bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Guillermo del Toro’s Pinocchio (2022)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Guillermo del Toro’s Pinocchio
4.2
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Geppetto kehilangan anaknya sebagai dampak perang yang menghampiri desanya. Bertahun-tahun dalam duka, keajaiban muncul saat dia membuat boneka kayu yang kemudian bisa hidup karena doanya.

Terjebak dalam muslihat pemilik sirkus, Pinocchio kemudian ikut dalam persiapan perang yang membuatnya bertemu kembali dengan Geppetto dalam petualangannya.

Guillermo del Toro’s Pinocchio adalah film animasi musikal karya Guillermo del Toro dan Mark Gustafson yang dirilis sebagai original film Netflix pada 9 Desember 2022.

Kisah dongeng klasik karya Carlo Collodi ini tampil sedikit berbeda di bawah visi sang maestro sinema yang terinspirasi desain karya Gris Grimly pada edisi 2002 novel Pinocchio. Tentu saja Pinocchio versi terbaru ini tampil lebih baik dari film live-action karya Robert Zemeckis yang hadir di bulan September lalu di Disney+.

Buktinya, film Netflix ini dinominasikan di tiga kategori Golden Globe Awards. Apa saja kualitas terbaik film ini? Review berikut akan mengulas tuntas salah satu film animasi terbaik di tahun 2022 ini.

Baca juga: Daftar Film Animasi Terbaik Sepanjang Masa

Sinopsis

Guillermo del Toro’s Pinocchio_Sinopsis_

Di Italia pada masa Perang Dunia I, pengrajin kayu dan pembuat mainan bernama Geppetto hidup berdua dengan putra tercintanya, Carlo. Mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan, tak ada yang mereka butuhkan lagi karena telah memiliki cinta yang besar. Sepulang sekolah, Carlo selalu membantu pekerjaan Geppetto.

Suatu hari, Geppetto diminta untuk menyelesaikan pengerjaan patung Yesus di gereja. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, Geppetto segera mengajak Carlo meninggalkan gereja.

Tapi karena hendak mengambil buah kenari kering yang tertinggal, Carlo tewas akibat ledakan bom yang dijatuhkan dari udara. Bertahun-tahun lamanya Geppetto berduka tanpa melakukan apapun dalam hidupnya.

Dua dekade berlalu. Seekor jangkrik bernama Sebastian menghentikan petualangannya untuk tinggal di pohon pinus yang tumbuh di sisi makam Carlo. Dia terkejut ketika melihat Geppetto menebang pohon dalam keadaan mabuk untuk dijadikan boneka kayu. Dia tidak sadarkan diri sebelum menyelesaikan pekerjaannya.

Malam harinya, Wood Sprite datang untuk menghidupkan boneka kayu itu sesuai doa Geppetto dan memberinya nama Pinocchio. Wood Sprite juga menitahkan Sebastian untuk menjaga Pinocchio agar menjadi anak yang baik. Sebagai imbalannya, Wood Sprite akan diberikan satu permintaan yang akan dikabulkan.

Geppetto bangun dari tidurnya dan mendapati boneka kayu itu hidup. Dalam keterkejutannya, Geppetto pergi ke gereja. Tidak disangka, ternyata Pinocchio mengikuti Geppetto dan membuat para jemaat ketakutan menyangka itu adalah perbuatan setan.

Atas saran dari seorang pejabat militer bernama Podesta dengan dukungan dari pendeta, Pinocchio diharuskan untuk bersekolah.

Keesokan harinya, dengan riang gembira Pinocchio berangkat ke sekolah. Tetapi di tengah perjalanan, dia dihentikan dan dirayu oleh Count Volpe, pimpinan sirkus yang jahat dan licik. Dia ingin menjadikan Pinocchio sebagai bintang di sirkusnya. Pinocchio memilih tampil di sirkus daripada sekolah, mengabaikan saran Sebastian.

Geppetto mendapat pengaduan dari Podesta bahwa Pinocchio bolos sekolah. Geppetto kemudian menjemput pulang Pinocchio di sirkus, namun ditahan oleh Volpe dengan memperlihatkan kontrak yang telah ditandatanganinya.

Podesta juga memiliki keinginan tersendiri atas Pinocchio. Dia ingin menjadikan Pinocchio sebagai tentara. Mereka bertengkar dan membuat Pinocchio terjatuh ke jalan lalu mati tertabrak truk yang melintas.

Pinocchio masuk ke alam baka dan bertemu dengan Death, saudari dari Wood Sprite. Dia berkata bahwa Pinocchio abadi dan akan kembali ke alam dunia setelah jam pasir berhenti mengalir.

Kembali ke alam dunia, Pinocchio memutuskan ikut sirkus Volpe untuk mendapatkan uang yang banyak bagi Geppetto agar tidak menjadi bebannya lagi. Juga agar bisa menghindari wajib militer Royal Italian Army.

Di saat bersamaan, Geppetto dan Sebastian mencari Pinocchio ke seluruh Italia, mengikuti jejak sirkus Volpe. Mereka sampai ditelan seekor ikan raksasa saat menyeberangi selat.

Sementara itu, popularitas Pinocchio semakin meningkat dan PM Italia Benito Mussolini menghadiri pementasannya. Merasa sakit hati atas perlakuan dan kelicikan Volpe kepadanya, Pinocchio dibantu oleh Spazzatura menyanyikan lagu yang mengejek Mussolini dan ditembak mati oleh penjaganya.

Bangkit kembali dari kematian, Pinocchio sudah berada di dalam mobil yang menuju lokasi pelatihan militer. Pinocchio berteman dengan Candlewick, putra Podesta, dan membantunya melalui berbagai pelatihan yang berat.

Sayanya, kamp mereka tiba-tiba diserang dari udara. Pinocchio terpental akibat ledakan dahsyat, Podesta tewas dan Candlewick berada di balik reruntuhan bangunan.

Pinocchio ditangkap oleh Volpe yang hendak melampiaskan kemarahannya. Spazzatura yang selama ini menahan rasa sakit hati atas penghinaan Volpe, membela Pinocchio dan melepaskannya. Lalu dia melawan Volpe hingga jatuh dari tebing.

Volpe tewas, Pinocchio menyelamatkan Spazzatura dari tenggelam. Tapi kemudian mereka tertelan oleh seekor ikan raksasa di lautan.

Pinocchio dan Geppetto akhirnya bertemu kembali. Pinocchio berbohong agar hidungnya menjadi panjang dan bisa digunakan sebagai jembatan menuju lubang sembur ikan raksasa itu.

Setelah berhasil keluar dari lubang itu, Pinocchio diburu dan ditelan lagi oleh ikan tersebut. Demi menyelamatkan orang-orang yang dia sayang, Pinocchio mengorbankan diri dengan meledakkan ranjau laut di perut ikan.

Di alam baka, Pinocchio meminta agar cepat dikembalikan ke alam dunia. Death berkata jika Pinocchio melanggar aturan maka dia tidak akan abadi lagi.

Pinocchio mengambil keputusan untuk melanggar aturan dan kembali ke alam dunia untuk menyelamatkan Geppetto dari tenggelam. Mereka semua akhirnya bisa terdampar di tepi pantai, tapi Pinocchio dalam kondisi sekarat.

Apa yang harus Geppetto, Sebastian dan Spazzatura lakukan untuk menyelamatkan hidup Pinocchio? Temukan jawabannya dengan menonton film ini hingga usai dan kita akan menemukan makna hidup melalui kisah dongeng yang indah ini.

Interpretasi Baru dari Dongeng Klasik

Guillermo del Toro’s Pinocchio_Interpretasi Baru dari Dongeng Klasik_

Sebelum menonton film ini, mungkin kita sudah sangat mengenal dongeng Pinocchio yang sering dibacakan oleh orang tua kita menjelang tidur. Sudah banyak sekali film yang mengadaptasi novel Italia The Adventures of Pinocchio yang terbit pertama kali di tahun 1883.

Tentu saja yang paling populer dan sukses adalah Pinocchio (1940) versi animasi Disney. Tapi Disney melakukan blunder saat memproduksi film live-action yang dibintangi oleh Tom Hanks, Pinocchio (2022).

Film ini meminimalisir kesan gelap dari kisahnya, tapi justru tampil lebih menyeramkan dengan buruknya eksekusi Robert Zemeckis di segala sisi. Hanya ada satu adegan hidung Pinocchio menjadi panjang karena berbohong dan visualisasi mengerikan transformasi manusia menjadi keledai.

Sedangkan dari negara asli asal ceritanya, Italia, ada dua film Pinocchio yang diperankan oleh Roberto Benigni. Pinocchio (2002) tampil sangat buruk hingga mendapat rating 0% dari Rotten Tomatoes. Bahkan Roberto Benigni sendiri, yang berperan sebagai Pinocchio, meraih Worst Actor di Golden Raspberry Award.

Anehnya, Italia memajukan film ini untuk mewakili negaranya di bursa Oscar, lho! Tapi, kemudian Roberto Benigni menebusnya di Pinocchio (2019), dimana dia berperan sebagai Geppetto.

Berbanding terbalik dengan film sebelumnya, film karya Matteo Garrone ini tampil apik dan indah. Di Academy Award, film ini masuk nominasi di dua kategori: Best Costume Design dan Best Makeup and Hairstyling.

Lalu apa yang Guillermo del Toro coba hadirkan di adaptasi miliknya ini? Dari sisi cerita, del Toro dan Patrick McHale sebagai penulis naskah berani memindahkan latar waktu kisahnya ke era Perang Dunia I hingga menjelang Perang Dunia II.

Saat itu Italia berada di bawah pemerintahan fasis Benito Mussolini. Dan ceritanya menjadi relate dengan kedukaan Geppetto sebagai korban keganasan perang.

Dengan begitu, beberapa karakter dari cerita aslinya mengalami penyesuaian juga. Count Volpe, tokoh antagonis utamanya, merupakan kombinasi Mangiafuoco sang rubah dan Ringmaster pemilik sirkus dari cerita aslinya.

Membuat jalan cerita lebih efektif, karakter ini disuarakan oleh Christoph Waltz yang sudah berpengalaman dengan peran sejenis di film-film yang pernah dia bintangi.

Lalu ada Podesta, pejabat pendukung pemerintahan fasis yang membawa Pinocchio ke kamp militer untuk dijadikan tentara. Karakter ini adalah pengganti Coachman di cerita aslinya. Interpretasi bebas ini lebih masuk akal bagi cerita filmnya untuk menggantikan terjebaknya Pinocchio di Land of Toys.

Dengan semua kesan realistis dan historikal seperti ini, apakah kesan magis dari dongengnya tidak tampil maksimal? Jangan pernah coba tanyakan hal seperti itu di depan Guillermo del Toro.

Dia adalah ahlinya dalam menerjemahkan dongeng ke layar film. Coba tonton lagi Pan’s Labyrinth (2006) dan The Shape of Water (2017) yang akan membuat kita mengacungkan dua jempol setelah menyaksikannya.

Seperti biasanya, del Toro menyajikan makhluk aneh dan unik untuk menggambarkan Peri dari cerita aslinya menjadi dua karakter, Wood Sprite si Peri Kayu dan Death sang penjaga alam baka.

Keunikan fisik dua karakter ini sungguh membuat kita geleng-geleng kepala tentang luasnya wawasan del Toro dalam mengutip referensi dari berbagai kebudayaan.

Wood Sprite tampil seperti penggambaran malaikat dari Alkitab dengan sayap yang menyelimuti tubuhnya dengan banyak mata di rangkanya. Sementera itu, Death mirip dengan Sphinx yang memang dikisahkan berurusan dengan dunia kematian dalam kebudayaan Mesir Kuno.

Meski kesan magis dan keajaiban ini tidak selalu ditampilkan, namun nuansanya tetap menyelimuti kisah dalam filmnya secara keseluruhan.

Animasi Stop-Motion yang Ekspresif

Animasi Stop-Motion yang Ekspresif___

Pinocchio memang film animasi pertama bagi Guillermo del Toro. Tapi bukan berarti dia baru berkecimpung di dunia animasi. Sejak 2016, del Toro memproduksi 3 judul serial animasi yang menjadi andalan di Netflix, yaitu Trollhunters, 3Below dan Wizards. Dan yang perlu diketahui, produksi film Pinocchio ini sudah direncanakan olehnya sejak tahun 2008 silam.

Setelah berkali-kali menemui jalan buntu, meski penggarapan naskah terus berjalan, akhirnya di tahun 2018 Netflix datang memberikan lampu hijau untuk memulai produksinya. Animasi yang awalnya akan ditampilkan dalam 2D diubah menjadi stop-motion untuk membedakannya dengan Disney.

Hal paling mencolok dari animasi ini adalah penampilan Pinocchio yang berbeda dari film-film sebelumnya. Tidak ada pakaian berwarna dan topi yang lucu. Tubuhnya murni hanya kayu, bahkan bentuk kepalanya masih belum sempurna dengan bekas tebangan pohon di bagian belakangnya.

Karakter lainnya pun dibuat unik dan sesuai penggambaran sifat serta sikap mereka. Meski berupa stop-motion, namun pergerakan serta ekspresi setiap karakternya begitu mulus.

Perhatikan saja pergerakan rambut Geppetto atau bulu Spazzatura, semua seolah terlihat nyata. Jadi sangat wajar apabila film ini akan banyak berbicara di berbagai ajang penghargaan film di bidang animasi.

Tak Ada yang Sempurna di Dunia ini

Guillermo del Toro’s Pinocchio_Tak Ada yang Sempurna di Dunia ini_

Hanya dalam waktu 1 jam 57 menit, banyak pesan moral dan nasihat yang bisa kita serap dari film Pinocchio ini. Tema hubungan ayah dan anak diangkat dengan menampilkan tiga contoh. Geppetto dan Pinocchio, Podesta dan Candlewick, serta Count Volpe dan Spazzatura.

Geppetto yang berduka lebih dari dua dekade lamanya mendapat kebahagiaan yang membingungkan dengan hadirnya Pinocchio.

Meski senang, dia tidak bisa berhenti untuk membandingkan Pinocchio yang masih belajar untuk menjadi anak manusia dengan mendiang Carlo yang sempurna di matanya. Sehingga pada akhirnya terucap dari mulut Geppetto bahwa Pinocchio adalah beban baginya.

Sedangkan Podesta mengidamkan anak seperti Pinocchio, yang berani dan tidak bisa mati. Bahkan dia tahu pasti bahwa Pinocchio akan hidup kembali setelah kematiannya.

Tapi Candlewick, anaknya sendiri, tidaklah seperti bayangannya. Dia selalu melihat kekurangan dalam diri anaknya. Dan Candlewick sendiri sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk mencapai standar yang diinginkan ayahnya.

Sementara Count Volpe menemukan Spazzatura di jalanan dan menjadikannya asisten yang dipercaya. Tapi karena Volpe selalu merendahkan Spazzatura, kesabaran monyet ini habis dan emosinya memuncak saat Volpe hendak membunuh Pinocchio.

Memang tidak ada sosok yang sempurna di dunia ini. Tidak ada ayah yang membesarkan anaknya dengan sempurna dan tidak ada anak yang bisa memenuhi harapan orang tuanya dengan sempurna.

Kalimat ini disampaikan oleh Sebastian secara puitis di akhir film sekaligus menggambarkan kehidupan yang fana dengan kematian satu persatu dari mereka.

Jangan lupakan pelajaran yang bisa kita ambil dari karakter Sebastian. Awalnya dia hanya ingin menjadi terkenal lewat tulisannya dan akan memanfaatkan satu permintaan yang dikabulkan oleh Wood Sprite untuk itu.

Tapi Sebastian justru memberikan satu permintaan itu untuk menghidupkan kembali Pinocchio. Kebesaran hati Sebastian adalah satu sikap yang harus kita teladani.

Sesuai judulnya, Pinocchio karya Guillermo del Toro ini menampilkan kisah dongeng klasik yang sudah sangat populer sesuai imajinasi sang maestro.

Semua ciri khas sineas asal Meksiko yang pernah dia hadirkan di film-film sebelumnya dimunculkan juga di film ini, terutama bentuk fisik makhluk aneh dan unik yang menjadi spesialisasinya.

Secara visual, animasi stop-motion yang disuguhkan nyaris tanpa cela. Sudah pasti film ini termasuk salah satu film animasi terbaik di tahun 2022.

Meski sedikit berbeda dengan sumber aslinya, namun esensi dari kisah Pinocchio tetap terjaga dan tidak hilang. Bahkan dengan interpretasi baru ini, kita dibuat lebih mudah untuk memahami pesan moral dan wejangan bermakna dari filmnya.

Pokoknya, kalian akan sangat rugi apabila belum menonton film ini di Netflix. Menyambut musim penghargaan film, Pinocchio sudah pasti memijakkan kakinya sebagai nominator di beberapa kategori terkait, salah satunya Best Animated Feature Film.

Sebelum kita tahu hasilnya nanti, saksikan dahulu film ini dengan mata kepala kita sendiri. Jangan pakai lama, tonton sekarang juga, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram