Ma Rainey’s Black Bottom tentu saja didukung beberapa faktor utama, yaitu naskah adaptasi pentas yang baik dari Ruben Santiago-Hudson, pengarahan yang baik pula oleh George C. Wolfe, dan akting memukau dari Viola Davis dan Chadwick Boseman.

Pentas drama karya August Wilson dikenal dengan kepadatan dialog dari para karakternya, dan ini bisa ditampilkan dengan baik di dalam filmnya. Bahkan seluruh aktor membawakan karakternya dengan baik sesuai porsi masing-masing, khususnya para musisi yang dari dialog mereka emosi film terbangun dengan baik hingga menghasilkan akhir yang tragis. Semua berawal dari dialog ringan tapi sensitif.

Viola Davis yang dipercaya membawakan sosok Ma Rainey terlihat sangat menghayati perannya. Tidak perlu dialog yang banyak untuknya, dengan diam saja aura seniman berkelas dengan watak keras sudah terlihat padanya, apalagi ditambah ketika dia mulai menyanyi. Perubahan total dalam penampilan fisik Davis membuat kita sulit mengenalinya hingga membuatnya tenggelam dalam karakter yang diperaninya.

Biasanya, jika aktor atau aktris yang bisa mengubah penampilannya seperti yang dilakukan Davis di film ini mengantarkan mereka meraih Oscar. Sebut saja Nicole Kidman dalam The Hours (2002) dan Charlize Theron dalam Monster (2003). Semoga saja Davis mampu meraih Oscar di kategori Best Actress, karena memang performa aktingnya sangat baik di film ini.

Akting Terakhir Chadwick Boseman

Akting Terakhir Chadwick Boseman

Chadwick Boseman adalah salah satu aktor dengan karir yang menjanjikan. Boseman sukses memerankan tiga sosok nyata dalam film biografi mereka, yaitu 42 (2013) sebagai Jackie Robinson, Get on Up (2014) sebagai James Brown, dan Marshall (2017) sebagai Thurgood Marshall. Selain itu, dia identik dengan karakter superhero Black Panther yang dibawakannya dalam empat film Marvel Cinematic Universe.

Sangat disayangkan, kepergiannya terlalu cepat. Pada 28 Agustus 2020, di usia 43 tahun, Boseman wafat karena kanker usus yang telah lama dideritanya. Bahkan saat syuting Ma Rainey’s Black Bottom, Boseman sambil melakukan terapi untuk menyembuhkan penyakitnya, dan hal ini tidak diketahui oleh rekan-rekannya di produksi film tersebut.

Dengan penampilan fisik yang kurus, kita bisa melihat jika dia sedang berjuang melawan kanker, dan monolog ketika Levee menantang Tuhan untuk menolong Cutler yang sedang diancam olehnya terasa sangat menusuk, seolah-olah setiap kalimat yang diucapkannya itu merupakan isi hatinya. Adegan ini menjadi salah satu momen terbaik dari film ini yang menampilkan kekuatan akting Boseman.

Satu adegan lagi yaitu ketika Levee terlibat obrolan dengan rekan-rekan bandnya yang kemudian memancing emosinya. Akibatnya, dia terpaksa menceritakan kepahitan masa kecilnya yang harus terluka karena berusaha menolong ibunya yang sedang diperkosa oleh 9 pria. Saat menceritakan kisah ini, kita bisa lihat kepedihan mendalam di wajah Boseman yang juga akhirnya menitikkan air mata.

Ma Rainey’s Black Bottom menjadi film terakhir Chadwick Boseman yang menampilkan kualitas akting terbaik dalam karir perfilmannya, dan film ini didedikasikan untuknya. Wajar saja jika banyak kritikus dan moviegoers yang menjagokan Boseman untuk meraih Oscar, bukan hanya sebagai hadiah perpisahan, tapi memang karena apresiasi yang tinggi atas performa aktingnya.

Film drama ini sangat wajib untuk ditonton, baik kita penikmat musik blues atau bukan, karena kita akan diperlihatkan kekuatan akting dari para aktor Afrika-Amerika terbaik sebagai bukti kontribusi mereka dalam memperjuangkan diskriminasi rasialis yang hingga saat ini masih saja terjadi. Tidak perlu tunggu lama dan segera saksikan film ini sekarang juga.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram