showpoiler-logo

Sinopsis & Review Foxtrot Six, Indonesia Menjadi Negara Distopia

Ditulis oleh Suci Maharani R
Foxtrot Six
2.8
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Berlatar di tahun 2030, Indonesia diperlihatkan sudah memiliki teknologi canggih namun dilanda kelaparan parah. Bagaimana bisa? Jawabannya ada di film sci-fiction dan aksi Indonesia berjudul Foxtrot Six (2019). Film garapan Randy Korompis ini memang bengis, sayangnya aksi hebat para pemerannya justru terasa kurang bernyawa.

Full berbahasa Inggris, hal yang sangat wajar jika para penontonnya merasa canggung saat mendengarkan para pemerannya bersua. Namun film ini terasa kurang bernyawa, padahal Oka Antara, Chicco Jerikho hingga Mike Lewis tampil luar biasa. Kesan distopia dalam film ini terasa nanggung, karena inkonsistensi visual hingga CGI yang kurang smooth.

Lalu, petualangan seperti apa yang dirasakan oleh Oka Antara dan kelima kawannya dalam Foxtrot Six (2019)? Buat kamu yang penasaran, bisa membaca sinopsis dan ulasan singkatnya hanya di Showpoiler.

Sinopsis

sinopsis foxtrot six_

Berlatar di tahun 2030, Indonesia sudah memasuki masa depan distopia futuristik yang canggih. Sayangnya saat itu dunia sedang dilanda perubahan iklim ekstrem, sehingga perekonomian global tengah kacau.

Seluruh negara-negara besar terkena imbasnya, bahkan Indonesia pun harus merasakan tekanan yang sama. Bahan-bahan pangan sulit untuk didapatkan.

Dalam masa-masa krisis, calon presiden bernama Indra (Miller Khan) muncul dengan harapan untuk memperbaiki perekonomian rakyat.

Namun impian itu musnah, ketika Indra dan para pendukungnya menghilang dan dituduh sebagai tirani yang merugikan rakyat. Saat itulah partai Piranas naik dan menjadikan Barona (Willem Bevers) sebagai sosok presiden harapan masyarakat yang baru.

Namun di balik itu, Piranas dan Barona hanyalah tirani yang diam-diam mengeruk kekayaan dengan menyengsarakan rakyat. Di sisi lain, ada seorang mantan pasukan komando mariner bernama Angga Saputra (Oka Antara) yang kini jadi salah satu anggota parlemen Piranas.

Melihat potensi hadirnya pemberontakan, Angga mengusulkan operasi penyusupan untuk menghancurkan kelompok tersebut. Para elit Piranas menyetujui hal tersebut, tapi mereka menginginkan Angga Saputra bekerjasama dengan Wisnu.

Wisnu, pemimpin dari pasukan khusus bernama GERAM ini memang dikenal sebagai kelompok penghancur kepercayaan Piranas. Belum banyak berdialog dengan Wisnu, Angga dikagetkan dengan sebuah penyergapan yang membawanya pada sosok Sari (Julie Estelle).

Sari adalah wanita yang paling dicintai Angga. Wanita itu sudah menghilang selama bertahun-tahun, dan ternyata salah satu anggota dari Reform. Dari penjelasan Sari, Angga akhirnya tahu bahwa Piranas adalah tirani jahat yang menyengsarakan rakyat.

Dari sinilah Angga berniat untuk melakukan operasi pembalasan para pemimpin Piranas bersama dengan bekas rekan satu timnya. Tidak mudah bagi Angga untuk mengumpulkan rekan-rekannya.

Pada akhirnya Oggi (Verdi Solaiman), Bara (Rio Dewanto), Ethan (Mike Lewis) dan Tino (Arifin Putra) bersedia membantunya. Kelompok ini diperkuat dengan hadirnya Spec (Chicco Jerikho) yang kemampuan bertarungnya luar biasa. Menyadari bahwa beberapa petinggi partai Piranas akan dibunuh, Angga berusaha menyabotasenya.

Sayangnya, malah markas Reform yang diserbu habis-habisan oleh Wisnu dan GERAM. Bahkan Sari harus kehilangan nyawanya dalam penyerangan tersebut.

Angga yang kalut berniat untuk melakukan aksi balas dendam, ia tidak peduli jika harus pergi sendirian. Meski tahu resikonya, kelima sahabat Angga ikut dalam operasi ini. Apakah mereka bisa melawan senjata-senjata canggih GERAM?

Distorpia yang Unik, Tapi Belum Sempurna

Distorpia yang Unik, Tapi Belum Sempurna_

Mengambil alur soal Indonesia di masa-masa distopia, hal ini membuat Foxtrot Six (2019) terasa unik. Menelisik ke alur ceritanya, sebenarnya saya tidak memiliki masalah sama sekali.

Justru cerita yang ditulis oleh Randy Korompis terasa sangat runtut dan cukup jelas, mulai dari monolog singkat yang menjelaskan bagaimana Indonesia, hingga dunia berkembang di tahun 2030.

Saya menyukai ide tersebut, penjelasannya memang singkat tapi terasa sangat padat. Namun distopia yang ditampilkan oleh Randy Korompis memang belum sempurna.

Fyi, distopia adalah istilah untuk menggambarkan tempat yang membuat orang tidak bahagia dan takut karena diperlakukan tidak adil. Dalam foxtrot Six (2019), Indonesia diperlihatkan sebagai negara yang dipenuhi dengan kelaparan.

Alih-alih menyebutnya sebagai distopia, saya hanya merasa masalah utamanya adalah kesenjangan ekonomi. Lingkungan masyarakat yang diperlihatkan tidaklah semencekam itu, karena dalam salah satu scene-nya, Indonesia justru diperlihatkan sebagai peradaban maju. Hal paling nyeleneh, dalam masa distopia ada ojek online yang bikin pandangan saya buyar.

Inkonsistensi Visual dan CGI Seadanya

Inkonsistensi Visual dan CGI Seadanya_

Hal lainnya yang membuat Foxtrot Six (2019) terasa kurang memuaskan adalah inkonsistensi visualnya. Mengusung tema sci-fiction, saya pikir kemajuan teknologi yang ditampilkan terlihat cukup meyakinkan.

Mulai dari teknologi smart home, hingga teknologi layar sentuh lainnya terlihat menjanjikan. Tapi ide soal Indonesia yang futuristik ini masih sangat kagok, alias idenya tidak merata.

Kalau seragam tentara dilengkapi dengan layar sentuh canggih, kenapa menerbangkan helikopter dan teknologi mobilnya masih biasa saja? Mobil Alphard yang tidak memiliki teknologi anti tembak saja sudah terasa sangat aneh.

Lalu, masuk dalam robot “Kodiak” yaitu perangkat tempur masa depan yang seluruh kondimennya adalah alat-alat canggih. Alat ini malah terlihat seperti robot autobot dalam film Transformers tapi versi low budget.

Untungnya Miller Khan berhasil memberikan kejutan yang pas dalam scene tersebut. Ngomongin CGI yang digunakan, jujur saja saya agak kecewa berat. Mau bagaimanapun, scene saat prajurit hantu muncul, efeknya terlihat agak amatir dan kurang rapi.

Untuk kemunculan pertamanya, sosok prajurit hantu yang transparan ini terlihat cukup menjanjikan. Tapi dalam final battle melawan Spec, scene ini terlihat kurang dipersiapkan dengan matang.

Piranti yang digunakan prajurit ini mungkin terinspirasi dari jubah Harry Potter atau perisai Wakanda. Anehnya jubah ajaib dan super canggih itu bisa hancur hanya dengan api.

Dibintangi Aktor Hebat, Kemistrinya Kurang Kuat?

Dibintangi Aktor Hebat, Kemistrinya Kurang Kuat_

Harus diakui, Foxtrot Six (2019) menyuguhkan aksi laga yang luar biasa dan terasa berbeda dari film sejenisnya. Kualitas laganya memang mirip dengan film-film Hollywood. Begitu pula dengan kualitas aktingnya yang menurut saya juga sangat menjanjikan.

Namun ada satu hal yang membuat saya merasa lost interest, rasanya film ini tidak begitu memiliki nyawa. Setelah saya perhatikan dan berusaha fokus, akhirnya saya sadar kemistri yang ditampilkan oleh Oka Antara, Verdi Solaiman, Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Arifin Putra dan Mike Lewis terasa kurang kuat.

Entah karena karakter masing-masing yang terlalu menonjol atau pengembangan alurnya yang membuat para aktor hebat ini terasa kurang memiliki bonding. Belum lagi soal love story antara Angga dan Sari yang diperankan oleh Julie Estelle terasa seperti penghias saja agar alurnya tidak monoton.

Di sini juga Julie Estelle memang agak melempem, karena ia tidak menunjukkan kemampuan aksinya. Saya pikir akan lebih menyenangkan kalau Sari ikut berperang, kemampuan laga Julie Estelle bisa bikin filmnya lebih bernyawa.

Foxtrot Six (2019) sebenarnya film yang luar biasa jika digarap lebih serius dan prestisius lagi. Film ini butuh pengembangan CGI yang lebih matang dan memberikan alur tambahan untuk menunjukkan bonding dari keenam karakter utamanya. Meski banyak kekurangan, film garapan Randy Korompis ini masih seru untuk ditonton.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram