bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Jane Got a Gun, Film Koboi Natalie Portman

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Jane Got a Gun
2.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Demi melindungi suaminya dari sekelompok bandit, Jane terpaksa meminta bantuan mantan tunangannya agar bisa mempertahankan hidupnya apabila gang pimpinan John Bishop berhasil mengetahui rumahnya. Meski awalnya menolak, Dan bersedia membantu Jane dengan segala cara walau masih ada kesal di hatinya kepada Ham.

Jane Got a Gun adalah film western karya Gavin O’Connor yang dirilis oleh The Weinstein Company pada 29 Januari 2016. Dibintangi oleh Natalie Portman yang juga bertindak sebagai produser dan Joel Edgerton yang juga menulis naskahnya, film dengan penghasilan hanya $1 juta ini mencoba kembali membangkitkan semangat film western yang kuat di sisi drama.

Natalie Portman sudah tampil prima, tapi apakah dia mampu mengangkat kualitas film ini? Temukan jawabannya dengan membaca review berikut.

Sinopsis

Jane Got a Gun poster_

Jane menyambut suaminya, Bill “Ham” Hammond, yang pulang ke rumah dalam kondisi mengalami luka tembak. Ham berkata bahwa The Bishop Boys akan datang. Setelah mengobati Ham, Jane langsung pergi menitipkan Katie, putrinya, kepada seorang teman. Setelahnya, Jane mendatangi Dan, mantan tunangannya, untuk meminta bantuannya dari serangan The Bishop Boys.

Dan tidak mau juga tidak menerima kehadirannya. Jane kemudian pergi ke kota untuk membeli senjata serta amunisi sambil berharap menemukan orang yang mau membantunya. Tapi justru dia bertemu dengan salah satu anggota gang yang menyimpan dendam kepada Ham karena pernah menembaknya. Dia mengancam Jane tapi aksinya dihentikan oleh kedatangan Dan.

Saat terfokus dengan Dan, Jane menembak mati bandit itu. Mereka langsung kembali dengan cepat ke rumah Jane. Setelah melihat kondisi Ham yang lemah dan kisah masa lalu yang diceritakan oleh Jane, Dan bersedia membantu mempertahankan hidup mereka dari serangan The Bishop Boys.

Setelah melihat-lihat sekitar rumah, Dan mulai menggali halaman untuk menanamkan toples yang diisi minyak tanah. Mendadak ada seseorang yang datang menghampiri yang ternyata adalah salah satu anggota The Bishop Boys.

Meski dia tidak mengenali Dan, tapi dia melihat Jane melalui teleskopnya. Dengan cepat, Dan menembaknya dan Jane mengejar kuda milik bandit tersebut. Setelahnya mereka semakin waspada karena kemungkinan The Bishop Boys sudah dekat.

Dan serta Jane saling bercerita tentang masa lalu yang membuat cinta mereka terpaksa terpisah. Dan pergi berperang selama tiga tahun lamanya, meninggalkan Jane yang sedang mengandung anak mereka tanpa diketahui oleh Dan.

Setelah menunggu lama, Jane dan Mary pindah ke kota lain dengan menumpang kereta milik John Bishop dan bertemu dengan Ham yang masih menjadi anggota The Bishop Boys.

John kemudian menjadikan Jane sebagai pelacur tapi diselamatkan oleh Ham setelah gagal menyelamatkan Mary yang diduga hanyut terbawa sungai. Lalu, mereka membina rumah tangga di daerah terpencil.

Sementara, Dan yang pulang dari perang berusaha mencari Jane dan bertemu John yang memberikan informasi bahwa Jane sudah menikahi Ham. Dan melihat mereka dari jauh dengan perasaan yang patah hati.

Masuk waktu malam, saat Jane dan Dan sedang berbincang di teras rumah, mereka diberondong oleh tembakan dari The Bishop Boys. Dan tertembak tapi masih bisa bertahan dan Jane segera masuk ke rumah untuk mengobati Ham yang juga terkena tembakan.

Dan segera berlari ke kamar atas serta menembaki toples-toples yang kemudian meledak dan membakar sebagian besar dari mereka. Jane kemudian menyembunyikan Ham ke dalam ruangan bawah tanah, tapi mereka bertiga justru terjebak di dalamnya karena berondongan tembakan ternyata masih belum berhenti.

Perlahan-lahan, Dan mengendap keluar dan mendapati Fitchum ada di sana lalu menembaknya. Tapi John menodongkan pistolnya di belakang Dan yang membuatnya meletakkan pistolnya.

Kemudian Jane pun menyusul menodongkan pistolnya kepada John yang sudah tahu bahwa Ham sudah mati. Akankah Jane berhasil menuntaskan dendamnya kepada John? Benarkah Mary sudah mati? Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Tonton filmnya sampai selesai, ya!

Kendala Produksi yang Mengurangi Kualitas

Kendala Produksi yang Mengurangi Kualitas_

Proses produksi film ini sudah mengalami banyak kendala dari awal. Sejak diumumkan pada Mei 2012 hingga mulai syuting di bulan Maret 2013 sudah banyak pemeran yang keluar-masuk juga pergantian sutradaranya.

Tercatat, Michael Fassbender, Jude Law dan Bradley Cooper pernah terlibat meski harus keluar lagi untuk menjalani syuting film lain karena tidak ada kepastian dari produksi film ini.

Bahkan, sutradara Lynne Ramsay meninggalkan produksi di hari pertama syuting yang kemudian kursinya diisi oleh Gavin O’Connor. Beberapa kendala inilah yang membuat kualitas film ini jauh dari harapan sebuah proyek besar yang prestisius.

Sutradara yang bekerja tidak dari awal produksi tentu tidak bisa memaksimalkan visi film dan hanya berusaha menerjemahkan naskah saja.

Akibatnya, film ini dirilis di bulan Januari yang sepi dan tanpa publikasi yang gencar tidak seperti yang direncanakan. Walhasil, pendapatan film dengan durasi 1 jam 38 menit ini sangat minim, hanya bisa meraup sekitar $1 juta saja.

Selingan Flashback sebagai Pembuka Misteri

Selingan Flashback sebagai Pembuka Misteri_

Sebenarnya, film dengan sinematografi yang apik dengan permainan cahaya mentari di beberapa adegan ini memiliki alur cerita yang menjanjikan di awal film, dimana seolah ada misteri tersembunyi yang akan membuat kita penasaran.

Kepulangan Ham yang terluka, sosok The Bishop Boys yang langsung membuat Jane bertindak cepat, dan sosok Dan yang menolak kehadiran Jane adalah beberapa misteri itu.

Kemudian, semua misteri itu diceritakan lewat banyak adegan flashback yang tidak disusun secara kronologis melainkan sesuai kebutuhan cerita karakternya. Meski membuat kita paham dengan jalinan ceritanya secara utuh, namun kesan misterinya seolah memuai karena tidak sesuai harapan kita.

Drama western identik dengan rentetan dialog yang berhasil membuka satu demi satu simpul misteri dalam kisahnya, seperti di film The Hateful Eight (2015).

Dengan menghadirkan adegan flashback, seolah film ini malas bercerita dengan dialog yang kuat dan membiarkan kita mengerti dengan melihat langsung misteri itu dalam gambar. Satu elemen ini sudah cukup mengurangi kenikmatan menontonnya.

Performa Apik Natalie Portman yang Tersia-siakan

Performa Apik Natalie Portman yang Tersia-siakan_

Dari sisi akting, Natalie Portman tampil total dan terlihat sangat menjiwai, sementara Joel Edgerton dan Noah Emmerich tampil seadanya. Kita bisa rasakan bagaimana pedihnya hati Jane ketika mendapat kabar dari Ham bahwa Mary tidak bisa dia selamatkan. Sangat memilukan dan menyayat hati apa yang diekspresikan olehnya.

Begitu pun ketika hendak menghabisi John yang memberi tahu Jane bahwa Mary masih hidup. Emosinya sangat memuncak dan terlihat jelas sekali api amarah di wajahnya. Tapi sayangnya, performa apik Natalie Portman seolah sia-sia ketika pemeran lainnya hanya terlihat seperti patung-patung yang digerakkan, nyaris tanpa ekspresi dan rasa.

Sebenarnya, akting Ewan McGregor cukup mengesankan, dengan kumis dan wajah yang kusam akibat debu, kita nyaris tidak menyadari bahwa karakter John Bishop diperankan olehnya. Tampil dingin dengan kesan licik, karakternya tidak digali lebih dalam meski selalu dihadirkan di dalam adegan flashback.

Pada akhirnya, Jane Got a Gun bukanlah film western yang bagus. Dialog yang terkesan biasa, seolah menghilangkan elemen khas para koboi yang terbiasa berbicara dengan kalimat keras dan kasar namun terkesan puitis. Banyaknya adegan flashback juga seolah menampilkan kemalasan para penulis naskah dalam membangun cerita.

Tapi, setidaknya kita tetap akan terpukau dengan akting Natalie Portman yang stabil dari awal hingga akhir film sebagai Jane yang harus berani menghadapi kembali masa lalunya. Meski banyak kritikus film yang menganggapnya meniru penampilan Raquel Welch di film Hannie Caulder (1971), Natalie Portman memiliki emosi yang berbeda.

Bagi penikmat film western, mungkin kalian akan sedikit kecewa tapi tetap akan terkesan dengan adegan baku-tembak yang seru di rumah Jane, begitupun dengan akting Natalie Portman.

Rasanya film ini harus menjadi film wajib bagi fans Natalie Portman. Saksikan perjuangan Jane dalam mempertahankan hidupnya dan orang-orang yang dicintainya sekarang juga, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram