showpoiler-logo

Sinopsis & Review Happy Old Year, Sederhana Tapi Sentimental

Ditulis oleh Suci Maharani R
Happy Old Year
3.8
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Orang berkata “buanglah barang yang tidak kamu perlukan lagi”, hal ini memang tidak salah, tapi bukan berarti barang itu bisa disebut “rongsokan”.

Inilah yang dirasakan oleh Jean (Chutimon Chuengcharoensukying), yang berpikir membuang barang rongsokan di rumahnya bukanlah hal sulit. Nyatanya Jean malah bergulat dengan memori masa lalu, yang selama ini tidak pernah diperdulikannya.

Jean sadar, ia tidak hanya membuang barang tapi sedang membuang orang-orang dari masa lalunya. Happy Old Year (2019) adalah film yang mewakili Thailand di ajang 93rd Academy Awards 2021.

Film yang disutradarai dan ditulis oleh Nawapol Thamrongrattanarit, memang menggugah penontonnya. Pasalnya film ini membuat penonton sadar, bahwa setiap barang memiliki memori bagi pemiliknya.

Mau tahu kira-kira bagaimana cara Jean membuang barang-barang “rongsokan” dari rumahnya? Jawabannya bisa kamu dapatkan setelah membaca sinopsis dan review film Happy Old Year (2019) dibawah ini.

Baca juga: Angkat Isu Sensitif, 8 Film Thailand ini Dilarang Tayang

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun Rilis: 2019
  • Genre: Drama
  • Sutradara: Nawapol Thamrongrattanarit
  • Pemeran: Chutimon Chuengcharoensukying, Sunny Suwanmethanont
  • Produksi: Happy Ending Film, Very Sad Pictures

“Apakah kau mengingat yang kau buang ke kantong sampah? Kantong sampah ibaratkan lubang hitam. Benda yang dilempar ke dalamnya lenyap, hilang dari penglihatan dan pikiran, mudah sekali, langsung hilang”.

Siapa sangka perkataan yang awalnya Jean (Chutimon Chuengcharoensukying) anggap sebagai hal yang benar, malah membuatnya merasa terluka. Berawal ketika seorang reporter yang bertanya, bagaimana cara Jean untuk membuang semua barang-barang tidak terpakai miliknya?

Dari sinilah kita dibawa untuk melihat kehidupan Jean, sebelum perempuan ini berhasil menyulap rumah keluarganya.

Baru kembali dari Swedia, Jean berniat untuk membangun usahanya sendiri di Thailand. Alhasil ia berpikir akan merombak rumah keluarganya, sehingga sebagian bisa digunakan sebagai kantor. Jean berdiskusi bersama temannya yang bernama Pink (Patcha Kitchaicharoen) mengenai rencana perombakan ini.

Pink berkata, mudah baginya untuk membangun, tapi ia meminta agar Jean menyelesaikan masalah dengan keluarganya dulu. Keesokan harinya Jean mulai berdiskusi dengan ibu dan adiknya, mengenai keinginan renovasi rumah mereka.

Hal ini ditolak mentah-mentah oleh ibunya, apalagi ketika Jean berkata akan membuang semua barang-barang rongsokan ini.

Untungnya Jean berhasil meyakinkan kakaknya yaitu Jay (Thirawat Ngosawang), sehingga rumah ini bisa lebih bermanfaat untuk usahanya onlinenya.

Dari sinilah panduan untuk membuang barang ala Jean dimulai, langkah pertama “Menetapkan Tujuan dan Cari Inspirasi”. Jean sudah memiliki referensi yang jelas, sehingga langkah ini berjalan dengan sangat mudah.

Langkah selanjutnya “Jangan Mengingat Masa Lalu”, memang pada akhirnya Jean membuang barang-barang ke kantong sampah tanpa bergeming dan berpikir. Hingga tanpa sengaja hal ini menyakiti Pink, yang melihat kadonya dibuang begitu saja oleh Jean seakan tidak memiliki arti. 

Pink berusaha menyadarkan Jean, bukan orang-orang yang emosional, hanya saja ia yang tidak berperasaan. Tapi gengsi dan pemikiran praktisnya tidak membuat Jean sulit mengatakan maaf, ia terus saja melakukan hal yang menurutnya benar.

“Jangan Terbawa Perasaan” dan “Jangan Goyah, Buang Perasaan”, dua langkah yang pada akhirnya membawanya masuk ke dalam masa lalu.

Pada akhirnya Jean membuka satu persatu kantong sampah itu dan mulai memilah barang-barang. Hingga ia merasakan sendiri rasa sakit hati yang sama, ketika sang adik membuang kado darinya. Sejak saat itu Ia memutuskan untuk mengembalikan barang pada pemiliknya, dibanding langsung membuang.

Lalu ia menemukan barang paling menyulitkan dalam hidupnya, camera milik Aim (Sunny Suwanmethanont). Bahkan pertemuannya dengan sang mantan kekasih, malah jadi pantangan yang seharusnya dihindari yaitu “Jangan Tambah Barang Lagi”.

Sampai di cara terakhir yaitu “Jangan Lihat Masa Lalu”, kali ini Jean harus bertindak impulsif dan nekat. Pasalnya ia memilih untuk menjual piano peninggalan ayahnya tanpa berbicara pada ibunya, belum lagi masalah Aim makin serius. Apa yang harus dilakukannya?

Film yang Sederhana Namun Sentimental

Film Yang Sederhana Namun Sentimental

Happy Old Year (2019) bukanlah film yang mengisahkan ketakutan seseorang menghadapi penambahan usia. Justru lebih dari sekedar ketakutan memikirkan usia, film ini memiliki banyak sekali pesan sosial dan moral di dalamnya.

Mengusung konsep minimalis sesuai dengan karakter Jean, hal ini benar-benar terlihat jelas di film bergaya arthouse garapan Nawapol Thamrongrattanarit.

Bisa dikatakan premisnya sangat sederhana, namun sebagai penulis ceritanya Thamrongrattanarit berhasil menggarap kisah ini se-intense mungkin.

Sehingga penonton bisa terhanyut dengan kisah saat Jean saat membuang rongsokan tersebut. Bahkan kisah perombakan yang dilakukan oleh Jean diperkuat dengan scene saat Jay yang menonton acara Marie Kondo.

Lewat metode KonMari, perempuan ini mengajak orang untuk membuang barang-barang yang tidak menimbulkan rasa “bahagia” bagi pemiliknya.

Teori yang disampaikan oleh Marie Kondo dengan realita Jean, menjadi jalan yang beriringan namun dengan tujuan yang berbeda. Tujuan dari teori Marie Kondo hanya untuk menghindari penumpukan barang, sementara Jean agar ia tidak berlari lagi dari masa lalu.

Hal ini memang memiliki impact yang sangat besar pada sosok Jean dengan berbagai pikiran praktisnya. Pasalnya perempuan ini akhirnya sadar, bukan orang-orang yang emosional, melainkan dirinya yang tidak berperasaan.

Inilah kenapa Chutimon Chuengcharoensukying terlihat seperti heartless, pasalnya karakternya memang harus dibuat serealistis itu.

Sehingga penonton bisa melihat sejauh apa perubahan karakter Jean, bahkan beberapa momen sunyinya terasa sangat sentimental.

Belum lagi tempo lambat yang diimbangi dengan sinematografi dan tata musiknya, bikin penonton makin tertegun melihat emosi Jean. Bahkan plot twist di bagian akhir, saya pikir pilihan tersebut menjadi penutup terbaik untuk Happy Old Year (2019).

Cara Membuang Rongsokan Atau Membuang Penyesalan?

Cara Membuang Rongsokan Atau Membuang Penyesalan?

Membuang seseorang tidaklah semudah saat kamu membuang barang-barang yang tidak penting. Hal inilah yang disampaikan dalam Happy Old Year (2019), bagaimana bisa move on, kalau kamu hanya berlari dari masa lalu?

Membohongi diri sendiri seakan dirinya memiliki kemampuan untuk mengontrol hidup, yang sebenarnya hanya sedang menjauh dari realita.

Hal inilah yang akhirnya dipelajari oleh Jean, setelah selama ini berpikir bahwa dirinya sudah berhadapan dengan kenyataan.

Nyatanya perempuan ini malah sedang berlari dari kenyataan, tapi lewat barang-barang rongsokan tersebut Jean memahami realita hidupnya. Ia terlalu praktis, tidak berperasaan, tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

Sehingga bisa saya katakan Happy Old Year (2019) adalah cara yang dilakukan Jean untuk membuang semua penyesalannya. Mengembalikan setiap barang pada pemiliknya, yang secara tidak langsung tidak hanya membawa kebahagiaan tapi membongkar luka lama.

Pasalnya sejauh apapun Jean berlari dari masa lalu, jika belum bisa berdamai dengan kenyataan, sama saja hidup dalam penyesalan.

Cepat atau lambat Jean akhirnya menyadari hal tersebut, apa saja yang sudah dilakukannya di masa lalu ternyata merusak hidup orang lain.

Ia berusaha memperbaiki semuanya, meski kenyataan hubungan yang rusak akan sulit untuk diperbaiki lagi. Sejak hari itu, Jean mulai berusaha bertanggung jawab atas hidupnya dengan membuka halaman baru.

Aokbab: Dari Bad Student Sampai Jadi Bad Woman

Aokbab: Dari Bad Student Sampai Jadi Bad Woman

Saat menonton Happy Old Year (2019) saya merasa tidak asing dengan sosok pemeran Jean. Saya bertanya-tanya, dimana pernah melihatnya? Setelah mencari tahu lebih dalam, ternyata saya pernah melihatnya dalam film Bad Genius (2017).

Chutimon Chuengcharoensukying atau Aokbab berperan sebagai Lynn, dalam film yang viral banget di Indonesia beberapa tahun lalu.

Jujur saja saya kaget melihat perubahan Aokbab dalam tiga tahun, pasalnya dari anak SMA ia menjelma menjadi wanita yang lebih dewasa.

Saya benar-benar tidak bisa melihat sosok Lynn atau Aokbab, tapi sedang menonton Jean dan masalah barang-barang rongsokannya. Pasalnya karakternya terlihat lebih mature, apalagi potongan rambut pendek dengan selera berpakaian yang agak boyish.

Bisa dikatakan karakter Jean adalah upgrade dari karakter Lynn, karena keduanya sama-sama memiliki sisi ambisius yang tinggi. Tapi karakter Jean dengan jelas menunjukkan sosok yang mandiri, tapi di dalamnya ia tidak lebih dari sekedar perempuan yang rapuh.

Pasalnya semakin dalam kita mengenal Jean, ternyata perempuan ini memiliki ketakutan, trauma dan rasa bersalah yang menumpuk di hatinya. Kalau harus memilih karakter mana yang paling saya suka, jujur saja karakter Jane terasa jauh lebih realistis.

Sosok Jean yang tidak terlalu ekspresif, sederhana dan cukup misterius, karakter ini diperlihatkan dengan sempurna oleh Aokbab. Hebatnya penampilan Aokbab di Bad Genius (2017) dan Happy Old Year (2019) sama-sama brilian dan iconic.

Ternyata hal simpel seperti membuang sampah atau rongsokan, bisa menimbulkan cerita yang emosional. Jujur saja Happy Old Year (2019) jauh dari ekspektasi saya, jalan ceritanya yang sederhana tetap terasa fresh dengan nuansa minimalis dan modern.

Bagi saya film ini recommended banget untuk ditonton, kalau menurutmu? Bagikan jawabannya di kolom komentar di bawah ini.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram