showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film Drama This Is England (2006)

Ditulis oleh Aditya Putra
This Is England
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Banyak yang mengatakan bahwa anak muda muda masih rentan untuk terpengaruh oleh sesuatu. Apa yang mereka konsumsi serta faktor lingkungan dapat berpengaruh besar membentuk kepribadian mereka.

Bahkan nggak jarang dalam proses tersebut, mereka mencari sosok yang bisa dijadikan panutan yang dianggap punya kesamaan atau kedekatan dengan hidup mereka. Kesalahan dalam memilih panutan dapat membawa pengaruh luar biasa buruk pada anak muda.

Ketika mencari jati diri, mereka yang belum punya pendirian teguh sangat mungkin terbawa oleh pemikiran yang salah. Hal itulah yang terjadi dalam film This Is England. Kita akan membahas sinopsis dan review filmnya di sini.

Baca juga: Sinopsis & Review Film Extraction, Film Aksi Menegangkan!

Sinopsis

Sinopsis

Pada Juli 1983, Shaun yang berusia 12 tahun tinggal bersama ibunya setelah ayahnya meninggal dalam Perang Falkland. Shaun sering terkena perundungan di sekolah.

Di hari kenaikan kelas, dia memutuskan untuk melawan dan berkelahi dengan temannya yang bercanda secara berlebihan tentang ayah Shaun.

Ketika dalam perjalanan menuju rumah, Shaun bertemu dengan kelompok skinhead yang dipimpin oleh Woody. Mendengar cerita Shaun, mereka merasa bersimpati dan mengajak Shaun bergabung ke dalam kelompok mereka.

Shaun dengan senang hati menerima ajakan itu karena dia merasa dihargai. Woody pun mengenalkan Shaun pada anggota kelompok yang lain.

Semakin lama bergabung di kelompok skinhead, Shaun semakin dekat dengan Woody yang dianggap sebagai seorang kakak. Dia juga dekat dengan kekasih Woody, Lol, yang dianggap sebagai sosok ibu.

Selain itu, dia juga mulai menyimpan perasaan pada Michelle yang dikenal dengan panggilan Smell, seorang gadis yang usianya lebih tua daripada Shaun.

Suatu malam ketika sedang berpesta, Shaun dan kelompoknya diserang oleh seorang pria. Pria itu kemudian dilawan oleh Combo.

Woody kemudian menjelaskan bahwa kejadian itu hanyalah prank serta menambahkan bahwa Combo baru keluar dari penjara setelah menjalani hukuman selama tiga tahun. Combo kemudian memperkenalkan rekannya, Banjo.

Combo yang karismatik serta punya kecenderungan sebagai seorang sosiopat mulai menyebarkan ideologi yang dipercayainya. Dia merupakan seorang nasionalis yang rasis dan mencoba membujuk Woody beserta kelompoknya untuk ikut dalam alirannya.

Dia kemudian mencoba mengambil alih posisi sebagai pemimpin skinhead dan menanamkan kebencian pada orang-orang non kulit putih serta imigran.

Combo berpidato di depan para skinhead dan menyinggung Perang Falkland. Shaun kemudian mengaku bahwa ayahnya meninggal di Perang Falkland. Combo memanfaatkan kesedihan Shaun untuk membuatnya bergabung.

Sementara itu, Woody beserta teman-temannya yang lain merasa berbeda ideologi dengan Combo dan tetap memilih bersikap apolitis.

Shaun merasa Combo sebagai sosok pahlawan. Combo kemudian mengajak Shaun beserta anggota kelompoknya untuk datang sebuah pertemuan para nasionalis.

Pukey, salah satu anggota menyatakan keraguannya pada cara pandang tentang nasionalisme yang sempit. Combo marah, menghajarnya dan menurunkannya dari mobil.

Combo beserta anak buahnya mulai mengintimidasi para pemuda lokal. Bahkan mereka menulisi dinding toko Mr. Sandhu yang merupakan orang Pakistan dengan slogan rasis.

Shaun yang terpengaruh oleh ideologi nasionalisme sempit mulai memaki Sandhu yang dulu pernah melarang Shaun datang ke tokonya. Mereka pun mencuri barang dari toko Sandhu untuk berpesta.

Combo merasa kecewa karena cintanya ditolak oleh Lol. Dia kemudian membeli ganja pada Milky. Ketika mengonsumsi ganja bersama, Milky menceritakan keluarganya yang bahagia.

Combo yang dalam pengaruh ganja memukuli Milky karena hal itu nggak pernah dirasakannya. Apakah yang akan dilakukan oleh Shaun?

Menyuguhkan Realita Apa Adanya

Menyuguhkan Realita Apa Adanya

Shaun menjadi karakter utama sekaligus penggerak cerita di film This Is England. Masih berusia 12 tahun dan berasal dari keluarga kelas pekerja, dia harus berhadapan dengan perundungan di sekolahnya.

Ketika menemukan Woody beserta teman-temannya yang dirasa bisa menerimanya apa adanya, dia nggak ragu bergabung.

Shaun yang masih terlalu muda pun ikut-ikutan membabat habis rambutnya agar terlihat sama dengan teman-teman barunya itu.

Dia juga menyesuaikan pakaiannya supaya mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang skinhead. Bahkan meminta sepatu Doc Martens pada ibunya yang hanya sanggup memberi sepatu yang mirip.

Shane Meadows sebagai sutradara seperti ingin menyuguhkan realita apa adanya dari kehidupan kelas pekerja di tahun 1983. Di tengah nuansa politik bergejolak di negeri Ratu Elizabeth itu, Meadows membuka mata kita tentang anak muda yang mencari jati diri.

Perubahan yang terjadi pada Shaun pun membuat sang ibu khawatir. Hal itu tergambar dalam adegan sang ibu mencari Shaun yang tak kunjung pulang. Sementara Shaun sedang nongkrong dengan teman-teman barunya.

Secara sinematografi, film ini berhasil menampilkan visualisasi persis tahun 80-an. Pengambilan gambar di lokasi-lokasi yang jauh dari kata elit menguatkan cerita tentang orang-orang yang jauh dari kehidupan mapan.

Bahkan penampilan para pemainnya pun nggak tanggung-tanggung diubah seperti skinhead lengkap dari rambut sampai pakaian.

Perpaduan Cerita yang Kaya

Perpaduan Cerita yang Kaya

This Is England bukan hanya menyajikan cerita tentang pencarian jati diri Shaun sebagai anak muda. Ada tentang perundungan, identifikasi kelompok, penerimaan, kondisi sosial sampai dengan ideologi.

Hebatnya, semua unsur itu dikemas dengan rapi dan nggak membuat fokus pada plot utama bergeser yaitu tentang Shaun.

Unsur-unsur yang ditampilkan dalam film ini begitu solid sehingga berhasil mengikat secara emosional. Perubahan karakter Shaun pun terasa masuk akal mengingat latar belakang kehidupannya serta kekagumannya pada sosok Combo.

Combo sendiri merupakan sosok karismatik dengan cara pandang sempit tentang nasionalisme. Dia juga menggunakan kecerdasannya untuk memanipulasi orang lain. Bahkan nggak segan menggunakan cara kekerasan untuk memaksakan pendapatnya.

Dari segi pendalaman karakter, film ini berhasil melakukannya dengan baik. Karakter utama diberikan pendekatan yang cukup untuk menggerakkannya melakukan sesuatu.

Bahkan saking terasa begitu dekat dengan kita, kita bisa memahami mengapa mereka berkelompok serta apa yang membuat mereka melakukan suatu tindakan yang menyimpang.

Penampilan Thomas Turgoose dan Stephen Graham

Penampilan Thomas Turgoose dan Stephen Graham

Ada dua aktor yang tampil brilian di This Is England. Thomas Turgoose yang memerankan karakter Shaun berhasil masuk ke dalam karakter yang naif, yang ingin diterima serta melakukan sesuatu yang dianggap bermanfaat.

Ending dari film ini menunjukkan bagaimana Turgoose begitu piawai memainan emosi dengan ekspresi dan gesturnya.

Stephen Graham nggak kalah bagus penampilannya dibandingkan Turgoose. Graham yang berperan sebagai Combo, berhasil membuat sosoknya begitu karismatik.

Gaya bicara meyakinkan serta gestur yang tepat menunjukkan bahwa dia merupakan orang yang keras bahkan cenderung nekat. Bahkan setiap tingkahnya bisa membuat kita merasa membenci karakter tersebut.

This Is England merupakan film yang berjalan dalam tempo relatif lambat tapi berhasil mengikat secara emosional apabila penonton mengikutinya dengan baik. Konflik yang di awal begitu ringan berhasil dipacu intensitasnya menjadi tinggi di momen yang tepat.

Durasi selama 102 menit pun nggak begitu terasa. Kalau ingin tahu gejolak kawula muda di Inggris tahun  80-an, cobalah nonton film ini. Setelahnya, kamu bisa membagikan ulasanmu di kolom komentar, teman-teman.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram