showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film Anime Grave of the Fireflies (1988)

Ditulis oleh Siti Hasanah
Grave of the Fireflies
4.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Grave of Fireflies tidak pernah usang. Sudah puluhan tahun sejak penayangannya, namun mahakarya besutan sutradara Isao Takahata ini tetap menghadirkan perasaan pilu. Tanggal 16 April 1988, Studio Ghibli pertama kali menayangkan anime dengan format film ini di Jepang. Dan sampai sekarang, film ini masih termasuk ke dalam 50 anime terbaik sepanjang masa menurut beberapa situs film. 

Hotaru No Haka atau Grave of Fireflies mengangkat latar masa perang dunia II di mana kisahnya berpusat pada seorang kakak laki-laki, Seita, yang menjaga adiknya, Setsuko, saat Jepang dibombardir oleh pasukan Amerika. Ibu dan Ayah mereka telah meninggal. Nah, kisah nan menyayat hati ini akan kami sajikan dalam sinopsis dan ulasan singkat di bawah ini.

Sinopsis

Review Grave of The Fireflies_sinopsis_

Seita adalah anak sulung yang masih berusia 14 tahun, sedangkan adiknya, Setsuko, masih berusia 3 tahun. Mereka hidup di latar waktu di mana bumi tengah bergejolak akibat perang dunia II. Saat itu Amerika menyerang Jepang lewat jalur udara dan kota-kota di Jepang menjadi sasarannya. 

Kota Kobe yang menjadi salah satu sasaran Amerika luluh lantak karena bom yang dijatuhkan. Semua rumah hancur, tak terkecuali rumah Seita. Semua orang sibuk menyelamatkan diri ke pengungsian. Seita dan Setsuko akan menyusul ibunya yang telah lebih dulu mengungsi ke bangunan sekolah. 

Sang ayah yang merupakan prajurit Angkatan Laut Jepang tidak ikut bersama mereka sebab telah gugur di medan perang. Oleh karena itu, Seita harus menjaga adiknya dengan baik dan memastikan ibunya aman.  Nahas, sang ibu terkena bom dan seluruh tubuhnya terbakar. Penyakit jantung juga memperburuk keadaannya, sehingga ia tidak tertolong lagi. 

Sepeninggalan ibunya, Seita dan Setsuko diambil oleh bibi mereka. Rupanya kedatangan mereka ke rumah satu-satunya kerabat yang tersisa itu ibarat mengantarkan diri untuk dihina dan dicaci, lantaran bibi mereka menganggap Seita dan Setsuko hanya parasit di rumahnya. 

Merasa tidak diinginkan, kedua kakak beradik itu pergi dengan menggunakan gerobak dan menetap di sebuah gua bekas tempat persembunyian yang terletak di tepi danau. Karena tidak ada penerangan di dalam goa, ketika malam tiba, Seita menangkap kunang-kunang dan membawa mereka masuk ke dalam untuk menerangi gua. 

Kunang-kunang tersebut tidak bertahan lama, sebab keesokan harinya mereka mati dan Seita menguburnya. Gua tempat tinggal Seita dan Setsuko secara tinggal langsung menjadi kuburan kunang-kunang. 

Untuk bertahan hidup, kakak beradik itu makan ikan, kodok dan hewan lain yang aman yang mereka temukan di danau. Terkadang, mereka mencuri buah-buahan tetangga yang ada di sekitar gua. 

Setelah keluar dari rumah bibinya, Seita harus bertahan hidup dengan peralatan seadanya dan bahan makanan yang ada di sekitar goa tempat mereka tinggal. Namun, kehidupan yang jauh dari kata sejahtera itu terasa berat bagi Setsuko. 

Di usianya yang masih rentan, Setsuko, si adik kecil itu tidak bisa bertahan karena diserang diare dan gizi buruk yang akhirnya merenggut nyawanya. Meskipun Seita sudah mencoba beragam cara untuk menyembuhkan Setsuko dengan mencuri obat, makanan dan lain-lain, anak itu tidak tertolong. 

Dengan meninggalnya Setsuko, praktis tinggal Seita yang tersisa. Ibu dan Ayahnya telah lama pergi dan kini Setsuko pun menyusul mereka. Hari-hari selanjutnya adalah neraka bagi Seita. Ia hanya tinggal menunggu dijemput malaikat maut agar bisa berkumpul dengan keluarga yang dirindukannya. 

Anime dengan Kisah yang Menyayat Hati 

Review Grave of The Fireflies_Anime Dengan Kisah yang Menyayat Hati_

Tokoh utama dalam Grave of Fireflies adalah adik kakak yang harus bertahan hidup di tengah situasi perang yang memporak-porandakan Jepang. Alur yang dibangun dari awal film sudah sangat menyentuh. 

Film anime ini dibuka dengan adegan narator yang menarasikan bahwa pada malam tanggal 21 September 1945, ia meninggal. Rupanya itu adalah Seita yang tengah menyaksikan dirinya menggelandang dan sekarat. Lalu, kisah bergerak mundur ke titik awal perang mengubah hidupnya. 

Alur cerita yang kuat yang berfokus pada Seita benar-benar sebuah cerita yang mampu mengaduk-aduk perasaan. Kisah cinta yang tulus yang diwakili oleh Seita pada Setsuko, adiknya membuat siapa saja ikut terenyuh. 

Rasanya sulit untuk tidak menitikkan air mata melihat Seita berjuang sendirian menjaga adiknya dan bersikap tegar seolah hidupnya baik-baik saja. Setsuko yang masih kecil belum mengerti realita yang dihadapinya.

Pikiran anak-anaknya belum bisa menjangkau sampai ketitik di mana keadaan sulit mematikan keceriaan dan senyum di wajahnya. Dengan kelihaian Isao Takahata selaku penulis dan sutradara, kehidupan Seita dan Setsuko terasa seperti sembilu yang menyayat hati. 

Menggambarkan Perang yang Mematikan Rasa Kemanusiaan 

Review Grave of The Fireflies_Menggambarkan Perang yang Mematikan Rasa Kemanusiaan_

Grave of Fireflies merupakan sebuah film yang mengangkat latar perang. Film ini mengandung unsur-unsur yang menarik dan pesan moral yang terselip dalam kisahnya. Namun, sebelum itu, jauhkan ekspektasimu dengan gambaran heroik sang tokoh utama menyelamatkan protagonis cerita yang menjadi kecintaannya. 

Sisi heroik seorang Seita tidak ditampilkan dalam adegan baku hantam dengan pihak musuh, berlari menerjang bombardir peluru atau lolos dari ledakan bom. Bentuk kepahlawan tokoh utama kita ini ditampilkan dalam karakter yang penuh cinta pada adiknya. 

Perhatian dan sikap tegar Seita adalah wujud pahwalan sebenarnya yang berhasil melindungi adiknya dari serangan bom Amerika, meski akhirnya sang adik kalah oleh gizi buruk. Unsur lain yang menarik dari film ini adalah scene yang memperlihatkan manusia menjadi egois dan kejam pada manusia lain. 

Sikap Bibi Seita yang semula baik lalu berubah bengis merupakan salah satu contohnya. Semula, ia dengan senang hati membawa Seita dan adik ke rumahnya. Lama-kelamaan mereka merasa terbebani karena pengeluaran keluarga membengkak. 

Meskipun Seita memberikan barang-barang peninggalan ibunya, Bibinya tetap merasa kalau kehadiran Seita itu mengganggu. Tanpa memikirkan nasib anak-anak ini ke depannya, ia ingin Seita angkat kaki dan membawa adiknya pergi. 

Scene bernada egoisme dalam film ini tidak hanya satu dua, melainkan ada banyak. Semuanya tidak kalah memilukan. Grave of Fireflies di bawah arahan sutradara Isao Takahata menyajikan fenomena pedih yang terjadi akibat perang ini dengan baik. 

Melihat penggambaran film ini, imajinasi kita sudah dibawa melayang membayangkan bagaimana kehidupan para penyintas perang, terutama anank-anak.

Baca juga: Film Terbaik yang Menceritakan Tentang Perang Dunia 2

Visualisasi Suram dengan Musik yang Pilu 

Review Grave of The Fireflies_Visualisasi Suram dengan Musik yang Pilu_

Kata pilu dalam artikel ini tidak hanya menggambarkan alur cerita dalam Grave of Fireflies. Pasalnya, visualisasi anime yang berhasil menyabet Special Award dalam Blue Ribbon Award ini menampilkan penggambaran yang tidak kalah bikin hati sakit. 

Seita tidak diberi banyak dialog, Setsuko pun demikian. Namun, mimik wajah dan suasana di dalamnya terasa menyakitkan. Bisa kita bayangkan bagaimana pedihnya Seita melihat kenangan sang adik dalam memorinya ketika ia bersamanya di dalam gua yang gelap. 

Memori Seita memutar gambaran saat Setsuko bermain ayunan, menjahit pakaiannya, bermain gunting batu kertas, bermain dengan ikan-ikan dan melihat pantulan dirinya lewat permukaan air danau. Bukankah memori adalah bagian paling menyakitkan ketika seseorang telah tiada? 

Latar musik yang digunakannya pun menambah suasana sedih. Komposer Michio Mamiya harus diberi tepuk tangan meriah atas karya luar biasanya menciptakan musik yang terdengar begitu pedih. 

Diangkat dari Sebuah Cerpen   

Review Grave of The Fireflies_sDiangkat dari Sebuah Cerpen_

Kisah dalam Grave of Fireflies sejatinya diangkat dari semi-autobiografi sang penulis, Akiyuki Nosaka. Pengalaman yang panjang dan berat semasa perang dunia itu ia tuangkan ke dalam cerita yang diwakili oleh Seita dan Setsuko. 

Novelis yang satu ini mengisahkan perjalanan masa kecilnya saat ia tinggal di Kobe ke dalam cerita yang diberi judul sama, Grave of Fireflies atau Hotaru no Haka. 

Akiyuki Nosaka di masa itu kehilangan ayah angkatnya karena meninggal dalam perang dan dua saudaranya yang meninggal akibat menderita kelaparan dan gizi buruk. Setelahnya, ia hidup dengan rasa bersalah atas kematian anggota keluarganya. 

Meskipun pada awalnya Ayuki Nosaka menolak novel karyanya dijadikan film, namun sutradara Isao Takahata berhasil meyakinkan dirinya saat membawa storyboard yang telah disusunnya, sehingga sampai sekarang kita bisa menikmati film anime luar biasa ini. 

Bagi kamu yang menyukai anime, film yang satu ini tidak boleh dilewatkan. Meskipun mempunyai pace yang terbilang lambat dan dialog yang minim, namun itu tidak membuat film ini kehilangan pesonanya. Dengan pengemasan yang unik dan presentasi kisahnya yang sederhana, Grave of Fireflies berhasil meraih perhatian jutaan penonton. 

Film ini seolah membuktikan bahwa pepatah yang mengatakan action speaks louder than words benar adanya. Seita sudah bisa bikin penonton mencucurkan air mata dengan kehidupan sulit yang dihadapinya tanpa banyak bicara.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram