bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Insidious 1, Raga Bocah Jadi Incaran Iblis

Ditulis oleh Erika Erilia
Insidious 1
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Insidious menjadi salah satu film horor paling memorable yang pernah dibuat oleh Hollywood. Film ini diproduseri oleh Oren Peli, dalang di balik kesuksesan Paranormal Activity (2007).

James Wan dan Leigh Whannell yang sebelumnya berkolaborasi meracik Saw yang berakhir jadi salah satu film gore paling laris, masing-masing didapuk menjadi sutradara dan penulis cerita. Lewat tangan dingin merekalah Insidious hadir sebagai film horor yang cukup mencekam.

Tak hanya itu, Insidious bahkan sukses menjadi salah satu film horor yang paling banyak meraup keuntungan. Bagaimana tidak? Dengan budget sekitar $1,5 juta, Insidious mampu mengumpulkan pendapatan mencapai lebih dari $99,5 juta di seluruh dunia.

Apakah Insidious memang sebagus dan seseram itu? Atau apakah Insidious termasuk film overrated yang sebenarnya memiliki cerita biasa-biasa saja? Yuk, simak dulu review dari kami tentang film ini.

Sinopsis

Pasangan Renai dan Josh Lambert pindah ke sebuah rumah baru bersama anak-anak mereka yang bernama Dalton, Foster, dan Cali. Suatu malam, Dalton terjatuh dari tangga saat berada di loteng, untungnya Dalton tidak mengalami luka serius. Akan tetapi, keanehan justru terjadi di keesokan harinya.

Dalton tidak bangun dari tidur dan dinyatakan koma tanpa sebab yang jelas. Setelah tiga bulan berlalu, Josh dan Renai memutuskan untuk membawa Dalton pulang. Dari sinilah satu per satu kejadian mengerikan dimulai. Renai sering merasakan kehadiran sosok misterius di kamar Cali, sedangkan Foster mengaku kerap melihat Dalton berjalan di malam hari.

Saat teror semakin memuncak, Josh dan Lambert akhirnya memilih untuk pindah rumah. Namun hal itu tidak menyelesaikan masalah karena ternyata kejadian janggal nan menakutkan terus menghantui mereka, bahkan semakin parah.

Ibu Josh, Lorriane, berinisiatif mengundang Elise Rainier yang merupakan seorang investigator hal-hal gaib. Elise beserta dua asistennya, Specs dan Tucker, datang ke kediaman keluarga Lambert dan mulai melakukan penyelidikan di sekeliling rumah, khususnya di kamar Dalton.

Dari sinilah akhirnya diketahui bahwa tidak ada yang salah dengan rumah mereka, justru Dalton-lah yang menjadi sumber masalahnya. Elise menjelaskan bahwa Dalton sedang melakukan astral projection, namun jiwanya tersesat di alam lain yang Elise sebut sebagai The Further.

Raganya yang kosong akhirnya mengundang banyak makhluk astral yang berebut ingin masuk ke tubuh Dalton. Ironisnya, semakin lama jiwa Dalton terpisah dari tubuhnya, maka ikatannya semakin melemah dan memudahkan roh mana saja masuk ke tubuh Dalton.

Di waktu yang sama, terkuak fakta bahwa kemampuan astral projection yang dimiliki Dalton ternyata diturunkan oleh ayahnya sendiri. Josh kini jadi satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Dalton. Dengan bantuan Elise, Josh melakukan astral projection demi menemukan Dalton sebelum semuanya terlambat.

Tema yang Cukup Segar dengan Alur Pasaran

Hingga tahun 2010, film horor masih didominasi dengan premis cerita yang cukup klise, mulai dari rumah berhantu, arwah balas dendam, teror benda terkutuk, atau exorcism. Meski bukan yang pertama, Insidious hadir dengan tema astral projection sehingga terasa lebih fresh dan berbeda dari film horor kebanyakan.

Meski demikian, bukan berarti Insidious terbebas dari alur cerita yang sudah pasaran. Tak jauh beda dari beberapa film horor lain, Insidious mengawali ceritanya dengan kisah bahagia. Memperlihatkan sebuah keluarga yang pindah rumah dan bersiap memulai hidup baru sebelum semuanya berubah menjadi mimpi buruk.

Ketika semua masalah sudah tak terkendali, tokoh utama akan meminta pertolongan pihak kedua yang lebih paham dengan hal supranatural. Pada film-film horor, pihak kedua ini biasanya adalah paranormal, pemuka agama, atau orang yang paham dengan sejarah suatu kejadian. Di Insidious, pihak kedua tersebut adalah Elise dan timnya.

Tak hanya alur cerita yang klise, sayangnya film Insidious punya ending yang cukup mudah ditebak. Akhir ceritanya mulai bisa diprediksi ketika Josh diminta untuk melakukan astral projection ke The Further. Namun untungnya hal itu tidak menggangu keseluruhan cerita dan sama sekali tidak mengurangi kengerian filmnya.

Sinematografi yang Mendukung

Insidious menggunakan sejumlah teknik sinematografi yang benar-benar mendukung cerita sekaligus menambah nuansa ketegangan. Misalnya tentang angle kamera, pengambilan gambar untuk beberapa scene memang meningkatkan atmosfer horor di film ini.

Contohnya ketika Elise pertama kali datang ke kediaman Lambert dan mulai melihat-lihat ruangan. Kamera sempat menyorot mata Elise secara close-up, dan teknik ini sangat efektif untuk memberitahu audiens bahwa Elise memang melihat 'sesuatu' di rumah itu.

Contoh lainnya ketika Elise dan Specs berusaha memvisualkan sosok iblis yang ada di kamar Dalton. Kamera menyorot dari atas mengambil POV sang iblis. Atap yang dibiarkan gelap total dan hanya menampilkan kipas angin yang berputar justru menambah intensitas kengerian adegan tersebut.

Komposisi warna yang agak suram dalam Insidious juga sangat cocok untuk film horor. Apalagi ketika memasuki adegan di The Further, semuanya diubah menjadi lebih suram dan gelap untuk menggambarkan bagaimana ngerinya dunia lain.

Sentuhan Komedi yang Tidak Berlebihan

Salah satu hal menarik dari film Insidious adalah adanya sedikit komedi di pertengahan cerita. Tokoh Specs dan Tucker muncul sebagai duo kocak yang mampu meredam ketegangan. Specs dan Tucker sering berdebat tentang sesuatu dan berbeda pendapat dalam beberapa hal, tapi tetap bekerja secara profesional.

Kedua karakter ini bukan tipe orang yang konyol, ceroboh, atau melakukan hal-hal gila untuk mengundang tawa. Sebaliknya, mereka justru tidak terlihat seperti sedang melucu, apalagi ekspresi wajah mereka hampir selalu terlihat serius.

Bahkan di tengah-tengah adegan menegangkan, duo ini tetap mampu menciptakan komedi dengan cara yang sederhana. Misalnya di seperempat akhir film, tepatnya saat Josh dan Dalton hampir kembali ke dunia nyata. Saat itu rumah bergemuruh dan mendadak sepi, tapi terdengar beberapa suara seperti ada orang lain di dalam rumah.

Specs lalu menyalakan lampu senter, diikuti oleh Tucker yang juga menyalakan lampunya … yang ternyata lebih besar. Mengingat keduanya sering berselisih dan menunjukkan sedikit persaingan, adegan simpel tentang perbedaan ukuran lampu ini pun cukup membuat geli para penonton.

Baca juga: Sinopsis dan Review Insidious 2, Rahasia Hantu Wanita Jahat

Akting dan Karakter Kuat

Akting dari para aktor dan aktrisnya sudah tak perlu diragukan lagi. Meski chemistry antara Patrick Wilson dan Rose Byrne tidak terlalu ditonjolkan, mereka tetap terlihat meyakinkan sebagi pasangan suami istri.

Patrick berhasil menggambarkan sosok suami yang sangat bisa diandalkan. Hal ini terlihat ketika ia berusaha melindungi keluarganya saat rumahnya seolah dimasuki penyusup, atau saat ia bersedia pindah rumah atas permintaan Renai, atau ketika dirinya memasuki The Further demi menemukan Dalton.

Selain Patrick Wilson, pemain lain yang justru paling memorable di film Insidious tentu saja Lin Shaye yang memerankan karakter Elise Rainier. Lin Shaye dapat memainkan perannya sebagai seorang paranormal yang terlihat hangat, penuh senyum, tapi juga tampak begitu serius dan meyakinkan saat sedang berhadapan dengan hal gaib.

Karena kemampuan aktingnya yang cukup kuat, image Elise pun akhirnya selalu melekat pada Lin Shaye. Bahkan tak sedikit orang yang langsung teringat pada sosok Elise di Insidious ketika melihat Lin Shaye meskipun sang aktris membintangi film lain.

Hantu Ikonik

Menciptakan sebuah karakter yang mudah diingat oleh penonton bukanlah sesuatu yang mudah, termasuk karakter hantu dalam sebuah film horor. Namun Insidious adalah satu dari sedikit film horor yang sukses menghadirkan karakter hantu yang ikonik.

Setidaknya ada dua hantu yang mencuri perhatian di film ini. Pertama adalah si iblis bermuka merah yang menculik Dalton. Kemunculannya yang paling diingat adalah ketika ia tiba-tiba terlihat di belakang Josh saat sedang mengobrol dengan ibu dan istrinya.

Iblis bermuka merah ini tergolong ikonik. Buktinya, ketika ia muncul di sekuel Insidious: The Last Key, penonton langsung mengenalinya. Hantu kedua adalah si pengantin hitam yang asal-usulnya dibeberkan di Insidious 2.

Mengapa tergolong ikonik? Bayangkan saja kalian bertemu dengan orang bergaun pengantin hitam, lengkap dengan kerudung transparan berwarna serupa yang menutupi muka, lalu ia memegang sebatang lilin yang menyala. Kalian pasti akan langsung teringat pada hantu Insidious, bukan?

Jumpscare yang Pas

Hampir semua film horor mengandalkan jumpscare sebagai salah satu cara untuk menakut-nakuti audiens. Sah-sah saja memakai jumpscare asalkan tidak berlebihan dan memang disajikan di momen yang tepat. Insidious termasuk salah satu film horor yang cukup rapi dalam menempatkan jumpscare.

Kemunculan jumpscare-nya pun ada yang bisa ditebak, misalnya saat Tucker memeriksa area lorong dengan kamera UV-nya dan menemukan dua hantu di dekat jam. Namun ada pula jumpscare yang muncul mendadak tanpa clue apa-apa, contohnya ketika si iblis berwajah merah terlihat di belakang Josh.

Insidious mungkin bukan film horor terbaik yang pernah ada, tapi film ini cukup memberikan kesan creepy bagi siapapun yang menontonnya. Durasi 103 menit pun tak akan terasa membosankan karena balutan ketegangan sudah dibentuk dari awal. Buat kalian yang sudah menonton, ceritakan pendapat kalian tentang film ini di kolom komentar, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram