bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Kapan Kawin, Film Parodi Gaya Hidup

Ditulis oleh Glen Sahetapy
Kapan Kawin
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dari judulnya, bisa jadi kamu akan langsung mengetahui cerita yang akan dihadirkan dalam film ini. Dan begitu mengetahui plotnya, kamu juga akan tahu bahwa tema sejenis sudah sering hadir di layar lebar, terutama film Hollywood, juga dalam kisah-kisah novel romantis. Dan film Kapan Kawin telah hadir Netflix dengan memiliki judul dalam bahasa Inggris: When Will You Get Married?

Disutradarai oleh Ody C. Harahap, film ini telah dirilis pada tahun 2015 silam dengan menduetkan aktor dan aktris Indonesia yang terkenal akan akting mereka, yaitu: Reza Rahadian dan Adinia Wirasti. Menghadirkan sebuah intrik yang tidak asing, mungkin kamu juga ingin sedikit mengintip bagaimana film ini sebenarnya. Yuk, kita simak bareng-bareng pembahasan berikut.

Sinopsis

Kapan Kawin
*http://thebridedept.com/kapan-kawin-movie-fenomena-klasik-perempuan-masa-kini/

Dinda (Adinia Wirasti) merupakan seorang staf yang menempati posisi sangat penting di sebuah hotel berbintang kenamaan. Dia berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya, dan sangat perfeksionis. Ia juga sangat dicintai oleh para bawahannya. Terbukti, ketika ia menginjak usia 33 tahun, para karyawan hotel di tempat Dinda bekerja merayakan ulang tahunnya.

Namun, karir Dinda yang sempurna tidak diiringi dengan kehidupan pribadi yang setara. Kesuksesan memang berhasil ia raih. Tapi hingga saat ini, dia belum kunjung memiliki kekasih atau calon pasangan hidup. Apalagi, ia juga akan mudik untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan kedua orangtuanya di kota Yogyakarta.

Satu kali, Dinda menerima telepon dari sang bunda. Ia merasa enggan untuk menjawab panggilan tersebut, namun karena merasa tidak enak, akhirnya ia memilih untuk membalas panggilan tersebut. Ia sudah bisa menebak. Bu Dewi (Ivanka Suwandi) dan Pak Gatot (alm. Adi Kurdi) tentu saja menyinggung perihal status single putri mereka tersebut.

Kocaknya, Bu Dewi dan Pak Gatot juga melakukan segala cara yang – agak tidak masuk akal – agar dapat memaksa Dinda untuk segera memiliki calon pasangan hidup. Merasa diteror dengan pertanyaan ‘kapan kawin?’, Dinda dan rekan kerjanya menyusun sebuah rencana. Dan ia memutuskan menyewa Satrio (Reza Rahadian) seorang aktor teater kenalan sahabatnya tersebut, untuk berpura-pura menjadi kekasihnya.

Rencana tersebut tidak berjalan dengan mulus, karena Satrio ternyata sangat idealis dan agak berlebihan. Satrio sendiri mematok tarif yang cukup tinggi dan pembatasan jam kerja untuk peran yang ia jalani. Meski begitu, keduanya berangkat dengan berpura-pura menjadi sepasang kekasih ke Yogyakarta demi membahagiakan Bu Dewi dan Pak Gatot.

Mengetahui putri mereka akhirnya telah memiliki seorang kekasih, kedua orangtua Dinda merasa girang bukan main. Tapi tanpa sepengetahuan Dinda dan Satrio, Bu dewi dan Pak Gatot juga telah menyusun sebuah strategi yang bertujuan untuk menguji apakah Satrio memang benar-benar pantas menjadi calon menantu mereka.

Setelah melalui intrik seperti Pak Gatot yang pura-pura sakit dan menyewa seorang wanita bayaran untuk menggoda dirinya, Kedua orangtua Dinda juga mulai menyukai Satrio yang berpura-pura memiliki profesi sebagai dokter ahli bedak plastik tersebut. Karena, Satrio terbukti dapat melalui semua ujian tersebut dengan baik.

Mengetahui bahwa Satrio berhasil meraih hati kedua orang tuanya, Dinda pun panik. Ia kemudian meminta sang aktor untuk melakukan hal yang sebaliknya. Tidak lupa, Satrio juga meminta Dinda untuk menambah bayarannya agar ia dapat melakukan sesuai dengan yang wanita itu inginkan.

Sementara, Pak Gatot telah meminta Satrio untuk melamar putrinya. Ayah dari Dinda tersebut juga telah menyerahkan cincin warisan keluarga mereka pada Satrio sebagai tanda agar mereka dapat meresmikan hubungan mereka ke tingkat yang lebih serius hingga pada saat Satrio berpura-pura melamar Dinda, cincin kebanggaan keluarga tersebut ternyata hilang.

Komedi yang (Tidak Terlalu) Kocak

Komedi yang (Tidak Terlalu) Kocak
*https://amiratthemovies.com/2015/02/15/review-kapan-kawin-2015/

Kapan Kawin? memang adalah sebuah drama komedi romantis. Tapi jujur saja, di menit-menit awal seolah Ody dan kawan-kawan gagal menghantarkan lelucon-lelucon mereka. Sayang sekali memang karena menghadirkan sosok Adinia Wirasti dan kehadiran aktor senior seperti almarhum Adi Kurdi, jokes yang ditampilkan gagal pecah malah membuat penonton jadi canggung rasanya.

Guyon urban kaum perkotaannya pun –mohon maaf- terasa hambar. Iya, ‘garing’. Bak kata-kata ‘lebay’ para blogger di awal tahun 2000-an. Lantas, ada juga adegan dimana Ivanka Suwandi bagai menggunakan kutipan jenaka ala orangtua sebagai punch line yang, sekali lagi mohon maaf, tidak lucu karena terlalu kaku dan kurang relevan.

Namun kami juga teringat bahwa film ini dirilis pada tahun 2015. Kami jadi berpikir, mungkin pada masa itu, lawakan-lawakan tersebut masih bisa dikatakan ‘masuk’ bagi kalangan dewasa muda seperti karakter Dinda. Well, kami juga kurang bisa mengingatnya.

Masih Bisa Membuat Tertawa

Masih Bisa Membuat Tertawa
*https://www.netflix.com/id/title/81319133

Namun, seiring dengan durasi film yang terus berjalan, guyonan yang ‘awkward’ itu dapat terobati juga. Semuanya berubah ketika kita menyaksikan aksi Reza Rahadian. Akting dari salah satu aktor papan atas Indonesia yang telah sering menampilkan berbagai karakter di banyak film ini memang patut diacungi jempol.

Dia seolah bisa menampilkan sesuatu yang sedikit berbau ‘breaking the fourth wall’. Seperti, penonton tahu bahwa dia tengah berpura-pura hingga tampak berlebihan. Tapi orang sekitarnya terkecuali Dinda seolah tidak keberatan dengan tingkahnya tersebut.

Lantas, adegan di mana ia digoda oleh wanita bayaran Pak Gatot dan Bu Dewi namun tetap berusaha sok cool itu mampu mengocok perut. Bahasa tubuh yang ditampilkan oleh Reza mendekati adegan slapstick tapi dalam batas yang wajar.

Mudah Ditebak

Mudah Ditebak
*https://www.youtube.com/watch?v=31NhsT4JfwU

Secara keseluruhan, plot yang disuguhkan oleh Kapan Kawin? sebenarnya mudah ditebak. Film yang dirilis pada Valentine’s Day 2015 tidak menampilkan sesuatu yang orisinil, maupun juga baru. Semuanya terasa familiar bahkan mungkin membuat kamu berpikir, apakah ini film saduran?

Ada sedikit harapan, Ody dan kawan-kawan justru bisa membuat film ini ke arah yang lebih serius dan komedi hanyalah ‘bumbu penyedap’ saja. Mungkin hal tersebut akan lebih membuat film mereka terasa agak berbeda. Karena lelucon ‘kekasih sewaan’ rasanya sudah terlalu sering diangkat menjadi tema sebuah kisah drama romantis.

Menyinggung Budaya

Menyinggung Budaya
*http://thebridedept.com/kapan-kawin-movie-fenomena-klasik-perempuan-masa-kini/

Meski begitu, film ini cukup menyinggung budaya romantisme dan juga penjaringan ‘bibit, bobot dan bebet’ yang sering kali berlaku di Indonesia. Salah satunya adalah posisi seorang Dinda yang mesti memenuhi ekspektasi dari orangtuanya yang merupakan keluarga terhormat.

Apalagi, ia juga sering kali dibanding-bandingkan dengan kakaknya, Nadya (Feby Febiola) yang menikah dengan Jerry (Edwin Sutodiharjo) seorang alpha male tampan dan mapan. Kasus seperti ini memang tidak jarang dihadapi oleh para kaum lajang terutama wanita. Bukan hanya di Indonesia, tapi kemungkinan juga di belahan negara lain.

Lantas, Satrio yang ternyata benar-benar menyukai Dinda juga harus dihadapi kenyataan bahwa dia bukanlah seorang pria mapan, bahkan bisa dibilang pengangguran. Bagaimana bisa ia menjadi pendamping hidup bagi Dinda, sementara ia sendiri masih menuntut wanita tersebut membayarnya dengan layak. Harus realistis, itulah permasalahan yang mesti dihadapi karakter yang diperankan oleh Reza Rahadian ini.

Kehadiran tokoh Nadya juga Jerry juga mulai menjadi game changer dalam Kapan Kawin?, setelah segala situasi jenaka yang kita saksikan. Masalah-masalah emosional mulai menyeruak, lantas kamu mungkin akan mulai menyadari bahwa drama kehidupan yang terjadi di dalamnya ternyata related. Singkatnya, apa yang dialami Dinda bisa terjadi pada siapapun.

Di luar komedi yang kadang kurang mengena juga plot yang dapat ditemukan di banyak film lain, sesungguhnya Kapan Kawin? memang mampu menggugah para jomblo. Bagaimana membahagiakan diri sendiri cukuplah penting, dan romantisme bukan sekedar sebuah ucapan yang berbunyi ‘I love you’.

Sayangnya, hal ini baru akan kita jumpai menjelang penghujung kisah. Jika saja Ody bisa lebih mengeksplor konflik ini sejak awal, rasanya film yang berjudul When Will You Get Married? dalam bahasa Inggris ini bisa membuat kalangan dewasa muda terutama para jomblowan dan jomblowati menjadi lebih ‘baper’.

Haruskah kita mengeluarkan pertanyaan: wajib tonton atau tidak? Kami harap, setelah kita membahasnya bersama-sama, kamu sendiri yang akan menentukan apakah kamu perlu menyaksikannya atau tidak. Namun saran kami, sebaiknya kamu menyaksikan film ini. Bagi kamu yang berada di posisi yang sama dengan Dinda atau Satrio, mungkin bakal ada sedikit pelajaran yang dapat kamu petik dari Kapan Kawin?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram