bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Kingmaker, Politik Korea Berlatar 60-an

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Kingmaker
3.4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Mengingat kematian ayahnya yang dibunuh karena berlogat seperti komunis membuat Seo Chang Dae sedih berkepanjangan. Kesedihan itu ingin dia sembuhkan dengan cara mengubah sistem pemerintahan yang tiran.

Seo Chang Dae mengesampingkan pekerjaannya sebagai apoteker dan mulai menjadi ahli strategi kampanye. Chang Dae mengabdikan diri pada Kim Woon Bum; calon pemimpin yang dirasa dapat mengubah keadaan.

Strategi yang ditawarkan Chang Dae bukan strategi yang bersih, tapi terbukti membawa Woon Bum ke puncak popularitas. Hingga suatu hari, ketika Woon Bum sudah berada di posisinya yang paling tinggi, Chang Dae dibuang.

Jika kamu yang suka dengan drama bertema politik, film Korea berjudul Kingmaker bisa jadi pilihannya. Sebelum nonton filmnya, yuk simak ulasan Kingmaker (2022) berikut ini!

Baca juga: Melihat Dunia Politik dari 10 Film Tentang Presiden Ini

Sinopsis

Sinopsis

Seo Chang Dae (Lee Sun Kyun) mendengar tetangganya bercerita perkara telur yang dicuri oleh anak sepupu mandor desa bernama Chang Shik. Dia kesal tapi tak bisa mengadukannya pada siapa pun.

Chang Dae yang terlihat sedang serius menulis surat menyarankannya menjebak Chang Shik. Dia memberi tetangganya pilihan: menjalankan taktik yang kejam atau menerima saja dan jadi penurut.

Seo Chang Dae adalah seorang apoteker yang tidak suka dipanggil sebagai apoteker. Baginya bekerja di apotek adalah pekerjaan sementara. Suatu ketika Chang Dae melihat Kim Woon Bum (Sol Kyung Gu) sedang berorasi mengumbar janji-janji di tengah masyarakat.

Salah satu warga berteriak ke arahnya dan terus menyebut Woon Bum sebagai komunis yang tengah berdusta. Woon Bum terlihat tenang menghadapi warga tersebut. Dia malah bertanya alasan mengapa dirinya disebut komunis.

Woon Bum lantas menceritakan pengalamannya saat diperlakukan buruk oleh tentara Korea Utara. Rupanya surat yang Chang Dae tulis sambil mendengar curhatan tetangganya tadi dibuat untuk Woon Bum.

Sebelum memasukkan surat tersebut ke dalam amplop, Chang Dae menyelipkan bunga kecil berwarna kuning. Agar surat yang dia buat sampai ke tangan Woon Bum dengan selamat, Chang Dae rela menunggu sampai larut malam untuk menyerahkannya.

Ketika Woon Bum dan tim akhirnya datang, mereka langsung membahas strategi pemenangan yang dibutuhkan tanpa memedulikan Chang Dae.

Chang Dae tiba-tiba menyela rapat mereka dengan mengatakan bahwa strategi yang sedang dibicarakan tidak akan berhasil. Woon Bum yang sudah kalah empat kali dalam tujuh tahun memerlukan strategi baru.

Tanpa diminta Chang Dae berpendapat bahwa kebijakan dan janji kampanye Woon Bum sudah bagus, tetapi bagi rakyat miskin semuanya terdengar seperti omong kosong.

Pendapatnya langsung menarik perhatian Woon Bum. Woon Bum seketika tahu kalau Chang Dae adalah orang yang sering mengiriminya surat.

Chang Dae bisa memastikan untuk mendapat satu suara dia akan membuat pihak lawan kehilangan sepuluh suara. Apoteker itu menawarkan pola kerja kapitalis.

Baginya menghasilkan uang dan suara tidak ada bedanya. Untuk melawan pihak yang kotor, maka Woon Bum juga harus kotor. Pendapatnya kali ini tidak sejalan dengan pemikiran Woon Bum.

Politisi itu percaya bahwa keadilan dapat membentuk tatanan masyarakat. Namun, setelah Chang Dae berhasil membuatnya terdiam, Woon Bum mulai bersedia mendengarkan usulannya.

Chang Dae kemudian meminta agar dia dipekerjakan. Sebagai aktivis buruh Woon Bum tak punya dana untuk membayarnya, tapi Chang Dae tidak mengharapkan bayaran.

Dia rupanya berasal dari Korea Utara. Aksennya sudah lama hilang karena dia berusaha sangat keras menghilangkannya setelah melihat sang ayah tewas dibunuh. Ayah Chang Dae dibunuh karena cara bicaranya terdengar seperti komunis.

Woon Bum mendadak mengubah pikirannya. Chang Dae pun bergabung bersama tim untuk memenangkannya di pemilihan. Terbukti Woon Bum mulai melihat hasil memuaskan. Dia menang dalam pemilihan anggota dewan selama bertahun-tahun. Woon Bum menyatakan era diktator sudah selesai.

Beberapa tahun setelah kemenangannya, Woon Bum mulai diserang oleh kampanye hitam dari pihak lawan. Namun, alih-alih kendor Woon Bum malah menyerang presiden yang berencana mencalonkan diri untuk ketiga kalinya.

Chang Dae sangat membanggakan sosok tersebut, tetapi tidak dengan istrinya, Myung Sook (Kim Sae Byuk). Pasalnya sebagai orang yang berjasa di karir Woon Bum, Chang Dae malah seperti diasingkan. Myung Sook merasa seharusnya Woon Bum menjadikan sang suami sebagai ajudan.

Chung Dae mencoba memahami alasan Woon Bum tidak memberinya jabatan resmi karena dia bisa menjadi target lawan.

Keberadaan Woon Bum dan seorang politisi bernama Kim Young Ho (Yoo Jae Myung) rupanya tidak diinginkan di Majelis Nasional.

Kepala Departemen Kim (Yoon Kyung Ho) rela memberikan 10 sampai 20 kursi untuk partai oposisi, tetapi tidak kepada mereka. Menurut Direktur Lee, untuk menghentikan Kim Young Ho realitanya akan sulit.

Alasannya karena Kim Young Ho merupakan Ketua Fraksi Partai Demokrat Baru. Selain itu biaya pemilu di Busan terlalu mahal. Dengan dasar tersebut Presiden Park dibantu timnya lebih fokus untuk menyerang Kim Woon Bum. Kim Woon Bum dianggap remeh sekaligus cukup ditakuti dan diantisipasi.

Kim Woon Bum punya kekuatan dalam berbicara di depan publik. Pada majelis terakhir dia bicara selama lima jam tanpa henti menjelek-jelekkan pemerintahan dan tanpa naskah.

Oleh karena itu jika Kim Woon Bum diberi tempat di Majelis Nasional, pemerintah akan kebingungan. Lantas, apakah mereka akan berhasil menjegal langkah Woon Bum?

Film Politik dengan Latar Korea Selatan Zaman Dulu

Film Politik dengan Latar Korea Selatan Zaman Dulu

Memasang dua nama aktor besar, Sol Kyung Gu dan Lee Sun Kyun, film Kingmaker (2022) suguhkan plot yang kental dengan nuansa politik. Konflik-konflik dalam film ini berkenaan dengan strategi kampanye, partai dan orang-orang haus kekuasaan.

Kamu yang tertarik dengan tak-tik dalam bidang politik akan langsung tertarik begitu mendengar Chang Dae mengemukakan idenya.

Dikemas menggunakan latar waktu di tahun 1960-an, film ini diproduksi dengan baik sehingga nuansa zaman dulu terasa meyakinkan.

Property hingga penggambaran situasi media saat itu, mulai dari televisi hingga surat kabar, sangat detail; klasik dan sukses menjadi elemen yang menambah citra kuat pada jalan ceritanya sendiri.

Idealisme Berbeda antara Calon Presiden dan ‘Otak’nya

Idealisme Berbeda antara Calon Presiden dan ‘Otak’nya

Pemilihan judul Kingmaker untuk film berdurasi sekitar 1 jam 58 menit ini menyiratkan bahwa premis utamanya adalah tentang seseorang yang memiliki kemampuan khusus sebagai ahli strategi kampanye.  Dia punya kemampuan menjadikan orang lain sebagai raja atau pemimpin.

Sosok yang dimaksud dalam film ini adalah Seo Chang Dae. Dia seorang apoteker yang cerdas dan berambisi mengubah iklim politik dari tiran menjadi berdemokrasi.

Film ini tidak membuang banyak waktu untuk narasi dan scene-scene tidak perlu. Pada part awal karakter Dae sudah langsung menarik perhatian dengan idenya yang ‘kejam’.

Chang Dae menawarkan diri untuk membantu Kim Woon Bum sebagai calon pemimpin karena dia merasa Woon Bum sejalan dengan tujuannya. Sayangnya, idealisme mereka berbeda.

Dari sini konflik utama Kingmaker (2022) dimulai. Perbedaan prinsip antara Chang Dae dan Woon Bum dalam memutuskan metode atau strategi yang akan dipakai tak bisa dihindari.

Woon Bum yang pernah merasakan keuntungan menggunakan strategi kotor Chang Dae, mulai berubah setelah mendapat posisi lebih baik.

Chang Dae merasa dibuang dan tidak dipercaya oleh yang dia percaya. Unsur pengkhianatan dan fitnah yang diselipkan dalam alurnya sukses menguatkan emosi saat nonton film ini.

Memotret Taktik Curang dalam Pemilihan

Memotret Taktik Curang dalam Pemilihan

Dengan latar waktu tahun 1960 hingga 1970-an, tone warna yang dipilih film ini tampak diperhatikan dengan baik. Sinematografi yang apik juga mendukung ketika plot memotret taktik curang dalam proses pemilihan yang terjadi.

Menariknya, walau dikemas dengan nuansa zaman dulu, kecurangan dalam proses pemilihan yang disuguhkan Kingmaker (2022) tidak lekang oleh waktu.

Kecurangan atau strategi ‘kejam’ dalam proses pemilihan nyatanya masih dipakai sampai saat ini. Kingmaker (2022) tampak berusaha menyampaikan masalah tersebut dengan jujur.

Untuk menjaga agar nuansanya terasa realistis dan berimbang, karakter Woon Bum yang ‘lurus’ dipertahankan sampai akhir. Di bagian akhir disiratkan bawah Woon Bum akhirnya memenangkan pemilihan presiden.

Kingmaker (2022) film yang cukup segmented. Tidak semua penonton akan mudah terikat oleh plot-nya. Namun, pesan dari film ini cukup mudah untuk dimengerti.

Kamu tidak akan kesulitan menangkap isu atau tujuan yang ingin disampaikannya. Intrik-intrik yang disuguhkan pun tidak berbelit-belit sehingga ceritanya mudah diikuti.

Penasaran dengan aksi Lee Sun Kyun sebagai ahli strategi dan taktik yang dia pakai? Kamu bisa nonton film Kingmaker (2022) melalui Iqiyi atau Viu.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram