bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis Serial Hoops (2020), Pelatih Basket Gila

Ditulis oleh Aditya Putra
Hoops
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dalam olahraga beregu, salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah membentuk tim yang kompak sehingga bisa berprestasi. Anggota tim berasal dari orang-orang dengan latar belakang, sifat dan visi yang berbeda. Semua perbedaan itu perlu diatur agar tercipta harmonisasi guna membentuk tim yang kuat.

Membentuk tim yang kuat bukan hanya tentang kualitas pemain. Ada manajemen yang terlibat dan satu posisi yang sangat krusial yaitu pelatih. Di serial Hoops, tim basket Lenwood Colts punya pelatih yang punya metode nggak biasa dalam melatih timnya. Seperti apa metodenya? Simak dulu review dan sinopsis serial Hoops di sini!

Sinopsis

Sinopsis Hoops

SMA Lenwood Colts mempunyai tim basket yang dilatih oleh Ben Hopkins. Tim yang dilatih Ben nggak beranggotakan siswa-siswa yang jago bermain basket. Tinggi mereka pun bahkan bukan tipikal tinggi pemain basket. Beberapa malah nggak tahu caranya bermain basket. Tapi Ben nggak menyerah, mereka ikut dalam berbagai pertandingan dari mulai persahabatan sampai kompetisi.

Setelah kalah dalam pertandingan, Ben merasa tertekan. Dia merasa gagal membuat tim yang dilatihnya bermain bagus, apalagi menang. Tekanan baru datang dari Opal, kepala sekolah Lenwood Colts yang menyatakan kalau tim yang dilatih Ben kalah lagi atau nggak menunjukkan kemajuan, Ben akan dipecat.

Ben coba memotivasi timnya agar bisa bermain lebih bagus. Anggota timnya menyatakan bahwa ada siswa yang punya tubuh lebih dari dua meter yang seharunya direkrut ke dalam tim yaitu Matty. Alhasil Ben mencoba berbagai cara agar Matty mau bergabung dalam tim yang dilatihnya, salah satunya dengan menyewa PSK.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pelatih, Ben dibantu oleh sahabatnya, Ron, yang bertindak sebagai asisten pelatih. Tapi dia mencurigai Ron diam-diam selingkuh dengan mantan istrinya, Shannon. Ben coba menginvestigasi dan justru menemukan Shannon menghabiskan waktu dengan ayah Ben, Barry.

Keberadaan Matty di dalam tim terganjal. Ada sebuah kelas yang dia nggak lulus sehingga dia nggak dibolehkan bermain basket. Matty memberitahu Ben yang punya ide untuk menjebak guru Matty, Lonnie, seakan-akan sang guru menculik anak. Upaya Ben diketahui oleh Lonnie tapi Matty menyatakan nggak terlibat. Lonnie memberi kompensasi dengan meluluskan Matty di kelasnya.

Hoops

Keberadaan Ben di hidup Matty ternyata membawa masalah. Karena Ben, Matty putus dengan kekasihnya, Wendy. Ben menunjukkan video bagaimana ketika dia melamar Shannon. Dia juga terinspirasi untuk membuat Matty dan Wendy kembali pacaran. Sayangnya, dia justru menggunakan persona lain dan merusak rumah Wendy.

Anggota tim basket Lenwood Colts terinspirasi untuk mencari pacar. Mereka menyewa sebuah bus dan berkeliling kota. Tindakan itu membuat mereka dimasukkan ke penjara, termasuk Ben dan Matty. Setelah ditebus, mereka semua bebas dan Matty berhasil mendapatkan cinta Wendy kembali mengikuti cara Ben ketika melamar Shannon.

Tindakan Ben dalam pertandingan basket memakan korban. Maskot lawannya terjatuh dari tangga gara-gara Ben. Dia pun diharuskan ikut terapi agar nggak marah meledak-ledak. Ben berhasil melewati terapi dan bertindak lebih kalem. Scott, salah satu anak didik Ben dirundung karena seorang gay. Ben kembali pada dirinya yang dulu yaitu doyan marah-marah.

Ben mempersiapkan timnya melawan tim yang dilatih Chapman, rival besarnya. Peluang tim yang dilatih Ben sangatlah minim. Di sisi lain, dia juga punya keinginan untuk bisa mendapatkan Shannon kembali. Sementara itu, timnya mulai diundang untuk kompetisi yang lebih besar. Apa yang akan dilakukan Ben?

Bukan Tipikal Pelatih Biasa

Bukan Tipikal Pelatih Biasa

Kalau mengira Ben akan seperti Coach Carter yang bisa menginspirasi anggota timnya dengan cara keras sampai sukses, maka perkiraan itu salah besar. Ben Hopkins adalah kebalikan dari tipikal pelatih teladan. Dia lebih memberi contoh buruk agar anak didiknya bisa melihat bagaimana hal yang seharusnya nggak dilakukan.

Ben akan marah, memaki, mencari alasan ketika kalah, memprotes wasit berlebihan, menggunakan siasat curang sampai menjebak orang lain demi mencapai tujuannya. Serial ini juga menjelaskan masa lalu yang membentuk karakter Ben. Dia dibesarkan oleh single father, Barry. Tapi hubungan mereka nggak akur. Ben enggan bekerja bersama ayahnya dan memilih jalannya sendiri.

Di balik segala sifat Ben yang terlihat gila, dia juga mempunyai sisi baik. Dia peduli pada anak asuhnya, seperti pada Matty yang kesulitan lulus di kelas Lonnie. Atau juga Scott yang seorang gay yang dirundung oleh anak-anak kelompok Gay karena berhubungan seks dengan wanita. Ben menjadi orang yang maju membela Scott.

Baca juga: Sinopsis & Review Big Mouth Season 1, Animasi Tema Seks Remaja

Porsi untuk Karakter Pendukung

Porsi untuk Karakter Pendukung

Selain Ben, di serial Hoops ada beberapa karakter pendukung yang berperan dalam plot. Ada Matty, Shannon, Barry, Opal dan Scott. Di antara mereka, hanya Shannon yang menghasilkan subplot dengan cerita Ben yang berusaha mendapatkan cintanya lagi. Begitu juga dengan Matty yang susah lulus sebuah pelajaran dan mendapatkan tawaran beasiswa dari sekolah lain.

Karakter lain kurang mendapat porsi yang cukup. Barry hanya mendapatkan porsi minim. Hanya ada dua episode yang benar-benar membuat cerita lebih berwarna yaitu kebersamaan dengan Shannon dan taruhan dengan Ben. Scott hanya tampil mencuri perhatian di satu episode ketika mengalami perundungan.

Fokus pada Ben bukanlah sesuatu yang salah. Mempertahankan plot utama dengan karakter Ben merupakan keharusan. Tapi rasanya serial ini terlalu terfokus dan mengandalkan Ben selama 10 episode. Nyaris nggak ada episode yang membuat perannya berkurang. Semua masalah selalu melibatkan Ben.

Candaan Berbahaya

Candaan BerbahayaSumber: indiewire.com

Untuk sebuah serial animasi dengan genre komedi situasi, Hoops berani tampil mencolok. Komedi situasi yang ditampilkan bukanlah jenis komedi yang digemari banyak orang. Pasalnya, banyak adegan yang menunjukkan tipikal candaan berbahaya. Candaan yang vulgar sampai yang menyangkut orientasi seksual dimuat di serial ini.

Di episode pertama saja yang menjadi pintu agar penonton bisa tertarik untuk melanjutkan ke episode lain, Ben sudah menunjukkan kegilaannya. Dia memotivasi timnya dengan iming-iming akan memberikan password dan akses ke situs porno. Begitu juga ketika dia membujuk Matty agar masuk ke dalam tim yaitu dengan mencarikannya PSK.

Di episode kelima, anak didik Ben mencoba mencari pacar. Alih-alih menggunakan cara normal, mereka malah mengendarai bus yang biasa muncul di video porno. Adegan itu bukanlah tipikal komedi yang disenangi banyak orang, terlebih karakter yang melakukannya masih remaja dan duduk di bangku SMA.

Hoops bukanlah tipikal serial yang bisa dinikmati semua orang. Bagi yang menyukai candaan khas Jake Johnson di film-filmnya, serial ini menggunakan cetak biru yang cukup sama hanya saja lebih ditingkatkan kegilaannya. Sebagai serial animasi, sebaiknya Hoops dijauhkan dari anak-anak dan remaja karena targetnya adalah orang dewasa.

Dengan kata lain, kalau kamu ingin nonton pastikan dulu kalau kamu sudah cukup umur. Begitu juga ketika kamu ingin mengajak orang lain untuk nonton bersama, pastikan kalau dia sudah cukup umur dan bisa menerima kegilaan Ben Hopkins. Mau nonton kapan, nih? Kalau sudah, coba tuliskan seberapa gila Ben Hopkins untuk kamu di kolom komentar, teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram