bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Ivanna, Teror Hantu Noni Belanda Tanpa Kepala

Ditulis oleh Suci Maharani R
Ivanna
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Setelah sekian lama dinantikan oleh para penggemar, akhirnya Ivanna (2022) resmi tayang pada 14 Juni 2022. Film garapan Kimo Stamboel ini masih masuk dalam Danur Universe, karena mengadaptasi kisahnya dari novel berjudul Ivanna van Dijk karya Risa Saraswati.

Kisah seorang Noni Belanda bernama Ivanna, yang membalas dendam kepada pribumi atas kematiannya. Sosok hantu Noni Belanda tanpa kepala ini, akan meneror Caitlin Halderman dan orang yang tinggal di sebuah panti jompo di daerah Bandung.

Berbeda dengan kebanyakan film horor pada umumnya, Ivanna (2022) akan memberikan sensasi horor klasik yang jarang kamu temui. Bukan jump scare dengan efek suara yang mengagetkan, tapi adegan-adegan horornya akan sulit untuk kamu lupakan.

Lalu, bagaimana kisah hantu Ivanna ini bisa meneror orang-orang yang tinggal di panti jompo? Biar nggak penasaran lagi, kamu wajib untuk membaca sinopsis dan review film Ivanna (2022) di bawah ini.

Baca juga: Inilah 6 Film Risa Saraswati Terbaik yang Wajib Ditonton!

Sinopsis

Review Ivanna_Sinopsis_

“Setiap darahku yang menetes, akan membuat hidup kalian tidak tenang”

Ivanna

Berlatar di tahun 1943, saat itu Indonesia masih dijajah oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Namun, ada satu keluarga Belanda yang begitu mencintai Indonesia dan menyayangi para penduduk pribumi. Inilah kisah Ivanna van Dijk, seorang gadis Belanda yang sudah biasa berbaur dengan para pribumi sejak masih kecil.

Akan tetapi hidup Ivanna berubah, ketika berbagai tragedi menyedihkan menimpa keluarganya. Dimulai dengan adiknya yang tewas mengenaskan, hingga rasa kehilangan ini membuat kedua orang tuanya bunuh diri.

Tak hanya itu, Ivanna yang terpaksa menjadi wanita penghibur Jepang ini malah dikhianati oleh orang-orang yang dipercayanya. Demi menyelamatkan keluarga dan pribumi yang dicintainya, Ivanna diam-diam memberikan informasi kepada Jepang lewat Matsuya.

Sayangnya bukan keselamatan yang didapatkan, Ivanna malah meregang nyawa dengan kepala terpenggal di hadapan para pribumi. Ivanna tewas sambil membawa dendam kepada orang-orang yang sudah mengkhianatinya.

Berpuluh-puluh tahun setelah kejadian itu berlalu, tepatnya di tahun 1993, ada dua kakak beradik yang sedang melakukan perjalanan menuju ke Bandung. Di momen hari lebaran bagi umat muslim tersebut, Ambar dan adiknya yang bernama Dika harus merayakannya dengan orang asing.

Mereka akan tinggal di sebuah panti jompo, milik seorang teman dari mendiang orang tua mereka. Ambar sendiri memiliki kondisi spesial, ia tidak benar-benar buta, tetapi penglihatannya sangat rabun.

Namun yang menjadi concern-nya bukan soal ia bisa melihat atau tidak, tapi apa yang dilihatnya itu nyata atau tidak. Karena setelah operasi, mata Ambar menjadi sangat sensitif dan ia bisa melihat hal-hal kasat mata yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa.

Saat tiba di panti, mereka disambut oleh Agus dan Bi Wati. Ambar dan Dika juga berkenalan dengan para penghuni lainnya.

Di hari itu juga Ambar menemukan hal aneh, saat ia tidak sengaja terperosok ke ruang bawah tanah yang ada di bangunan sebelah panti. Ambar, Dika dan Arthur menemukan banyak barang antik dan sebuah patung tanpa kepala yang sangat mengerikan.

Di malam takbiran, semua penghuni panti bergembira sambil mendengarkan piringan tua yang mereka ambil dari ruang bawah tanah. Mereka tidak sadar, dari sinilah teror hantu Noni Belanda tanpa kepala akan membuat hidup mereka tidak tenang.

Hari lebaran yang harusnya membahagiakan pun berubah menjadi mencekam, saat Nenek Ani tewas dengan kepala terputus. Lagi-lagi Ambar mendapatkan penglihatan kasat matanya yang terperinci, mengenai masa lalu Noni Belanda itu.

Kini ia mengetahui, Noni Belanda ini adalah korban pengkhianatan dari beberapa pribumi yang menyiksa dan menyerahkannya pada Belanda. Ivanna tewas dengan cara yang mengenaskan di tangan Jepang dan kepalanya di buang ke sumur di belakang panti.

Kini Ivanna berniat untuk membalaskan dendamnya kepada pribumi, sambil mencari kepalanya yang hilang. Seperti perkataan terakhir Noni Belanda itu, “Setiap darahku yang menetes, akan membuat hidup kalian tidak tenang”.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh Ambar dan penghuni panti jompo lainnya untuk bisa selamat dari teror Noni Belanda ini?

Jump Scare Ikonis yang Memorable

Review Ivanna_Jumpscare Ikonis yang Memorable_

Ivanna (2022) memang salah satu film horor tanah air yang paling saya nantikan dan antisipasi. Pasalnya, film ini masih masuk dalam Danur Universe dan dijanjikan akan memberikan kisah yang sangat berbeda.

Benar saja, ketika saya menontonnya, film garapan Kimo Stamboel ini berbeda dari film Danur lainnya. Bukan sosok hantu yang menyeramkan saja yang akan dilihat, tapi adegan gore-nya tak kalah mengerikan.

Tapi yang paling saya sukai dari film ini, justru cara mereka mengalirkan unsur horornya. Sudah tidak aneh jika film-film sejenis menjadikan jump scare sebagai ujung tombaknya, tapi Ivanna (2022) memakai konsep yang berbeda.

Jump scare muncul tanpa memberikan efek suara yang mengejutkan. Sedikit spoiler, scene ketika Ambar menemukan patung tanpa kepala di ruang bawah tanah adalah yang terbaik.

Tanpa ada aba-aba, patung Ivanna yang tanpa kepala ini tiba-tiba saja berdiri dengan tangan menghadap kedepan. Seakan siap untuk mencengkeram orang yang ada di depannya, patung itu berjalan dalam sunyi di lorong-lorong panti jompo tersebut.

Tambahan efek suara hujan dan petir juga bikin suasana terasa semakin mencekam dan menakutkan. Gaya horor klasik seperti ini memang jarang kita temukan di berbagai film horor Indonesia.

Bagi saya gaya seperti ini terasa jauh lebih menakutkan, dibandingkan jump scare dengan efek suara atau sosok hantu yang aneh. Tapi disadari atau tidak, setiap kamu melihat kursi kosong pasti akan terbayang patung Ivanna yang duduk dalam sunyi di sana.

Cerita yang Hampir Sempurna

Review Ivanna_Cerita yang Hampir Sempurna_

Meski terkesan dengan jump scare-nya, sejujurnya film garapan Kimo Stamboel ini memiliki beberapa kekurangan yang sangat saya sayangkan. Ada beberapa pujian dan kritik untuk penulis Lele Liala, terutama untuk pengembangan karakternya.

Pertama, saya ingin memuji latar belakang Ivanna yang diceritakan dengan sangat runtut, meski kisahnya dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Sebenarnya racikan cerita dalam film ini lumrah dan kerap ada di berbagai film horor Indonesia.

Misalnya hujan, petir dan ketidaksengajaan menemukan sebuah harta yang berakhir dengan kutukan atau teror. Namun, Ivanna memberikan beberapa hal baru, yang membuat hal-hal lumrah tadi malah bikin sense horor dan thriller-nya tersalurkan dengan baik.

Meski begitu, saya menyayangkan beberapa plot hole dan development karakter yang kurang maksimal. Hanya karakter Ivanna dan Ambar saja yang memiliki karakteristik kuat, sementara yang lainnya nihil.

Contohnya mengenai kenapa tidak ada yang tahu mengenai rumah kosong di sebelah panti jompo, sebelum Ambar datang? Lalu, dari mana datangnya ide Ambar untuk membakar tubuh Ivanna agar hantu tanpa kepala ini bisa musnah?

Tak hanya itu, saya menyayangkan kenapa beberapa sosok penting dalam film ini kurang dieksplorasi. Misalnya karakter Syaiful dan Matsuya dari latar kehidupan Ivanna, dan dalam hidup Ambar pun banyak sekali karakter yang menggantung. Padahal dari segi akting, semuanya memberikan kemampuan terbaik mereka.  

Sinematografi Luar Biasa, Tapi Efek Visual Terasa Amatir

Review Ivanna_Sinematografi Luar Biasa, Tapi Efek Visual Sangat Amatir_

Bagi saya, sejauh ini Ivanna (2022) menjadi salah satu film horor yang paling cerdik dalam sinematografi dan storytelling. Kimo Stamboel yang memang ahli dalam membuat film gore, bisa memberikan adegan sadis yang cukup enjoy untuk ditonton.

Yang paling saya sukai, ia mengisahkan kehidupan Ivanna lewat siluet bayangan yang terlihat dari cahaya senter di tembok. Bagi saya cara ini unik dan sangat cerdas, karena semua orang bisa merasakan apa yang dilihat Ambar.

Editing transisi penglihatan Ambar yang awalnya sangat buram hingga jelas terasa sangat mulus. Pengambilan dan transisi gambarnya pun sangat stabil, semakin membuat sense seram dan menegangkan mengalir dengan baik. Berbagai gambar menegangkan juga tersaji dengan sangat baik.

Hanya saja, ada satu yang bagi saya kurang memuaskan. Ada beberapa efek visual yang terasa kurang digarap dengan serius, terutama saat Ivanna mencekik dan memutuskan kepala para korbannya. Jelas sekali semuanya langsung berubah menjadi animasi dan bagi saya agak mengganggu penglihatan.

Mulai dari kepala yang agak gepeng hingga bercak darah yang diperlihatkan, terlihat sekali bahwa semua itu hasil editing.

Memang efeknya tidak terlihat terlalu kasar, tapi sangat disayangkan saja efek visualnya terlihat amatir. Apalagi jika dibandingkan dengan film serupa seperti The Doll 3 (2022), efek visual film ini jelas kalah jauh.  

Menjadi spin off dari rangkaian Danur Universe, Ivanna (2022) memang masih lekat dengan ciri khas film adaptasi novel Risa Saraswati. Meski begitu, Kimo Stamboel juga memberikan beberapa trend baru soal jump scare dan storytelling cerdas yang dipilihnya.

Sayangnya film ini masih memiliki banyak kekurangan yang bikin penonton kurang enjoy saat menontonnya. Nah, kalau menurutmu bagaimana? Sudahkah kamu menonton filmnya juga? Jangan ragu berbagi pendapat lewat kolom komentar, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram