bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Humba Dreams, Mencari Jawaban di Tanah Sumba

Ditulis oleh Sri Sulistiyani
Humba Dreams
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Wilayah Sumba yang terletak di Indonesia bagian timur telah banyak dikenal orang-orang dengan keindahannya. Pesona alam Sumba ini juga bisa disaksikan dalam sebuah film Indonesia yang berjudul Humba Dreams.

Film Humba Dreams akan banyak mengeksplorasi keindahan alam Sumba hingga kekayaan budaya masyarakatnya. Bagi kamu yang menyukai film-film bertemakan budaya, film Humba Dreams ini bisa menjadi salah satu rekomendasi tontonanmu. Berikut review dan sinopsisnya!

Sinopsis

humba-dreams-1_

Film Humba Dreams mengisahkan tentang Martin, mahasiswa jurusan film di salah satu kampus di Jakarta yang pulang ke kampung halamannya, Sumba. Martin pulang ke Sumba ditengah deadline ujian akhirnya karena amanat dari sang ibu mengenai almarhum ayahnya. Ayah Martin yang sudah meninggal beberapa tahun lalu diyakini kembali datang melalui perantara Nggodu atau dukun.

Nggodu berkata jika almarhum ayah Martin menyampaikan amanat untuk membuka sebuah kotak warisannya. Saat dibuka, kotak itu berisikan sebuah rol film yang tak diketahui isinya. Ibu Martin pun memaksa Martin untuk mencari cara agar rol film itu bisa diputar dan isi filmnya bisa ditonton oleh seluruh keluarga dan saudara.

Namun rupanya rol film itu adalah teknologi zaman dahulu yang membutuhkan bahan-bahan kimia untuk bisa dicetak dan diputar kembali, sementara fasilitas di Sumba sangatlah terbatas. Bahkan Martin kesulitan mencari sinyal internet untuk mencari cara mencetak rol film tersebut. Demi mencari sinyal internet, Martin pun berkendara jauh ke sebuah homestay milik Bu Linda.

Di homestay tersebut, Martin juga bertemu dengan seorang wanita bernama Ana yang bekerja di homestay tersebut. Martin mulai memiliki perasaan suka kepada Ana, ia pun mulai sering mengikuti Ana. Sementara itu, keluarganya juga semakin mendesak Martin untuk segera menemukan cara mencuci dan mencetak rol film tersebut.

Rupanya, Ana adalah wanita yang sudah menikah. Suami Ana pergi untuk bekerja di Malaysia beberapa tahun lalu, namun hingga kini ia tak pernah kembali. Ana pun terus berusaha mencari suaminya, mulai dari mencetak fotonya di tempat foto studio Pantai Ria hingga meminta tolong ke radio setempat.

Di sisi lain, Martin juga telah didesak oleh temannya di Jakarta untuk menyelesaikan naskah film untuk ujian akhirnya. Namun hati Martin lebih memilih untuk tetap berada di Sumba dan menjalankan wasiat terakhir sang ayah. Terlebih, ia sempat bermimpi mengenai ayahnya hingga tanda-tanda lain seperti motor ayahnya yang tiba-tiba mogok.

Martin dan Ana juga semakin dekat hingga Martin mulai membayangkan Ana sebagai fantasi seksualnya. Suatu hari, Martin mendapat kabar jika Ana pulang ke kampung halamannya setelah kabar sang suami meninggal dunia. Saat Martin menemuinya, Ana justru tampak marah dengan kehadiran Martin selama ini.

Ana kemudian berkata jika seharusnya Martin mencetak saja rol filmnya di foto studio Pantai Ria milik Pak Purnama. Martin kemudian melakukan apa yang dikatakan Ana. Pak Purnama pun menyanggupinya. Setelah melakukan beberapa kali percobaan, rol film itu pun berhasil dicetak. Martin kemudian memutarnya menggunakan proyektor untuk ditonton seluruh keluarganya.

Film itu berisikan kegiatan ayah Martin semasa hidup, kebersamaan keluarga besarnya, dan juga momen-momen saat Martin masih kecil. Martin pun terinspirasi untuk melanjutkan hal tersebut dengan mengabadikan berbagai momen di kampung halamannya menggunakan kamera sang ayah. Martin tak kembali ke Jakarta, ia pun bersama dengan Ana di Sumba.

Keindahan Alam dan Keragaman Budaya Sumba

humba-dreams-2_

Film Humba Dreams akan mengajak kamu melihat pesona keindahan alam Sumba. Sepanjang film ini, kamu akan disajikan visual indah dari wilayah ini. Teknik shot dan sinematografi yang digunakan banyak mengambil angle-angle lebar dan establish yang menunjukkan alam-alam Sumba, mulai dari pemukiman kampung hingga perbukitan yang menguning.

Tak hanya keindahan alamnya saja, dalam film Humba Dreams ini kita juga akan melihat keberagaman budaya masyarakat Sumba. Dari berbagai peristiwa yang dialami oleh karakter utama, kita juga akan belajar banyak mengenai adat dan tradisi yang banyak dipercaya oleh para masyarakat di sana.

Misalnya saja budaya mengenai bagaimana orang Sumba menguburkan jenazah dengan biaya yang cukup mahal, budaya menenun masyarakat Sumba, hingga budaya mengenai peranan Nggodu atau dukun yang dianggap cukup penting dalam masyarakat Sumba.

Alur Cerita Lambat yang Minim Dialog

humba-dreams-3_

Sebagai film yang memiliki durasi 75 menit, film Humba Dreams terasa memiliki tempo yang lambat dalam alur ceritanya. Perpindahan dari satu konflik ke konflik lainnya banyak diisi dengan cerita mengenai kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba. Hal ini membuat tempo cerita terasa begitu lambat dan mungkin akan terasa membosankan bagi kamu yang terbiasa dengan film tempo cepat.

Tempo yang terasa cukup lambat ini tampaknya juga dipengaruhi dengan minimnya dialog yang ada dalam film ini. Dari awal hingga akhir film, tak banyak dialog yang diucapkan, bahkan oleh Martin yang menjadi pilihan utama. Film ini lebih banyak bercerita melalui shot-shot yang diperlihatkan serta ekspresi dari para karakternya.

Bahkan kebanyakan dialog yang diucapkan oleh para tokoh dalam film ini menggunakan Bahasa daerah. Wajar saja, karakter-karakter dalam film ini didominasi dengan para warga Sumba yang hidup di pedalaman dan lebih sering menggunakan bahasa daerah. Dialog dengan bahasa daerah ini juga membuat film Humba Dreams terasa lebih membumi.

Penuh Kritik Sosial Hingga Menuai Banyak Prestasi

humba-dreams-4_

Selain memperlihatkan keindahan alam dan budaya Sumba, film ini juga menyelipkan banyak kritik sosial dengan memperlihatkan berbagai permasalahan di pedalaman Indonesia. Kisah yang bermula dari permasalahan Martin dengan keluarganya ini akan berkembang menjadi banyak masalah, mulai dari akses dan fasilitas terbatas di pedalaman hingga timpangnya perekonomian di sana.

Dari pengalaman Martin, kita bisa melihat bagaimana warga pedalaman kesulitan mendapatkan akses dalam banyak hal, misalnya akses internet yang begitu sulit didapatkan. Selain itu, diceritakan juga sedikit permasalahan warga lainnya seperti banyaknya warga yang belum memiliki kartu identitas penduduk hingga maraknya kasus mengenai human trafficking.

Berbagai aspek menarik dari film ini  juga membuat Humba Dreams menuai banyak prestasi dalam ajang perfilman. Pada ajang Festival Film Indonesia tahun 2020, film ini berhasil meraih enam nominasi dan membawa pulang satu piala citra. Film ini juga memenangkan kategori Film Independen Non-Bioskop Reguler Terpilih pada ajang Piala Maya 2019.

Itulah review dan sinopsis dari film Humba Dreams, film Indonesia yang mengangkat mengenai budaya, tradisi, dan keindahan alam tanah Sumba beserta semua permasalahannya. Apakah kamu sudah selesai menonton film ini? Apa bagian favoritmu dari film Humba Dreams? Ceritakan di kolom komentar ya! Kamu juga bisa lihat film bertema Sumba lainnya yaitu Marlina Pembunuh dalam 4 Babak yang enggak kalah seru ini lho!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram