bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film House of Wax, Ancaman di Rumah Lilin

Ditulis oleh Yanyan Andryan
House Of Wax
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

House of Wax merupakan film horor produksi antara Amerika, dan Australia yang disutradarai oleh Jaume Collet-serra, berdasarkan sebuah konsep cerita yang ditulis Charles Belden. Film ini sebenarnya adalah sebuah remake dari dua film klasik tahun 1953 dengan judul yang sama, dan juga Mystery of the Wax Museum pada tahun 1933.

House of Wax memulai pemutaran perdananya di Festival Film Tribeca, dan dirilis pada bioskop Amerika Serikat di tanggal 6 Mei 2005. Film ini meraup pendapatan 70 juta dollar di seluruh dunia dari anggaran produksi sebanyak 40 juta dollar. Meskipun mendapatkan ulasan yang tidak memuaskan, film ini masih memenangkan penghargaan sebagai Best Horror Film di ajang Teen Choice Awards. Yuk langsung aja kita baca ulasannya!

Sinopsis

house-of-wax-1_

Sepasang saudara, Carly Jones, dan Nick Jones, mengajak teman-teman mereka, Wade Felton, Paige Edwards, Blake Johnson, dan Dalton Chapman, untuk pergi menonton pertandingan sepak bola. Dalam perjalanan yang cukup jauh, mereka memutuskan untuk berkemah di sebuah hutan terpencil.

Pada malam harinya, sebuah truk tiba-tiba menghampiri, dan pengemudinya memperhatikan mereka dengan aneh. Nick kemudian melempar botol bir ke truk tersebut, dan menyuruhnya untuk segera pergi. Ketika Nick, dan yang lainnya sedang tertidur pulas, seorang misterius lalu datang dan merekam mereka lewat video.

Keesokan paginya, Carly, dan Wade, menemukan jika sabuk kipas mobil yang mereka gunakan tiba-tiba rusak. Mereka lalu mencoba meminta bantuan, dan bertemu dengan seorang pria bernama Lester. Ia selanjutnya mengantar keduanya untuk mendapatkan sabuk kipas angin baru, sementara yang lainnya melanjutkan perjalanan mereka.

Carly dan Wade lalu tiba di sebuah tempat asing, dan sepi, yang terlihat seperti “Kota Hantu.” Di sana, keduanya bertemu dengan pemilik pompa bensin, Bo Sinclair, yang akan mencarikan mereka sabuk kipas angina baru. Saat Bo tengah mencari barang tersebut, Carly dan Wade mengunjungi House of Wax, sebuah museum patung lilin yang menjadi daya tarik kota ini.

Di malam harinya, kedua pasangan tersebut pergi ke rumahnya Bo untuk mendapatkan sabuk kipas angin yang baru. Karena hari sudah malam, Bo menawarkan mereka untuk tinggal di rumahnya sementara waktu. Ketika Wade menjelajahi seisi ruangan rumah, ia tiba-tiba diserang oleh adiknya Bo yang gila bernama Vincent.

Ia menusuk pergelangan kakinya Wade, dan membuatnya pingsan. Vincent kemudian membawa Wade ke sarangnya, dan menyuntikannya dengan sebuah cairan. Wade kini dalam keadaan lemah tidak bisa bergerak, dan tubuhnya sekarang ditutupi oleh cairan lilin. Sementara itu, Vincent juga menculik Carly, dan menahannya di ruang bawah tanah pompa bensin agar tidak bisa melarikan diri.

Di tempat lain, Paige, Dalton, Nick, dan Blake terjebak dalam kemacetan saat hendak menonton pertandingan sepakbola. Blake lalu memutar mobilnya dan memutuskan untuk kembali menuju perkemahan menemui Wade, dan Carly.

Keempatnya kemudian menemui Bo di pom bensin, dan mereka semua tidak mengetahui jika Carly, dan Wade tengah dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Mereka pun kini masih belum menyadari jika telah masuk ke dalam sarang pembunuh psikopat.

Horor yang Terasa Klise

house-of-wax-2_

House of Wax memiliki momen-momen yang benar-benar cukup mengerikan dengan adanya beberapa adegan gore sadis. Bagi mereka yang bisa menikmati film horor penuh darah, film ini rasanya adalah pilihan yang lumayan tepat untuk dinikmati. Selain itu, perpaduan tema slasher, horor, dan bahkan aksi pembunuhan psikopat cukup membuat film ini terasa menarik sepanjang 113 menit berjalan.

Meskipun begitu, alur cerita pada House of Wax sebenarnya berjalan dengan canggung, dan bagian pembukanya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengembangkan karakter pendukungnya. Pembunuhan pertama diperlihatkan penuh ketegangan, dan cukup mengerikan. Namun, setelah dari itu plot ceritanya beralih menjadi film horor yang terasa sangat standar.

Pada saat awal-awal ketegangan terjadi, kita rasanya dapat mengetahui siapa yang bakal bertahan, dan siapa yang akan tewas mengenaskan. Kita kemudian hanya tinggal duduk, dan melihat urutan karakter mana saja yang akan menjadi “manusia pajangan” di House of Wax. Sampai pada akhirnya, film berjalan lancar, dan tidak terlalu mengejutkan, baik dari segi jalan ceritanya, maupun ending yang diperlihatkan.

Sebagian besar urutan adegan gore disajikan begitu-begitu saja. Tidak ada kenaikan tensi yang cukup mendebarkan dari satu momen mencekam ke peristiwa menakutkan lainnya. Momen yang paling istimewa terjadi ketika para korban berusaha dirubah dan dikuliti menjadi patung lilin dengan kondisi yang masih hidup.

Adegan mengerikan tersebut kemudian diperlihatkan lewat visual sinematografi yang imajinatif, dan juga sadis tentunya. Pada bagian akhir, House of Wax terlihat lebih seru karena ada pertarungan sampai mati antara Nick, dan Carly melawan Vincent, serta Bo di dalam museum patung lilin yang meleleh hingga terbakar.

Ambisius, Tetapi Kurang Cemerlang

house-of-wax-3_

Para pemeran, yang sebagian besar menjadi korban pembunuhan berantai, tampil sesuai dengan porsinya masing-masing. Dalam film ini, Elisha Cuthbert sebagai Carly Jones, dan Chad Michael Murray, yang memainkan Nick Jones, adalah protagonist utamanya. Keduanya tampil baik, dan juga sudah bisa ditebak jika karakter yang mereka mainkan bakal bertahan hidup dari sergapan Vincent di House of Wax.

Vincent Sinclair sendiri diperankan oleh aktor Brian Van Holt, yang juga tampil dalam peran ganda memerankan karakter Bo Sinclair. Ia lumayan menakutkan saat menggambarkan pembunuh gila psikopat tersebut, yang memburu mangsanya untuk dijadikan patung lilin manusia sebagai koleksinya di museum House of Wax.

Terlepas dari para karakternya yang tampil tidak terlalu buruk, film ini kemudian berjalan cukup baik sebenarnya. Walaupun jalan cerita menjadi lebih klise, dan terlihat sebagai “horor standar,” House of Wax tetap memberikan adegan mengerikan. Salah satunya ada seorang pria yang diselimuti lilin panas dengan alisnya yang robek, hingga seorang gadis yang bibirnya direkatkan, dan ujung jarinya dipotong.

House of Wax pun harus diakui adalah film yang sepertinya dibuat dengan rasa ambisius tinggi. Namun, film ini tampil kurang cemerlang sepanjang jalan ceritanya, dan kesan horor yang coba disajikan pun terasa tidak menggigit. Momen paling menarik justru terjadi di bagian awal, dan juga di momen menuju akhir ketika semua karakter yang tersisa harus bertahan antara hidup, dan mati.

Tidak Terlalu Istimewa, Tetapi Layak Untuk Ditonton

house-of-wax-4_

Secara keseluruhan, House of Wax adalah film “underrated” yang tersusun cukup baik, ambisius, namun kehilangan kharismanya sebagai film horor yang benar-benar mengerikan. Walaupun begitu, film ini masih tetap menyenangkan untuk ditonton, dan tidak terlalu tampil buruk sepanjang kurang lebih dua jam berjalan.

Di sisi lain, House of Wax terlihat sangat mengesankan dengan patung-patung lilin manusia mereka, yang diperlihatkan sangat mirip aslinya. Namun, setelah kulit patung-patung lilin tersebut terkelupas, maka kengerian pun mulai muncul dengan memperlihatkan daging, dan tulang secara mengerikan. Momen itu pun harus diakui menjadi salah satu bagian paling menarik yang terjadi dalam film ini.

Pada akhirnya, dengan segala kekurangan pada House of Wax, film ini sangat layak dicoba untuk ditonton bagi para penggemar film-film horor dengan jalan cerita pembunuh psikopat yang sadis. Meski bukan yang terbaik dalam genrenya, House of Wax masih tetap memberikan pengalaman menonton yang cukup menakutkan untuk kalian semua. Selamat menonton!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram