bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis Harry Potter and The Philosopher's Stone

Ditulis oleh Suci Maharani R
Harry Potter and The Philosopher's Stone
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Harry Potter adalah film fantasi tentang para penyihir muda yang pasti menemani banyak masa kecil orang-orang. Film yang diangkat dari dari novel J.K. Rowling pada tahun 1997 ini akhirnya dijadikan film pada tahun 2001. Film yang sukses ini berhasil meraup hingga $974 juta di box office pada penayangan di seluruh dunia.

Harry Potter adalah anak yang selamat dari pembunuhan oleh “He Who Must Not Be Named”. Diperankan oleh Daniel Radcliffe, Emma Watson dan Rupert Grint, Harry Potter and The Philosopher’s Stone adalah kisah awal kehidupan Harry Potter. Rotten Tomatoes memberikan rating 81% dari 200 reviews dan mendapatkan banyak penghargaan film.

Kira-kira bagaimana nih kisah kehidupan Harry Potter di tahun pertamanya bersekolah di Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. Cek informasi lengkapnya di bawah ini.

Sinopsis

Kisah ini diawali dengan bayi Harry yang di sengaja ditinggalkan di depan rumah kerabatnya oleh Profesor Dumbledore, Profesor McGonagal dan Hagrid. Keanehan muncul saat Harry bersama keluarga pamannya Vernon dan Petunia Dursley sengaja berkunjung ke kebun binatang. Harry tidak sengaja menyadari bahwa ia dapat berbicara dengan ular dan membuat kaca penghalang ular itu hilang.

Hingga suatu hari Harry mulai mendapatkan surat yang berasal dari Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. Tak senang akan hal ini, Paman Harry membawanya pindah ke tempat antah berantah, namun tepat di ulang tahunnya Harry dijemput langsung oleh Hagrid. Ia membantu Harry untuk menyiapkan segala keperluan untuk sekolahnya di Diagon Alley.

Harry kaget ternyata orang tuanya meninggalkan begitu banyak harta untuknya di Bank Gringotts. Selain itu ia juga mengambil suatu barang dari salah satu brankas, menurut Hagrid itu adalah hal rahasia. Mengingat itu hari ulang tahun Harry, Hagrid memberikannya kado berupa burung hantu. Harry juga membeli tongkat sihir di Ollivander, Tempat dijualnya tongkat shiri.

Uniknya Harry dipilih oleh tongkat khusus yang ternyata kakak dari pemilik tongkat itu yang memberikan ia bekas luka di dahinya. Harry Pertama, Harry bertemu dengan anak lain yang bernama Ronald Weasley yang identik dengan rambut merahnya. Tak hanya Ron, Harry juga bertemu dengan anak perempuan lainnya yang bernama Hermione Granger. Meski dikenal sebagai “The Boy Who Live” ternyata kehidupan sekolah Harry tidaklah semulus yang diharapkan.

Pasalnya sejak awal sekolah, Harry sudah memiliki musuh yaitu Draco Malfoy yang selalu meremehkannya. Belum lagi Harry yang belum terbiasa untuk hidup dan bergaul bersama para penyihir, hingga ia merasa terintimidasi oleh Profesor Snape. Berkat rekomendasi Profesor McGonagall, Harry berhasil masuk ke dalam tim Quidditch Gryffindor sebagai Seeker.

Menjadi Seeker termuda, Harry berhasil membawa kemenangan pertamanya untuk Gryffindor meski ia harus terluka karena sapunya disihir oleh Snape. Beralih dari hal itu suatu malam Harry, Ron dan Hermione tidak sengaja masuk ke ruangan terlarang di Hogwarts. Mereka menemukan Fluffy anjing berkepala tiga yang sedang menjaga sebuah pintu di bawah kakinya.

Hal menakutkan muncul saat Profesor Quirrell berlari dan berteriak di aula besar bahwa trolls terlepas. Harry dan Ron yang menyadari bahwa Hermione masih di toilet wanita bergegas mendatanginya, namun sang trolls sudah berada di sana. Harry dan Ron pun melawan trolls itu berbekal dengan mantra sederhana yang dipelajari mereka.

Harry akhirnya menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengincar batu bertuah yang pernah ia ambil bersama Hagrid di bank. Harry berpikir bahwa Profesor Snape berada dibalik hal ini untuk menghidupkan lagi Voldemort. Mereka bertiga kembali ke ruangan terlarang dan melihat bahwa Fluffy tertidur karena harpa yang disihir.

Setelah masuk ke ruangan itu mereka di lilit oleh tanaman akar hingga melakukan pertandingan catur penyihir yang brutal. Namun hal mengejutkan muncul saat Harry akhirnya sadar bahwa bukan Snape tapi Quirrell yang mencoba mengambil batu tersebut. Di belakang kepala Quirrell ternyata ada wajah Voldemort dan ia mengatakan untuk harry bercermin untuk melihat dimana batu itu.

Saat Harry berbohong, Voldemort memerintahkan Quirrell untuk membunuhnya. Namun tubuh Quirrell berubah menjadi abu setelah disentuh oleh Harry. Hingga jiwa Voldemort bangkit dari abu itu dan lari menembus tubuhnya dan ia pun pingsan. Harry, Ron, Hermione akhirnya selamat dan bisa kembali bersekolah seperti semula.

Dumbledore juga mengatakan bahwa alasan Harry bisa membutuh Quirrell dengan sentuhannya karena cinta. Cinta yang diberikan ibunya untuk Harry saat menyelamatkannya dari Voldemort lah yang membunuh orang itu. Harry akhirnya memiliki keluarga dan rumah barunya ketika ia berada di Hogwarts.

Tur Sekolah: Bagaimana Kehidupan ala Pelajar di Sekolah Penyihir

Sejujurnya ini bukanlah kali pertama saya menonton Harry Potter and The Philosopher's Stone. Bisa dikatakan bahwa saya sudah menonton film ini lebih dari 10x sejak saya masih kecil. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa film pertama Harry Potter ini memang membuat saya terkesan. Pasalnya film ini berhasil memberikan gambaran bagaimana para penyihir muda hidup dan belajar.

Saya sangat menyukai bagaimana film ini menjadi tuntunan yang sempurna bagi para penontonnya untuk mengetahui kehidupan para penyihir. Film ini benar-benar mengulas setiap detailnya dengan sangat baik dan sangat jelas. Pasalnya saya merasa sedang melihat satu sekolah yang sedang mempromosikan program dan kelas-kelasnya.

Mulai dari Harry yang menyiapkan segala keperluannya, datang ke bank Gringotts yang dipenuhi dengan goblin arogan. Lalu berbelanja keperluan sekolah di Diagon Alley, membeli tongkat sihir di Ollivander, lalu bersiap untuk pergi ke asrama bersama teman-teman di peron 9 ¾. Jujur saya suka bagaimana Chris Columbus menunjukkan bahwa para penyihir sama-sama sibuknya di tahun ajaran baru.  

Memasuki sekolah, kita dimanjakan dengan berbagai pengalaman magical di sekolah yang megah. Langit-langit ruang makan yang terlihat seperti langit sungguhan dengan aksen lilin, hiasan halloween hingga salju yang turun. Tentu saja setiap sekolah memiliki misteri tersendiri, begitu pula dengan dari Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry karena terdapat para hantu yang jenaka.

Jujur saja, Harry Potter and The Philosopher's Stone ini membuat banyak anak pasti ingin menjadi penyihir. Bukan karena bisa bermain sihir tapi karena bisa bersekolah di sekolah seperti Hogwarts yang terlihat begitu menyenangkan. Ini benar-benar bisa membuat anak-anak kecil mengganti cita-citanya dari polisi atau dokter menjadi seorang penyihir seperti Harry, Ron atau Hermione.

Film yang Banjir Pujian, tapi Ada Juga Kritik Pedas

Film yang super-super mind blowing ini pasti membuat kalian penasaran, apakah film ini sukses atau tidak? Jawabannya Harry Potter and The Philosopher's Stone ini berhasil membuat banyak orang terpukau. Seperti yang sudah saya katakan di pembuka, film ini mendapatkan rating 81% dari sekitar 200 pengulas film.

Pada umumnya mereka sangat menyukai bagaimana film ini bisa memberikan balance antara visualisasi ala sutradara dengan cerita di novel. Jujur saya sendiri belum pernah membaca novel J.K. Rowling tentang Harry Potter and The Philosopher's Stone ini. Tapi dari banyak ulasan lain banyak yang mengatakan bahwa film ini dibuat sebagai visualisasi dari novel dan tanpa melenceng dari kisah aslinya.

Dikutip dari Wikipedia, Todd McCarthy dari Variety mengatakan bahwa film ini memiliki naskah yang baik. Aktor yang tepat, serta set, kostum, riasan dan efek yang cocok. Jeanne Aufmuth dari Palo Alto Online juga mengatakan, film ini bahkan dapat menarik orang yang sinis sebagai penonton di bioskop. Meski begitu beberapa kritik pedas muncul, salah satunya dari Elvis Mitchell dari The New York Times.

Menurut Elvis, film ini seperti terlihat seperti taman hiburan yang melewati masa jayanya. Ia juga menyoroti bahwa film ini kurang memiliki imajinasi dan karakter lainnya tidak Kuat. Baginya karakter topi seleksi lebih kuat dibanding pemain lainnya. Ed Gonzalez dari Slant Magazine juga mengkritik bahwa film ini sinematografinya terasa hambar dan lembab (membosankan).

Sebagai film yang diadaptasi dari sebuah novel terkenal, tentu banyak orang yang memiliki banyak ekspektasi soal visualisasinya dalam film. Begitu pula dengan film ini, tapi hal yang perlu diingat bahwa imajinasi setiap orang itu berbeda-beda. Tapi menurut saya yang belum pernah membaca buku karya J.K. Rowling, film ini memang menghibur dan membuat saya sangat tertarik untuk membaca versi novelnya.

Campur Tangan Rowling dan Pengertian Columbus

Memakai novel orang lain untuk dijadikan sebuah film, Chris Columbus bisa disebut sebagai sutradara yang pengertian. Pasalnya daripada ia menjadi seorang idealis dan menggambarkan kisah Harry Potter and The Philosopher’s Stone. Columbus justru memilih untuk menjadi sutradara yang memang ingin memberikan visualisasi dari buku tersebut.

Tak heran jika baik Columbus dan Rowling bekerja sama untuk memberikan hasil yang terbaik. Saat Rowling bersikeras bahwa pemain dari film ini harus berasal dari Inggris, mereka melakukan casting terbuka untuk ketiga pemeran. Uniknya tidak hanya naskah dari novel Harry Potter and The Philosopher's Stone yang digunakan untuk casting. Tapi naskah Columbus untuk film Young Sherlock Holmes (1985) digunakan oleh Columbus untuk mencari pemeran yang cocok.

Saat itu Susie Figgis ditugaskan untuk mencari talent yang cocok dengan setiap karakternya. Namun hal ini tidak berjalan dengan mudah, bahkan Fingis sempat geram karena Columbus. Pasalnya Columbus mengatakan bahwa ribuan anak yang ikut casting “tidak layak”. Tapi dengan kerjasama tim yang baik, akhirnya mereka menemukan pemain tetap dari film ini.

Saya sendiri memang jarang menemukan sutradara dan penulis buku yang dapat bekerjasama sebaik Columbus dan Rowling. Bahkan saat Rowling meminta menghapus adegan yang tidak cocok, Columbus dapat menerima hal itu. Begitu juga saat Columbus terpaksa harus merubah sedikit cerita di film, Rowling tidak mengeluarkan banyak protes karena dianggap masih sejalan.

Fakta Menarik antara Buku dan Film yang Dirilis

Dikutip dari Wikipedia, ternyata pembuatan film Harry Potter tidaklah mudah dan sesimpel yang kita duga. Pasalnya beberapa perdebatan terjadi setelah J.K. Rowling dan Columbus memeriksa ulang film ini sebelum ditayangkan. Ternyata ada beberapa hal yang memang sengaja diubah dan dihilangkan dari film yang telah dibuat.

J.K. Rowling sendiri sebenarnya merasa senang karena film ini berjalan di jalur yang benar bersama dengan novelnya. Namun fakta lainnya muncul ketika J.K. Rowling meminta salah satu adegan pembukanya dihapus. Alasannya karena hal ini bertentangan dengan sekuel lainnya dari novel Harry Potter yang belum di rilis.

Hal lainnya adalah penghapusan karakter Peeves the Poltergeist yang diperankan oleh Rik Mayall yang tidak pernah ditayangkan. Hal lainnya adalah kisah sudut pandang versi Vernon dan Petunia Dursley yang sengaja tidak dibuat. Di sini Petunia hanya mengisahkan soal adiknya Lily yang dianggapnya aneh karena bisa melakukan sihir pada Harry.

Hal lain yang tidak kalah menonjol adalah lapangan Quidditch yang seharusnya berupa stadion tradisional menjadi stadion terbuka. Perubahan-perubahan ini dilakukan agar tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara film dan bukunya. Namun memang tidaklah mudah untuk mengimplementasikan sebuah buku dalam film, karena pasti selalu saja ada perbedaan.

Salah satu adegan yang diubah dari buku terdapat pada adegan penahan di hutan. Dalam buku Harry dan Hermione ditahan Filch saat meninggalkan menara Astronomi selesai jam kerja. Sementara Malfoy dan Neville ditahan karena tertangkap oleh Profesor McGonagall di koridor. Dalam film hal ini diubah menjadi, Harry, Ron, Hermione dan Malfoy ditangkap McGonagall saat meninggalkan gubuk Hagrid.

Mengenal Buku Harry Potter and The Philosopher's Stone

Bagi kalian yang belum tahu, buku pertama mengenai kisah Harry Potter untuk pertama kalinya dirilis pada 26 Juni 1997 di Inggris. Uniknya pembuatan novel ini terjadi pada saat J.K. Rowling sedang berada di kereta untuk kembali ke London. Dikutip dari Wikipedia, di tahun 1990 tiba-tiba saja gagasan mengenai Harry Potter muncul saat ia berada di kereta setelah melihat plat di Manchester.

Ia memiliki visual, “seorang anak laki-laki yang kurus, berambut hitam dan berkacamata yang lebih dari seorang penyihir bagi saya”. Berbekal ini ia langsung menuliskan mengenai Batu bertuah di malam yang sama juga. Tidak mudah bagi Rowling untuk merancang buku pertama dari Harry Potter ini, karena pada awalnya kisah ini tidak terlihat sebagai produk jadi.

Namunj, Inspirasi mengenai Harry Potter seorang yatim piatu juga muncul saat ia kehilangan ibunya. Melihat kenyataan ini, Rowling sangat berduka dan merasa sangat terluka setelah sepeninggalan ibunya. Untuk mengatasi rasa sakitnya, Rowling pun memindahkan semua yang ia rasakan pada karakter Harry Potter. Itulah kenapa Harry Potter di novel ini dikisahkan sebagai seorang anak laki-laki yang yatim piatu.

Proses penulisan novel Harry Potter and The Philosopher’s Stone ini juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Faktanya J.K. Rowling membutuhkan waktu sekitar enam tahun untuk merampungkan buku ini, hingga bukunya diterima oleh Bloomsbury. Meski pada awalnya buku ini sulit dijual, pada akhirnya buku Harry Potter and The Philosopher’s Stone ini berhasil di pasaran.

Cetakan pertama buku Harry Potter and The Philosopher's Stone ini dibuat 500 salinan dan 300 diantaranya di kirim ke perpustakaan. Dulu bukan nama J.K. Rowling yang tertulis, tapi nama aslinya yaitu Joanne Rowling. Bukunya juga dicetak dalam bentuk hardback atau yang lebih dikenal dengan sebutan hardcover.

Saya bisa mengatakan bahwa film Harry Potter and The Philosopher's Stone ini dapat disaksikan oleh anak-anak. Tapi tetap harus dengan pengawasan orang tua, karena film fantasi ini membuat anak-anak bisa memiliki imajinasi tersendiri. Jadi dampingan orang tua untuk menonton film ini sangat diperlukan agar tidak keluar dari treknya sebagai film yang menghibur.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram