bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Get Him to the Greek, Kehidupan Rockstar

Ditulis oleh Aditya Putra
Get Him to the Greek
2.8
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Apa yang terbayang ketika mendengar sosok rockstar? Pasti yang pertama muncul dalam ingatan adalah sosok yang sulit diatur. Citra yang sudah berkembang sejak lama itu, sampai sekarang pun masih digunakan oleh para musisi rock walau nggak sedikit juga yang berperilaku baik.

Hanya saja, semakin jarangnya rockstar yang punya karakteristik bengal, justru membuat mereka dilupakan. Di Get Him to the Greek, seorang rockstar yang karirnya sedang menurun mencoba untuk bangkit dalam sebuah peringatan acara monumental.

Tapi, apakah semudah itu mengatur kehidupan rockstar? Apa saja rintangan yang harus dihadapi? Yuk, kita bahas lebih jauh melalui sinopsis dan review filmnya!

Baca Juga: Daftar Film Komedi Terbaik Sepanjang Masa

Sinopsis

Sinopsis

Pada tahun 2009, Aldous Snow adalah seorang rockstar asal Inggris yang baru saja merilis album African Child. Sayangnya, album itu menerima kritikan pedas dari para kritikus musik.

Secara komersil pun, album itu nggak mencatatkan penjualan yang bagus. Hubungan Aldous dengan pacarnya, Jackie Q, pun berakhir bahkan hak asuh anaknya, Naples, jatuh pada Jackie.

Aaron Green adalah seorang pemandu bakat yang bekerja untuk label bernama Pinnacle Records. Bos Pinnacle, Sergio Roma, bertanya pada Aaron mengenai ide untuk menyelamatkan label mereka.

Aaron menyarankan agar mendatangkan Aldous untuk tampil di Greek Theatre. Pasalnya, 10 tahun sebelumnya pertunjukan Aldous di Greek laku keras.

Sergio mengirim Aaron ke London untuk membawa Aldous ke Los Angeles. Sementara itu, pacar Aaron, Daphne dinyatakan diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan di Seattle dan berencana pindah.

Di tengah tugas membawa Aldous, Aaron harus bertengkar dengan Daphne untuk memutuskan masa depan mereka. Sesampainya di London, Aaron menemui Aldous. Aldous nggak mengira akan dijemput secepat itu, karena dia mengira dia baru akan tampil dua bulan kemudian.

Mereka berdua pun mabuk-mabukan di bar. Keesokan harinya, Aaron harus membawa Aldous terbang ke New York untuk hadir di acara Today, sebuah program talkshow yang bisa dijadikan ajang promosi bagi konser Aldous.

Aaron dan Aldous sampai tepat waktu di New York. Aaron mengambil semua minuman serta narkoba milik Aldous supaya Aldous tetap berada dalam kondisi sadar. Di acara Today, Aldous yang sakau kesulitan mengingat lirik lagunya.

Sementara itu, Daphne menghubungi Aaron untuk meminta maaf tapi Aaron mengira mereka berdua sudah putus. Ketika pesta dengan Aldous, Aaron tanpa sengaja menelpon Daphne. Daphne pun bisa mendengar kehidupan liar Aaron.

Dalam penerbangan menuju Los Angeles, Aldous memperlihatkan rona kesedihan. Dia bercerita pada Aaron bagaimana dia merindukan anaknya serta ayahnya, Jonathan, yang sudah nggak ditemuinya selama bertahun-tahun.

Aaron menyarankan supaya Aldous menemui Jonathan setelah konser tapi Aldous menolak dan memaksa Aaron ke Las Vegas untuk menemui Jonathan.

Di Las Vegas, Sergio merasa bahagia karena Aaron berhasil mendatangkan Aldous ke Amerika. Dia pun menghadiahi Aaron seorang perempuan bernama Destiny.

Destiny mencoba memerkosa Aaron tapi Aaron berhasil melarikan diri. Aldous menenangkan Aaron yang bercerita nyaris menjadi korban pemerkosaan dengan cara memberikan ganja. Aaron mulai berhalusinasi dan membakar lounge hotel.

Aldous dan Aaron tiba di Los Angeles. Aaron menyarankan Aldous menemui Jackie. Ternyata Jackie sudah punya hubungan dengan drummer Metallica, Lars Ulrich.

Jackie juga menyatakan bahwa Naples bukanlah anak biologis dari Aldous. Sementara Aaron mendatangi Daphne untuk meminta maaf. Daphne mau bertunangan dengan Aaron asalkan bisa mencoba threesome.

Aaron pun mengajak Aldous sebagai pihak ketiga. Sayangnya, Aaron nggak mau melakukannya dan mereka gagal melakukan threesome. Aaron pun mengusir Aldous yang dianggapnya bermasalah secara psikologis.

Aldous yang merasa sedih berjalan menuju puncak Standard Hotel dan menelpon Aaron bahwa dia akan melompat. Bisakah Aaron menyelamatkan Aldous dan konser Aldous berjalan sesuai rencana?

Dua Sisi Koin Kehidupan Rockstar

Dua Sisi Koin Kehidupan Rockstar

Ada banyak film yang pernah mengangkat kehidupan rockstar dan Get Him to the Greek pun melakukan hal serupa. Sisi liar dan sisi lain kehidupan bintang rock pun sekilas bukanlah hal baru sebagaimana banyak yang mencoba mengangkat sisi humanis dari figur yang dianggap sulit diatur itu.

Tapi film karya sutradara Nicholas Stoller ini punya cara berbeda, yaitu menyeimbangkan kedua sisi tersebut. Sisi lain dari kehidupan rockstar diangkat di film ini seperti bagaimana Aldous punya sisi sensitif pada anaknya serta ayahnya.

Begitu juga sisi liar yang ditampilkan dengan kegemaran berpesta, mengonsumsi alkohol dan narkoba, serta pesta dengan perempuan nggak dilewatkan sama sekali. Bahkan bisa dibilang, diangkat sampai level yang maksimal.

Film ini nggak terkesan pretensius dengan pendekatan komedinya. Momen-momen yang dimaksudkan menghadirkan kelucuan dihadirkan lewat dialog atau tindakan yang serampangan.

Kegilaan-kegilaan itu juga terasa believable sebagaimana kehidupan yang diangkat ke dalam cerita adalah hidup seorang rockstar.

Perubahan Tone Cerita

Perubahan Tone Cerita

Di awal film sampai second act, Get Him to the Greek mengandalkan tempo cepat. Menampilkan adegan pesta, konsumsi alkohol, sampai narkoba.

Nuansa menyenangkan dari kehidupan rockstar benar-benar diekspos ke level yang maksimal. Baru di pertengahan second act, tone cerita bergeser dengan lebih banyak menampilkan adegan yang emosional.

Selain Aldous yang memiliki masalah personal, Aaron pun diceritakan memiliki masalah serupa. Hubungannya dengan Daphne memburuk, ditambah dia harus menunaikan kewajibannya membuat Aldous bisa tampil dalam konser yang direncanakan labelnya yang hampir bangkrut.

Banyak juga adegan yang menampilkan bagaimana interaksi Aldous dan Aaron yang terasa emosional. Perubahan tone di film ini untungnya dikemas dengan sangat baik di momen yang tepat. Hal itu membuat film nggak terasa berubah secara drastis seperti menonton dua film berbeda.

Dari segi sinematografi, film ini banyak mengandalkan pergerakan kamera yang dinamis untuk merekam kegilaan berpesta. Pun ketika adegan yang dimaksudkan untuk menyentuh, pergerakan kamera dibuat lebih rapi.

Chemistry Russell Brand dan Jonah Hill

Chemistry Russell Brand dan Jonah Hill

Get Him to the Greek nggak banyak menghabiskan waktu untuk memberi pendalaman karakter seiring dengan temponya yang cepat. Tapi itu cukup efektif untuk membuat kita merasa tertarik pada sosok Aldous dan Aaron.

Terlebih keduanya berasal dari dua dunia berbeda. Aldous yang hidupnya penuh dengan pesta sedangkan Aaron lebih mirip dengan kehidupan orang biasa.

Chemistry Russell Brand sebagai Aldous dan Jonah Hill sebagai Aaron menjadi daya tarik tersendiri di film ini. Keduanya bisa sama gilanya dalam adegan-adegan pesta. Jonah Hill nggak kesulitan melakoni adegan-adegan itu, tapi ketika adegan emosional, dia bisa melakukannya dengan sangat baik.

Begitu pula dengan Russell Brand yang dikenal dengan cara bicaranya yang frontal, bisa menyentuh ketika melakoni adegan yang memerlukan emosi lebih.

Get Him to the Greek merupakan tipikal film yang menjual kegilaan. Durasi selama 109 menit terasa nggak begitu lama dengan perubahan tone cerita yang cukup mengagetkan.

Secara keseluruhan, film ini bisa menyajikan hiburan yang lengkap. Komedi yang ringan serta pesan menyentuh ditampilkan dengan cara yang menyenangkan. Suka film seperti ini? Kalau ada rekomendasi judul lain, tulis di kolom komentar, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram