bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film The Mountain Between Us (2017)

Ditulis oleh Gerryaldo
The Mountain Between Us
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Apa jadinya kalau keputusan kalian malah membuat diri kalian celaka bahkan membuat orang lain yang ikut dengan kalian mengalami hal buruk yang sama? Ini yang terjadi dalam film berjudul The Mountain Between Us yang rilis di tahun 2017 silam. Kita akan diajak ‘berpetualang’ sekaligus bertahan hidup sama Nyonya Kate Winslet dan Tuan Idris Elba akibat salah ambil keputusan.

Film ini diangkat dari novel berjudul sama karya Charles Martin yang rilis di tahun 2011. Sang sutradara, Hany Abu-Assad berhasil menjadikannya sebuah film yang cukup banyak menuai respon positif. Film ini juga berhasil membukukan keuntungan sebesar $ 62.8 juta dari seluruh penayangannya di beberapa negara.

Sinopsis

The Moutain Between Us_Poster (Copy)

Alex Martin (Kate Winslet) merupakan seorang foto jurnalis yang baru menyelesaikan tugasnya dan hendak pulang ke New York untuk pernikahannya. Di bandara, Alex dibuat bingung karena pesawat transit yang akan ia tumpangi dari Utah ke Denver sebelum akhirnya ke New York gagal terbang akibat cuaca yang buruk.

Saat meminta penjelasan pada pihak maskapai, Alex tidak sengaja mendengar keluhan yang sama dari seorang pria bernama Ben (Idris Elba). Idris harus segera kembali ke Baltimore untuk melakukan tindakan operasi di sana. Ben adalah seorang dokter syaraf yang baru saja selesai tugas dan menghadiri summit di Utah.

Merasa dalam situasi yang sama, akhirnya Alex menawarkan apakah ia mau terbang menggunakan pesawat kecil yang akan ia sewa mengingat besok adalah hari penting bagi Alex sehingga mau tidak mau ia kudu berangkat. Beruntung sekali pikir Ben, akhirnya ia mau ikut bersama dengan Alex untuk sama-sama berangkat ke Denver.

Penerbangan yang Alex dan Ben tumpangi dipimpin oleh pilot bernama Walter (Beau Bridges). Pilot tersebut mengajak serta anjing peliharaan miliknya berjenis Labrador Retriever untuk ikut dalam penerbangan. Perjalanan awalnya biasa saja, Alex dan Ben saling tukar informasi mengenai hidup dan pekerjaannya. 

Saat melintasi pegunungan High Uintas, terlihat awan hitam yang menggulung besar menandakan akan ada badai. Walter segera minta mengontak menara pengawas terdekat untuk memberitahu soal badai sekaligus izin untuk naik menghindari awan tersebut. Belum lama Walter melakukan kontak, tiba-tiba Walter terkena serangan stroke.

Pesawat akhirnya hilang kendali. Baik Ben atau Alex tidak ada sama sekali pengalaman terbang. Situasi sangat kacau, pesawat mulai oleng dan menabrak puncak pegunungan membuat bagian belakang pesawat lepas dari badannya. Lantas pesawat mulai miring menabrak tebing sehingga sayap pesawat hancur. 

Alex lantas meminta Ben untuk duduk dan menunggu waktu mereka terjatuh. Akhirnya pesawat jatuh namun beruntung tidak sampai meledak. Ben mengalami patah tulang rusuk sedangkan Alex mengalami hal yang jauh lebih buruk. Pelipisnya sobek dan kakinya patah. Darah terus mengucur dari kepala Alex.

Ben yang adalah dokter, mampu membuat keadaan Alex menjadi lebih baik. Ia bahkan menjaga Alex semalaman agar Alex tetap hangat dan tidak kedinginan. Alex berusaha untuk mencari bantuan namun akhirnya selalu nihil. Ia putus asa, namun setelah Alex siuman, harapan untuk selamat kembali muncul.

Alex yang tidak mau menyerah meski dirinya sudah tidak mampu berjalan tetap mencoba untuk keluar dari pegunungan itu namun Ben malah memakinya mengatakan bahwa kalau tidak ada dirinya Alex mungkin sudah tewas; jadi lebih baik diam di sini sembari menunggu bantuan. Tapi emang dasar Alex keras kepala, ia kemudian ‘kabur’.

Bersama dengan anjing Walter yang selamat, Alex mulai menuruni gunung meninggalkan bangkai pesawat yang jadi tempat berlindungnya selama ini. Ia meninggalkan catatan untuk Ben, kalau ternyata dia selamat, ia akan meminta bantuan untuk menolong Ben. Ben lantas bangun dari tidurnya lantas mengejar Alex yang sudah tertatih-tatih.

Akhirnya mereka bersama menuruni gunung dengan rintangan yang tak habis-habis. Alex harus menahan sakitnya begitu pula dengan Ben yang sudah terengah-engah namun tidak bisa kalau hanya diam saja. Hari semakin malam dan suhu sudah mulai kembali menurun. Setidaknya mereka harus menemukan tempat berlindung dulu kalau memang mau berhenti.

Beruntung mereka menemukan sebuah gua. Selama bermalam di sana Alex dan Ben saling tukar cerita lebih dalam lagi. Alex tahu bahwa Ben ternyata sudah memiliki istri namun bercerai. Mereka terus bercerita sampai pagi tiba. Alex keluar gua lantas ketika ingin memotret objek, ia melihat pantulan cahaya dari seberang gunung. Ia dan Ben akhirnya berangkat menuju pantulan cahaya tersebut.

Akhirnya setelah menempuh perjalan yang semakin ekstrem, Alex dan Ben pun sampai di sumber pantulan cahaya tersebut; sebuah kabin tua. Alex dan Ben akhirnya punya tempat berteduh yang proper, namun mereka tidak bisa lama disana karena stok makanan sudah habis. Belum lagi Alex yang sempat kecebur ke sungai es membuat badannya lemas.

Akhirnya Alex dan Ben memutuskan untuk pergi lagi mencari bantuan. Beruntung, ada sebuah tempat pengolahan kayu besar. Mereka akhirnya selamat. Namun masalahnya tidak sampai di sana. Kedekatan Alex dan Ben selama bertahan hidup malah membuat mereka semakin dekat. Rasa sayang mulai muncul. Ini bahaya untuk Alex yang akan segera menikah.

Perasaan Alex tidak bisa dibohongi. Ia lebih nyaman dengan Ben namun takut untuk mengatakannya. Alex bahkan membatalkan pernikahannya dengan Mark, tunangannya.

Suatu kali ia bertemu dengan Ben. Ben otomatis secara basa-basi menanyakan bagaimana pernikahan Alex, betapa kagetnya Ben ketika tahu Alex tidak jadi menikah. Berangkat dari situ, baik Ben dan Alex saling menyatakan perasaannya.

Si Malang Alex

The Moutain Between Us_Alex Martin (Copy)

Saya kok kasihan sama tokoh Alex ini? Mulai dari awal film sampai akhir, Alex selalu dirundung masalah atau pilihan yang sulit. Entah si penulis novel atau sutradara film ini punya masalah pribadi sama si Alex. Contohnya saja, Alex sudah kehilangan kesempatannya pulang ke New York untuk menghadiri perkawinannya sendiri.

Dilanjut pesawat yang Alex sewa kecelakaan dan Alex merasa bersalah karena sudah mengajak Ben ikut dengannya namun berakhir naas. Efek kecelakaan membuat Alex luka berat hingga patah tulang dimana Ben cedera tidak terlalu parah. Alex sempat tenggelam di sungai es setelah mencoba mencari sumber pantulan cahaya yang ia lihat. 

Terakhir, Alex harus bergumul dengan perasaannya sendiri mengenai hubungannya dengan calon suaminya, Mark. Ini diakibatkan, Alex punya rasa nyaman terhadap Ben dan malah menginginkan Ben yang menjadi pasangan hidupnya. Meski akhirnya bisa mendapatkan Ben, proses berakhirnya hubungan Alex dengan Mark cukup membuat dirinya merasa sedih diri.

Rasa yang Salah?

The Moutain Between Us_Alex&Ben (Copy)

Mungkin untuk Ben, memiliki rasa terhadap Alex ya wajar-wajar saja mengingat dirinya sudah tidak bersama lagi dengan istrinya. Namun bagaimana dengan Alex? Alex statusnya adalah tunangan dari laki-laki lain; namun akhirnya malah jatuh hati pada Ben yang baru saja ditemui. Apa rasa itu timbul karena Alex merasa nyaman terhadap Ben?

Kalau begitu, berarti Alex memang tidak nyaman dengan tunangannya sendiri bukan? Karena kalau memang sudah jatuh hati pada Mark, mau tertekan bagaimanapun, Alex akan tetap setia. Belum lagi dia masih bisa ke luar kota padahal keesokan harinya adalah hari besar buat Alex dan Mark; menjadi pertanyaan buat saya sendiri, Alex ini serius tidak sih untuk menikah?

Nah, Kalau sudah begini menurut kalian siapa yang harus disalahkan? Alex atau lingkungan sekitar yang menekannya untuk berpaling dari Mark? (Re: Kecelakaan)

Ceritanya Bagus Sih Tapi…

The Moutain Between Us_Plot (Copy)

Saya akui jalan ceritanya cukup bagus namun transisi dari adegan ke adegan lain menurut saya terlalu cepat. Kalian yang sudah menonton film ini kemungkinan besar akan melihat hal serupa sehingga kesannya dipotong paksa dan kadang kalau kita meleng sedikit dan adegan sudah berubah, kita jadi bingung.

Belum lagi tempatnya yang itu-itu saja alias salju dimana-mana, pegunungan, tebing, jurang. Semuanya didominasi warna putih. Meski terkesan luas sekali; saya malah merasa jadi sedikit bosan.

Ditambah karakter Ben yang kadang berani, kadang putus asa, kadang berani lagi. Pantas saja si Alex ini pernah ngamuk karena berpikir Ben tidak punya nyali untuk turun gunung mencari pertolongan.

Overall, kalau kalian memang sedang tidak ada pilihan film lain; coba deh nonton film ini. Lumayan menghibur meski kalian ya tidak akan heboh padahal film ini menceritakan tentang survival. Untuk film ini, Bacaterus memberi skor 6.8/10. Bagaimana dengan kalian? Tulis skor kalian di kolom komentar ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram