Sinopsis & Review Jakarta Undercover, Sisi Gelap Ibu Kota
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Ibu kota Jakarta selalu identik sebagai kota metropolitan yang menjadi tempat bagi banyak orang menggantungkan hidup. Namun dibalik megah dan gemerlapnya semua gedung-gedung besar di Jakarta, ada banyak sisi gelap dari orang-orang di dalamnya.
Kisah tersebut yang diangkat dalam sebuah film berjudul Jakarta Undercover. Sebelum menonton filmnya, kamu bisa membaca sinopsis dan review-nya berikut ini!
Baca juga: Film Thriller Indonesia Paling Seru dan Menegangkan
Sinopsis
Tahun Rilis | 2006 |
Genre | Adult, Drama, Erotic, LGBTQ, Psychological, Slice of Life, Thriller |
Sutradara | Lance Laggong |
Pemeran | Luna Maya Lukman Sardi Fachri Albar Christian Sugiono Verdi Solaiman |
Review | Baca di sini |
Film Jakarta Undercover mengisahkan tentang kehidupan di kelab malam yang menampilkan para penari waria. Salah satu penari adalah Viki, wanita yang menyamar menjadi waria agar bisa menari dan mendapat uang untuk biaya hidupnya. Viki juga memiliki seorang adik bernama Ara, pengidap autisme yang ia bawa secara sembunyi-sembunyi saat ia bekerja di kelab tersebut.
Suatu malam, kelab tersebut kedatangan tamu seorang anak pejabat bernama Haryo beserta dua temannya, Yosef dan Teddy. Haryo ingin memakai jasa Viki malam itu. Jefri, si pemilik klub pun mempersilahkannya. Namun Viki yang enggan disentuh dan hanya mau untuk menari kabur dari ruangan khusus tersebut. Jefri pun menggantikannya dengan penari lain.
Secara tidak sengaja, Haryo dan teman-temannya membunuh penari tersebut saat mereka menyetubuhinya. Hal itu diam-diam disaksikan oleh Ara yang disembunyikan Viki di ruang meeting tempat terjadinya peristiwa itu. Haryo beserta Jefri dan teman-temannya berencana membuang mayat itu agar tidak mencemarkan nama baik ayahnya.
Namun Haryo dan teman-temannya mencurigai jika ada seseorang yang melihat peristiwa pembunuhan tadi. Setelah mengecek CCTV, mereka pun melihat Viki dan adiknya yang keluar dari ruangan tersebut. Jefri kemudian memaksa sahabat Viki, Amanda, untuk mengatakan alamat Viki dan siapa Viki sebenarnya.
Amanda disiksa dan Viki ditelepon untuk kembali datang ke klub. Viki yang mengira Amanda mengalami kecelakaan langsung kembali ke kelab dan meninggalkan adiknya. Namun sesampainya di sana, Viki melihat Amanda yang dijatuhkan dari balkon oleh Haryo dan kawan-kawannya. Viki akhirnya menyadari jika ia dan adiknya dalam bahaya.
Di rumah kontrakannya, salah satu teman Haryo berhasil menculik Ara. Viki yang terlambat datang pun tak bisa menemukan Ara. Ia kembali memesan taksi dan berjalan tak tentu arah hingga kehabisan uang. Ia kemudian diturunkan oleh supir taksi dan menemukan sebuah kelab malam yang menampilkan para penari striptis.
Viki memberanikan diri untuk ikut menari hingga mendapat cukup banyak uang saweran. Ia menggunakan uang itu untuk mencari Ara. Viki akhirnya berhasil menemukan Ara saat Haryo dan teman-temannya mencarinya di sebuah klinik pijat milik saingan Haryo. Viki dan Ara pun kembali berlari dan kabur dari geng Haryo.
Rupanya Viki tak mau melapor polisi karena ia teringat masa lalunya. Ia dulu secara tak sengaja membunuh sang ayah yang hendak menyakiti ibunya. Semenjak kejadian itu, Viki kabur ke Jakarta bersama Ara. Viki pun mengadu nasib dengan menjadi penari striptis untuk menyambung hidup.
Selama kabur, Viki dan Ara mengelilingi setiap sudut Jakarta. Mereka sempat bersembunyi di gerbong kereta yang menjadi tempat sembunyi para gelandangan. Hingga pagi menjelang, Viki masih berusaha kabur dari Haryo. Ia bersembunyi di museum Jakarta dan melihat gambar yang dibuat Ara mengenai peristiwa pembunuhan. Viki pun tahu dari rekaman milik Ara bahwa Haryo adalah pembunuh.
Viki dan Ara kembali berlari hingga berada di kerumunan yang tengah melakukan demonstrasi. Viki kemudian menggunakan reporter yang tengah melaporkan siaran langsung di tempat tersebut untuk mengatakan pembunuhan yang dilakukan oleh Haryo. Mereka masuk ke van milik televisi tersebut dan menyiarkan langsung rekaman pembunuhan yang dilakukan haryo. Viki dan Ara pun selamat.
Mengungkap Sisi Lain Kota Jakarta
Seperti judulnya, film Jakarta Undercover akan mengajak kita untuk melihat sisi lain kota Jakarta dari sudut pandang yang mungkin belum pernah kamu ketahui sebelumnya. Pada film berdurasi 100 menit ini, kita akan banyak melihat fenomena-fenomena yang terjadi di Jakarta dengan mengikuti kisah pelarian Viki dan Ara.
Di awal film, kita bisa melihat bagaimana fenomena para penari waria yang bekerja di klub malam harus melakukan apa yang diinginkan pelanggannya bahkan lebih dari sekedar menari. Begitu pula dengan persaingan wilayah antara kelab satu dengan kelab lainnya yang bisa kita lihat dari adegan pertemuan Haryo dan Maurine.
Begitu pula saat Viki dan Ara bersembunyi di gerbong kereta. Tanpa diduga, gerbong yang tampak sepi itu menjadi rumah bagi puluhan gelandangan yang tak punya rumah di Jakarta. Atau fenomena balapan liar yang ternyata banyak terjadi di jalanan kota Jakarta, hingga bagaimana oknum kepolisian melakukan negosiasi dengan pelanggar lalu lintas.
Semua peristiwa ini mencakup satu judul besar yang menjadi judul film, Jakarta Undercover. Melalui adegan demi adegan, kita tak hanya melihat kisah seorang wanita yang berusaha kabur dan menghindari kelompok pembunuh saja, melainkan juga melihat sisi lain kota Jakarta yang mungkin belum banyak diketahui sebelumnya.
Tempo yang Cepat Sejak Awal Cerita
Alur cerita dari film Jakarta Undercover terasa memiliki tempo yang cepat sejak awal hingga akhir film. Semenjak bagian awal, kita langsung diperlihatkan konflik utama mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh Haryo. Tempo film kemudian terasa terus bergerak cepat dengan adegan Viki dan Ara yang berusaha kabur dari satu tempat ke tempat lainnya.
Tempo yang cepat ini memang terasa sesuai dengan cerita yang disajikan, yaitu mengenai Viki yang berusaha lari dari Haryo yang memburunya, serta Haryo yang seolah dikejar waktu untuk menutupi pembunuhannya. Namun, hal ini juga membuat pendalaman masing-masing karakter terasa kurang tersampaikan.
Misalnya saja latar belakang Viki dan Ara yang kurang jelas diperlihatkan dalam film. Begitu pula dengan kisah perjuangan hidup Viki sebagai penari yang seharusnya bisa dibuat lebih emosional lagi.
Setting Waktu Peristiwa di Satu Malam Saja
Dengan tempo yang cukup cepat seperti yang dibahas pada poin sebelumnya, film Jakarta Undercover hanya menggunakan setting waktu dalam satu malam saja. Dimulai dengan peristiwa di klub malam dengan sinematografi yang memperlihatkan kehidupan gemerlap, kita kemudian akan mengikuti pelarian Viki dan Ara selama menelusuri satu malam berkeliling Jakarta.
Di satu malam tersebut, kita akan melihat bagaimana kota Jakarta dalam suasana yang berbeda. Pada satu adegan, tampak kota yang terasa sunyi dengan teknik pencahayaan yang dibuat gelap dan redup. Namun di adegan lain, kita juga akan melihat Jakarta malam hari yang penuh dengan gemerlap lampu jalanan nan indah.
Itulah review dan sinopsis dari Jakarta Undercover, sebuah film yang akan mengajakmu melihat bagaimana sisi lain dari kota Jakarta. Jadi, fakta dan fenomena apa yang ada di Jakarta dan baru kamu ketahui dari film ini? Ceritakan di kolom komentar yang telah Bacaterus sediakan, ya!