bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review In the Heights, Semangat Merenda Masa Depan

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
In the Heights
4.1
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Para pemuda imigran di kota New York menjalani hidup sehari-hari di tengah masyarakat kalangan menengah ke bawah dengan lagu dan tarian demi membangun semangat untuk merenda cinta, impian, harapan dan masa depan yang indah. In the Heights adalah film drama musikal karya Jon M. Chu yang dirilis oleh Warner Bros. Pictures pada 11 Juni 2021.

Merupakan adaptasi pentas Broadway karya Quiara Alegria Hudes dan Lin-Manuel Miranda, film ini menuturkan cerita sesuai drama pentasnya dengan beberapa sedikit perubahan seputar kebijakan imigrasi di Amerika. Sudah siap menyaksikan lagu dan tarian mereka? Sebaiknya baca review berikut ini terlebih dahulu.

Sinopsis

sinopsis_

Di tepi pantai, Usnavi de la Vega bercerita kepada empat anak kecil tentang masa lalunya di Washington Heights, salah satu daerah di kota New York.

Cerita beralih kepada 10 tahun yang lalu di mana Usnavi menjalankan usaha sebagai pemilik minimarket bersama sepupunya, Sonny. Usnavi memperkenalkan orang-orang yang menjadi warga di wilayah itu yang mayoritas adalah imigran berdarah Latin.

Usnavi mendapat kabar dari Alejandro, teman ayahnya yang berprofesi sebagai pengacara, bahwa tempat usaha milik ayahnya dahulu di Dominika sedang dijual di mana Usnavi ingin sekali kembali ke kampung halamannya dan membangun lagi usaha ayahnya yang menjadi impiannya selama ini.

Sementara itu, Nina kembali dari Stanford dan memberitahu ayahnya bahwa pembayaran kuliah sudah terlambat. Ayah Nina, Kevin, menenangkan putrinya bahwa dia akan membayar semua biaya kuliah itu. Singgah ke salon milik Daniela, Nina mengatakan bahwa dia memilih berhenti dari kuliah.

Salah satu karyawan salon, Vanessa, berlari menuju sebuah kantor di pusat kota saat jam istirahatnya untuk mengajukan sebuah aplikasi penyewaan ruang untuk usahanya, tapi ditolak karena dia tidak memiliki penjamin.

Sebelum kembali ke salon, Vanessa mampir ke toko Usnavi, yang diam-diam menyukainya, dan diundang ke sebuah acara oleh Usnavi melalui Sonny.

Di tengah hari yang panas itu, sebagian besar warga berkumpul dan mandi di kolam renang sambil menunggu pengumuman pemenang lotre dan berkhayal apabila mereka menjadi pemenangnya.

Benny, salah satu karyawan Kevin dan teman masa kecil Nina, mencoba meyakinkan Nina bahwa bisa kuliah adalah impian banyak pemuda di lingkungannya yang sebaiknya jangan dilepas.

Usnavi berbicara dengan ayah Sonny agar mengizinkannya membawa Sonny ke Dominika, tapi ternyata Sonny dan ayahnya adalah imigran tanpa dokumen.

Di sebuah acara makan malam, Kevin berkata bahwa dia sudah menjual satu ruko miliknya lagi untuk membayar biaya kuliah Nina yang langsung ditolak oleh Nina, sekaligus memberikan alasan kenapa dia ingin berhenti kuliah, yaitu masalah diskriminasi ras.

Usnavi dan Vanessa kemudian memilih pergi ke sebuah klub malam, di mana Usnavi dibuat cemburu oleh Vanessa yang asyik menari dengan pria lain. Usnavi pun tidak mau kalah dan juga turun melantai.

Tiba-tiba listrik kota padam dan membuat pengunjung klub malam berhamburan keluar. Sonny dan teman-temannya menyalakan kembang api untuk menerangi malam.

Abuela, nenek baik hati yang dituakan di lingkungan itu, berbaring di kasur sambil mengingat masa lalunya di Kuba dan ketika harus migrasi ke Amerika, di mana dia memulai hidup penuh kesusahan hingga bisa hidup dengan nyaman.

Usnavi menyadari jika Abuela sudah wafat saat hendak membangunkannya. Seluruh warga berkabung dan menyalakan lilin sebagai bentuk penghormatan.

Dalam sebuah demonstrasi yang memprotes diskriminasi pada warga imigran tanpa dokumen, Sonny termenung menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa kuliah dan menyentuh perasaan Nina yang menimbulkan motivasi baru baginya. Usnavi meminta pertolongan Daniela untuk menjadi penjamin Vanessa dalam membuka usahanya.

Listrik kembali menyala dan disambut meriah warga yang hendak melepas kepindahan salon Daniela. Nina meminta maaf kepada Kevin dan berjanji akan menyelesaikan kuliahnya, agar nanti bisa mengatasi masalah para imigran tanpa dokumen.

Usnavi sudah membeli tiket ke Dominika dan apartemennya sudah dikosongkan saat dia menemukan tiket lotre milik Abuela yang ternyata adalah pemenangnya.

Vanessa datang menghampiri Usnavi dan membujuknya untuk tetap tinggal. Usnavi kemudian memberikan lotre milik Abuela kepada Alejandro untuk biaya pengurusan dokumen Sonny dan sisanya ditabung untuk biaya pendidikan Sonny.

Akankah Usnavi jadi berangkat ke Dominika? Atau tetap bersama orang-orang yang dicintainya di Washington Heights? Tonton film dengan iringan musik dan lagu yang bagus ini sampai habis, ya!

Adaptasi Pentas Broadway Populer

adaptasi broadway_

Semua berawal dari sebuah naskah pentas teater tentang kehidupan warga imigran keturunan Latin di kota New York yang ditulis oleh Quiara Alegria Hudes.

Lin-Manuel Miranda menulis dan menggubah musik serta lagu berdasarkan naskah itu ketika masih di bangku kuliah. Setelah dipentaskan di kampusnya, empat orang produser meminta Miranda untuk membawanya ke Broadway.

Berhasil meraih empat penghargaan Tony Awards, pentas panggung ini kemudian dibawa ke layar lebar oleh Warner Bros. Pictures setelah sebelumnya gagal digarap oleh Universal Pictures sejak tahun 2008. Cerita versi filmnya tetap setia dengan alur versi Broadway, hanya ada beberapa penyesuaian cerita dan beberapa lagu yang tidak dibawakan.

Dengan durasi 2 jam 23 menit, In the Heights memaparkan banyak kisah dari beberapa karakternya yang masing-masing bergulat dengan masalah finansial dan diskriminasi dalam mewujudkan impiannya. Kita dibawa larut dalam seluruh cerita yang disuguhkan, baik dalam kegembiraan maupun kesedihan, yang semuanya ditampilkan dengan sangat menyentuh.

Musik dan Lagu yang Mengguncang Jiwa

lagu mengguncang jiwa_

Sebagai sebuah film musikal, tentunya gubahan musik dan lagu menjadi kekuatan utamanya. Dan Miranda memiliki keahlian di bidang itu, seperti yang dia tampilkan di film animasi Moana (2016) dan Hamilton (2020) yang juga merupakan adaptasi pentas Broadway karyanya.

Meski kita pastinya belum familiar dengan lagu-lagunya, tapi setidaknya kita akan ikut bergoyang dengan ragam irama khas Latin yang riang.

Layaknya film musikal pada umumnya, dialog hanyalah bagian kecil dalam film yang penuturan kisahnya diungkapkan lewat lirik lagu sesuai dengan adegan yang dibutuhkan. Jadi mau tidak mau, kita harus bisa mengikuti setiap liriknya agar bisa mengerti apa yang diungkapkan para karakternya.

Untungnya, lirik yang ditampilkan mudah dimengerti, apalagi dibawakan dengan sangat baik oleh para pemerannya, lengkap dengan ekspresi dan gerak tubuh yang membuat kita mengerti apa yang ingin mereka sampaikan. Semua aktor dan aktris terlihat sepenuh hati membawakan perannya, sehingga terasa natural dan meyakinkan.

Keajaiban Miranda dalam membuat lagu dibuktikan dengan betapa nikmatnya kita mengenal para karakter lengkap dengan latar belakang kehidupannya lewat lagu yang dibawakan oleh Usnavi di awal film.

Dan lagu-lagu setelahnya selalu berhasil menampilkan keajaibannya masing-masing yang membuat kita betah menontonnya dan tak sadar dengan durasi film yang panjang.

Pengarahan Apik Jon M. Chu

pengarahan apik jon m chu_

Jon M. Chu tentunya sudah paham bagaimana membesut film yang berisi musik dan tarian, karena Chu adalah sutradara dari dua film dalam franchise Step Up, yaitu Step Up 2: The Streets (2008) dan Step Up 3D (2010), dan dua film konser Justin Bieber. Chu dengan pintar memadukan semua elemen musikal dengan sinematografi yang sangat apik dan imajinatif serta editing yang dinamis.

Tidak henti-hentinya kita dihadirkan banyak hal baru secara visual di setiap lagu yang dibawakan. Mata kita pasti terbelalak ketika menyimak adegan saat Vanessa bernyanyi dengan banyak gulungan kain yang terhampar di langit dan dinding-dinding bangunan untuk menegaskan impian Vanessa sebagai perancang busana.

Lalu kilas balik kisah Abuela yang dikemas dengan singkat dan padat dalam memaparkan kisah hidupnya di masa lalu, dengan visualisasi di dalam kereta yang sangat memukau. Dan yang tidak kalah penting adalah tarian Benny dan Nina yang membuat kita terkejut saat mereka melakukannya seolah tidak mementingkan lagi hukum gravitasi.

Chu kembali memoles kisah film ini dengan nilai tradisi dan warisan budaya yang detail, sama seperti yang dilakukannya di film Crazy Rich Asians (2018). Bisa dibilang, Chu melakukan tugasnya dengan sangat baik sebagai sutradara dan tampil dalam performa pengarahan terbaiknya sejauh ini.

Membuat hati kita riang dengan irama musik dan alunan lagu khas Latin, film In the Heights membuktikan sekali lagi kepiawaian Jon M. Chu sebagai sutradara dan gubahan musik Lin-Manuel Miranda yang mampu menerjemahkan kisah inspiratif dari Quiara Alegria Hudes yang mampu membuat kita larut dalam keajaiban demi keajaiban yang dihadirkan dalam film ini.

Termasuk ke dalam salah satu film terbaik di tahun 2021 dengan cap certified fresh dari Rotten Tomatoes, In the Heights wajib masuk daftar wajib tonton kalian.

Meski kurang bagus di tangga box-office dengan penghasilan hanya sejumlah $29 juta saja, film ini sudah siap bersaing di Golden Globe Awards nanti. Jadi, tonton film ini sekarang dan “turn up the volume on your dreams”!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram