bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Layla Majnun, Balada Cinta Samir dan Layla

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Layla Majnun
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Menjadi seorang perempuan yang menentang perjodohan, Layla justru bernasib dijodohkan. Semua karena hutan masa lalu yang dimiliki almarhum ayahnya. Layla yang awalnya ragu, kemudian mengiyakan perjodohan tersebut. Suatu hari, dia harus pergi ke Azerbaijan sebagai dosen tamu selama kurang lebih dua minggu.

Di sana, dia bertemu dengan seorang pria Azerbaijan bernama Samir yang rupanya sudah mencintai Layla sejak lama. Samir jatuh hati pada Layla sebab tulisan yang dia buat. Selama beberapa hari saja bersama Samir, hati Layla berhasil diambil. Bagaimana dengan lelaki yang dijodohkan dengannya? Bagaimana jika itu membahayakan nyawanya?

Ringkasan cerita di atas bisa Anda saksikan sepenuhnya dalam film Layla Manjun karya sutradara Monty Tiwa. Film ini dibintangi oleh Reza Rahadian dan Acha Septriasa. Jalan ceritanya sendiri terasa seperti terinspirasi oleh kisah Layla dan Qais yang melegenda. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Simak sinopsis dan ulasannya di bawah ini!

Sinopsis

Layla (Acha Septriasa) bekerja sebagai guru bahasa Indonesia. Selain itu dia juga seorang penulis yang sudah melahirkan satu buah novel. Sembari menjalankan tugasnya sebagai pendidik di Indonesia, Layla melamar untuk mengajar di Azerbaijan. Sepulang sekolah, Layla dikejutkan oleh kabar dari salah satu siswi yang mengatakan bahwa Nita sedang ada di jembatan.

Nita sudah tiga hari tidak masuk sekolah. Layla sedikit banyak tahu mengenai permasalahan muridnya ini. Nita menolak dijodohkan dengan lelaki pilihan orangtuanya. Khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada Nita, Layla langsung bergegas menuju jembatan. Beruntung Nita tidak apa-apa.

Tak lama, Layla mendapat kabar dari Ilham (Uli Herdinansyah) yang menyampaikan bahwa lamaran Layla diterima dan perempuan itu berkesempatan menjadi dosen tamu selama dua minggu di sana. Berbekal perasaan bahagia, Layla segera pulang ke rumah dan mengabarkan hal ini pada ibunya. Saat sedang bersuka cita, sang ibu tiba-tiba mengatakan bahwa Layla akan dinikahkan dengan Ibnu Salam (Baim Wong).

Perjodohan ini bukan tanpa sebab dan sialnya Layla seperti terpenjara oleh hutang budi yang harus dia bayar. Pasalnya di masa lalu, ayah Ibnu Salam sudah banyak melakukan hal untuk membantu Layla dan keluarga. Ibnu Salam dan Layla sudah berteman sejak kecil. Sekarang dia tumbuh jadi pria sukses lulusan luar negeri dan merupakan seorang bupati.

Ibnu begitu yakin menjatuhkan pilihannya pada Layla karena dia merasa sudah sangat mengenal perempuan itu. Dia juga tidak ingin lagi menghabiskan waktu dengan mengenal perempuan lain yang belum pasti. Ibnu tampak berhasil meyakinkan gadis impiannya tersebut hingga Layla bersedia menikah. Namun, Layla mengajukan dua syarat. Pertama dia ingin tetap diizinkan mengajar dan kedua dia dibolehkan pergi ke Azerbaijan.

Cerita berlanjut saat Layla akhirnya sampai ke Azerbaijan. Calon dosen tamu itu langsung bertemu dengan Dubes Indonesia untuk Azerbaijan. Samir (Reza Rahadian) ada di sana dan antusias bertemu Layla. Sayang Layla tampak lupa sekalipun sudah diingatkan oleh Ilham bahwa Samir adalah mahasiswanya.

Di kelas, keduanya bertemu kembali. Samir mencoba mengesankan Layla dengan memberikan pandangannya tentang wanita Jawa yang lemah lembut dan penurut. Dari situ, interaksi antara mereka terlihat mulai mengalir. Layla diajak Samir dan beberapa mahasiswa lain untuk berkeliling museum. Saat tengah asyik berbincang, Samir mendapat telepon dan harus meninggalkan Layla bersama teman-temannya.

Sejurus kemudian, Layla melihat Samir tengah memeluk seorang wanita yang sedang menangis. Pada malam harinya, Ilham mengajak Layla untuk menikmati suasana malam di Baku. Secara kebetulan di sana Layla melihat Samir sedang membacakan sebuah puisi yang diiringi oleh pemusik jalanan. Perempuan itu terlihat kagum. Mereka kembali berbincang sembari berjalan di bawah langit malam Azerbaijan.

Dari perbincangan tersebut, diketahui bahwa Samir memiliki pengalaman yang cukup emosional dengan wayang. Samir bercerita saat dirinya pergi ke Semarang, dia mendengar pertunjukan wayang dan mendapat ketenangan dari sana. Sebagai anak seorang dalang, Layla merasa terhubungan dengan itu. Samir sangat ingin belajar wayang tapi tentu saja tidak bisa jika hanya satu atau dua minggu.

Sesampainya di apartemen, Layla mendapat kiriman video dari Ibnu mengenai persiapan pernikahan mereka. Layla sama sekali tidak tertarik dan malah memikirkan Samir. Keesokan harinya Layla terlihat menghindari Samir. Layla menolak ajakan Samir untuk jalan-jalan ke Old City dan memilih pergi bersama rombongan ibu-ibu lain.

Agenda jalan-jalan Layla di Old City semula berjalan menyenangkan. Perempuan itu sempat merekam suasana di sana untuk Ibnu. Saat sedang asyik, Layla bertemu dengan Samir dan lagi-lagi berusaha menghindarinya. Singkat cerita, Layla tersesat di Old City, seperti yang sudah diingatkan Samir sebelumnya.

Bingung mau meminta bantuan pada siapa, Layla menelepon Samir. Lelaki itu memberi petunjuk melalui telepon, hingga berhasil “membawa” Layla ke depan pintu rumahnya. Seperti dijebak, Layla bertemu dengan ibu Samir. Masih kaget dan bingung, Layla sangat canggung tapi juga tidak kuasa menolak ajakan sang ibu untuk masuk dan makan malam bersama.

Saat tengah menikmati santap malam, Samir mendapat telepon dan bergegas pergi. Kali ini, Layla berhasil memaksa untuk ikut. Lalu kemana Samir akan membawanya? Siapa yang menelepon sehingga Samir terkesan buru-buru? Apabila penasaran dengan kelanjutan cerita dari film ini, Anda bisa menyaksikannya di Netflix!

Tampilkan Sekilas Lanskap Terkenal Azerbaijan

Layla Majnun akan mengajak Anda untuk sebentar jalan-jalan ke Azerbaijan. Melihat-lihat bagaimana suasana di Kota Baku dan sekilas kecantikan Laut Kaspia. Keberadaan Layla di sana sebagai dosen tamu, tidak melulu diisi dengan adegan mengajar di kelas. Beberapa kali Samir diceritakan mengajak perempuan tersebut berkeliling kota.

Walau tidak diperlihatkan dengan cukup detail, narasi yang diucapkan Layla ketika menjelaskan Old City Baku menyiratkan bahwa tempat itu merupakan salah satu daya tarik dan kebanggan Azerbaijan. Karakter utama wanita dalam film ini juga turut menceritakan tentang keberadaan Istana Shirvanshahlar yang sudah dibangun sejak abad ke 12.

Dialog yang menceritakan lanskap-lanskap terkenal Azerbaijan tersebut terlihat sengaja disisipkan guna menguatkan rasa bahwa Layla benar-benar sedang ada di sana. Meski begitu, pada beberapa scene, Anda tetap bisa melihat bangunan-bangunan indah serta ornamen khas yang ada di sana.

Kisah Cinta yang Dipaksakan

Berniat menyalin kisah legendaris Layla dan Qais, percintaan di film Layla Majnun ini terasa cukup dipaksakan. Tanpa pondasi emosi yang kuat lebih dulu, Anda tiba-tiba harus “menerima” bahwa Samir diceritakan jatuh cinta, bahkan tergila-gila pada Layla. Penjelasan mengapa Samir sebegitu cintanya pada Layla pun rasanya masih tidak begitu kuat.

Jika Samir sebatas mengagumi Layla karena tulisannya, lalu mereka bertemu dan kekaguman Samir semakin bertambah, rasanya masih cukup akal. Namun, jika ceritanya mau dibuat sedemikian rupa hingga Samir jatuh cinta, sutradara rasanya perlu membuat cerita-cerita penyangga yang bisa meyakinkan penonton bahwa Samir benar-benar mencintai Layla.

Emosi sebegitu kuat, rasa cinta Samir yang begitu hebat dirasakan untuk Layla, hingga membuat lelaki itu kehilangan kewarasannya, tidak tersampaikan dengan baik. Harus ada elemen kuat lain yang mampu membawa penonton turut merasakan cinta dan emosi antara keduanya. Sayang elemen tersebut tidak ada.

Ketika Samir pergi dari rumah Dubes dengan perasaan kecewa karena Ibnu ada di sana, lelaki itu terlihat memberikan sebuah buku pada Layla. Rupanya itu adalah buku novel karya Layla yang dia simpan sejak beberapa tahun lalu.

Sembari mengingatkan Layla soal janji, Samir pergi. Dengan mata mulai berkaca-kaca dan menangis, Layla membuka buku tersebut. Di sana hanya tertulis, “Sampai bertemu di negaramu.” Lalu, janji apa yang dimaksud Samir? Janji mana yang harus ditepati Layla?

Lagipula Layla sudah ada di sana. Mengapa Samir masih kecewa? Bagian itu semakin menguatkan bahwa kisah cinta mereka dalam film ini dipaksakan. Penonton tidak bisa terhanyut begitu saja hanya dengan sebuah buku bertuliskan hal semacam itu. Apalagi tulisan tersebut dibuat oleh seorang penulis novel dengan niat hanya untuk menyenangkan dan menghargai pembacanya. Tidak terlihat ada perasaan romantis apa pun saat menulisnya.

Beberapa Konflik yang Tidak Perlu

Selain kisah cinta yang terasa dipaksakan, terdapat beberapa konflik dalam film Layla Majnun yang jika dihilangkan pun tidak akan memengaruhi keutuhan jalan cerita. Konflik  tidak perlu tersebut salah satunya bisa Anda temukan pada kehadiran karakter Narmina. Dia adalah sepupu Samir yang ceritanya menolak dijodohkan dengan seseorang.

Kehadiran Narmina seperti diniatkan untuk membuat Layla cemburu. Pasalnya tanpa penjelasan apa-apa, tanpa dialog apa-apa, penonton diperlihatkan adegan saat Samir memeluk Narmina dan ekspresi Layla yang berubah. Adegan ketika Samir dikeroyok oleh tunangan Narmina pun rasanya tidak perlu karena setelah itu semua kembali biasa saja.

Konflik hutang yang dimiliki ayah Layla hingga mereka berhutang budi pada keluarga Ibnu pun tidak kalah mengecewakan. Untuk sutradara sekelas Monty Tiwa, rasanya bisa memikirkan konflik lain yang lebih baru, bukan malah memakai ‘lagu lama’ yang membosankan. 

Reza dan Acha Tidak Membantu

Layla Majnun tidak salah dalam memilih bintang. Dua karakter utamannya dimainkan oleh aktor dan aktris kawakan Reza Rahadian dan Acha Septriasa. Sayangnya, kehadiran mereka tetap belum cukup untuk ‘mengatrol’ film ini menjadi tontonan yang menarik.

Bakat Reza dan Acha dalam berakting seperti disia-siakan begitu saja oleh alur dan naskah yang seolah dibuat dengan buru-buru dan asal jadi. Selain itu, chemistry antara Reza dan Acha pun tidak sekuat seperti pada film mereka terdahulu, Test Pack (2012).

Namun, jika Anda kadung menggemari akting Reza Rahadian dan Acha Septriasa, tidak ada salahnya untuk menonton Layla Majnun. Film ini sedikit banyak mengajarkan bahwa tidak ada yang salah dalam cinta. Setuju dengan hal itu? Kalau begitu saksikan film ini di Netflix ya! Layla Majnun sudah bisa dinikmati mulai 11 Februari 2021.

[rwp_box id="0"]

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram