bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Prom, Film Musikal Bertabur Bintang

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Prom
2.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sekelompok bintang teater yang sangat terobsesi dengan kenarsisannya datang ke kota kecil di Indiana yang konservatif untuk mendukung seorang gadis SMA yang ingin membawa pacarnya ke pesta prom. Meryl Streep, Nicole Kidman, James Corden, dan Kerry Washington menjadi sebagian bintang yang bernyanyi dan menari di film musical karya Ryan Murphy ini.

The Prom adalah original film Netflix yang dirilis pada 11 Desember 2020 yang merupakan adaptasi dari pentas musical Broadway karya Chad Beguelin, Bob Martin, dan Matthew Sklar yang dipentaskan pada tahun 2018 silam.

Mengusung tema kesetaraan hak bagi kaum LGBT, film ini dipenuhi dengan lagu-lagu bagus karya Sklar dan Beguelin. Kemeriahan yang dijanjikan membuat kita penasaran bukan? Simak review kami dari sutradara yang sukses dengan serial musical Glee ini.

Sinopsis

YouTube video

Di Edgewater, sebuah kota kecil di Indiana, pesta prom di sebuah SMA terancam ditiadakan karena adanya keinginan salah satu siswinya untuk membawa pacar sesama jenisnya ke pesta tersebut. Sementara itu, di kota New York, dua aktor teater yang narsis sedang mengalami kekecewaan karena pentas mereka ditutup di hari pertama penayangan karena review yang buruk.

Dee Dee (Meryl Streep) dan Barry (James Corden) dihibur oleh teman lamanya, Angie (Nicole Kidman) dan seorang bartender lulusan Juilliard, Trent (Andrew Rannells). Mereka berencana untuk menaikkan pamor mereka kembali dengan mengadakan sejenis bakti sosial dengan cara mereka, dan Angie menemukan kasus yang sedang trending di Indiana. Mereka pun segera berangkat ke sana.

Para aktor ini menerobos masuk rapat wali murid di sekolah dan membuat kepala sekolah Tom (Keegan-Michael Key), yang merupakan fans berat Dee Dee, terpesona. Kemudian para aktor ini ingin mengumpulkan suara lewat beberapa penampilan yang gagal, sementara itu pesta prom dinyatakan tetap diadakan dan membuat para murid senang, termasuk Emma (Jo Ellen Pellman).

Dibantu Barry, Emma tampil cantik untuk pesta prom yang ternyata hanya dihadiri oleh dirinya sendiri, sementara murid lain berpesta di sebuah klub. Tentu saja Emma kecewa besar, termasuk kepada pacarnya, Alyssa (Ariana DeBose). Keempat aktor ini mencoba mengobati hati Emma dengan caranya masing-masing.

Dee Dee dipaksa oleh rekan-rekannya untuk menghubungi mantan suaminya agar Emma bisa hadir di acara talk show di TV, Barry mendekati nenek Emma dan mendapati cerita hidup Emma dan dirinya adalah sama, Angie selalu berada di sebelah Emma untuk menenangkan hatinya dengan makan es krim dan bernyanyi, sementara Trent menyadarkan teman-teman Emma tentang sikap mereka yang kolot.

Pada akhirnya Emma memutuskan untuk menuntaskan semuanya dengan caranya sendiri, yaitu bernyanyi secara live streaming yang kemudian menjadi viral. Para aktor ini kemudian berencana untuk membuatkan pesta prom spesial untuk Emma dengan dana mereka sendiri yang disambut baik oleh Emma dan kepala sekolah, juga Alyssa yang berbaikan lagi setelah sempat putus dengan Emma.

Malam pesta prom itu kemudian dihadiri oleh kaum LGBT dari berbagai daerah. Barry yang sudah berbaikan dengan ibunya dinobatkan sebagai ratu prom, Angie mendapat peran yang diidam-idamkan selama ini, Trent menjadi guru drama di sekolah, dan Dee Dee mendapat cinta baru pada diri Tom. Ibunya Alyssa kemudian menerima kondisi putrinya dan mendukungnya.

Kembalinya Sang Sutradara ke Genre Musical

Kembalinya Sang Sutradara ke Genre Musical

Kalian pasti kenal dengan serial TV populer berjudul Glee, kan? Sutradara serial musical remaja tersebut adalah Ryan Murphy yang kembali ke genre yang membesarkannya lewat The Prom ini. Maka tidak perlu heran ketika nuansa yang ditawarkan nyaris sama, bahkan lebih meriah dan berwarna. Kostum para karakternya sangat luar biasa dalam memadukan warna cerah ceria.

Faktor utama yang semakin membuat meriah film ini ialah deretan cast yang beberapa diantaranya adalah veteran film musical berkualitas. Meryl Streep kita kenal lewat film musical Mamma Mia! (2008) dan Nicole Kidman di Moulin Rouge! (2001). Sedangkan James Corden memang lebih banyak berakting di film-film tentang musik, seperti One Chance (2013) dan Begin Again (2013).

Ryan Murphy mampu membagi porsi cerita untuk mereka bertiga, ditambah Andrew Rannells, sehingga durasi film tidak terasa ternyata terlalu panjang, yaitu 2 jam 10 menit. Meski begitu, kedalaman karakternya tidak terlalu digali dan hanya karakter Barry yang terasa memiliki emosi, sedangkan yang lainnya terkesan datar, terutama karakter Angie.

Usaha Tidak Mudah bagi Duo Penulis Naskah

Usaha Tidak Mudah bagi Duo Penulis Naskah

Sedikit kelemahan pada naskah ini tidak bisa disalahkan juga kepada Bob Martin dan Chad Beguelin. Mereka berdua adalah penulis naskah asli untuk pentas panggung Broadway-nya dan mencoba menerjemahkannya untuk ditampilkan ke dalam sebuah film. Bisa jadi, menulis naskah teater dan film memiliki perbedaan, meski banyak kesamaan, membuat mereka sedikit canggung.

Beguelin sendiri sudah lama berkecimpung dalam dunia penulisan naskah untuk teater. Salah satu karya terbaiknya adalah pentas Aladdin yang kemudian dijadikan film animasi oleh Disney di tahun 1992 silam. Tapi tugasnya sebagai screenwriter film baru dia emban di The Prom ini bersama rekannya Bob Martin yang juga kenyang pengalaman menulis naskah untuk berbagai serial TV.

Kental dengan Tema yang Tabu

Kental dengan Tema yang Tabu

The Prom memang mengusung tema cerita yang masih tabu di masyarakat kita, yaitu percintaan sesama jenis yang sekarang lebih dikenal dengan LGBT. Film ini seolah-olah menjadi propaganda golongan tersebut untuk mendapatkan hak yang sama atas dasar hak asasi manusia. Mungkin di negara liberal seperti Amerika, hal ini sudah terasa lumrah, meski masih ada pertentangan.

Sejujurnya, perbuatan yang tidak sesuai fitrah manusia ini tidak disetujui dalam agama manapun. Bahkan di dalam kitab-kitab suci perbuatan ini termasuk dosa, sehingga kaum Sadum di masa Nabi Luth seperti yang termaktub di dalam dua kitab suci di azab dengan keras oleh Tuhan. Tapi berbeda lagi jika dipandang dari perspektif lain, semua tergantung darimana sudut pandang kita berada.

Dalam film ini, hampir semua argumentasi yang membuat golongan ini terdiskriminasi bisa dimentahkan dengan alasan yang pintar dan dibalut kata-kata nan indah. Seperti masalah dengan keluarga, teman, lingkungan, bahkan agama pun ikut disentil. Sebenarnya sah-sah saja berpendapat, apalagi kebebasan berpendapat sekarang sudah dilindungi secara hukum.

Dominasi Koreografi dan Lagu yang Riang

Dominasi Koreografi dan Lagu yang Riang

Film musical tentu sangat lekat dengan musik dan koreografi tari, dan semua ini digarap dengan baik oleh Ryan Murphy. Semua tarian penuh keriangan khas Broadway ditampilkan seolah kita sedang menyaksikan pentas teaternya dan penempatan kamera yang baik membuat kita bisa menyimak semua tarian tersebut dari sudut pandang yang menyamankan mata.

Lagu-lagu yang dibawakan pun memiliki nada dan lirik yang indah. Single “Tonight Belongs to You” sangat catchy dan “Dance with You” sangat romantis, dan kedua lagu ini sampai beberapa kali diulang dan di mash-up dengan lagu lainnya. Semua lagu dinyanyikan oleh seluruh aktornya sendiri. Khusus bagi Keegan-Michael Key, ini film musical kedua di Netflix setelah Jingle Jangle: A Christmas Journey bulan kemarin.

The Prom bisa jadi bukanlah film musical terbaik, meski sempat dinyatakan oleh pihak Netflix berada di jalur Oscar yang saya sendiri tidak tahu elemen yang mana yang bisa mendapat perhatian jurinya. Memang film ini unggul dalam koreografi dan musik yang disuguhkan, tapi lemah dalam penceritaan sehingga durasi film menjadi terlalu panjang.

Tapi jika kita hanya ingin terhibur dengan akting Meryl Streep, James Corden, dan Nicole Kidman, maka film ini bisa jadi pilihan utama untuk mengisi liburan. Bagi yang tidak suka dengan temanya, abaikan saja, dan nikmati sisi lain yang bisa membuat kita betah untuk menyimak film ini hingga selesai. Pada akhirnya, “everyone deserves a chance to celebrate”.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram