bacaterus web banner retina

Review dan Sinopsis Film The Monuments Men (2014)

Ditulis oleh Yanyan Andryan
The Monuments Men
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

The Monuments Men menjadi film yang cukup spesial karena menghadirkan ansambel pemain papan atas Hollywood, yang kualitas aktingnnya tidak bisa diragukan lagi. Selain itu, film bertemakan sejarah ini digarap dan dibintangi oleh George Clooney, lalu ada juga Matt Damon, Bill Murray, John Goodman, Jean Dujardin, Bob Balaban, Hugh Bonneville, dan Cate Blanchett.

Konsep cerita film ini sebenarnya didasarkan pada buku non-fiksi berjudul The Monuments Men: Allied Heroes, Nazi Thieves and the Greatest Treasure Hunt in History, yang ditulis oleh Robert M. Edsel dan Bret Witter. Plotnya mengikuti kelompok tentara Sekutu yang diberi tugas untuk menemukan, dan menyimpan karya seni serta barang sejarah penting sebelum Nazi menghancurkan atau mencurinya selama Perang Dunia II.

Film The Monuments Men sendiri diproduksi secara bersama oleh Columbia Pictures, 20th Century Fox, dan Babelsberg Studio. Film Ini kemudian menerima tinjauan kritis yang beragam, dan mampu meraup 155 juta dollar di seluruh dunia dengan anggaran sebanyak 91 juta dollar.

Sinopsis

Sinopsis

Pada tahun 1943, Letnan Frank Stokes berhasil meyakinkan Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt, bahwa memenangkan Perang Dunia II tidak akan berarti banyak jika karya seni berrsejarah milik peradaban Barat hilang dimusnahkan oleh Nazi.

Maka dari itu, Stokes lalu mengumpulkan unit Angkatan Darat yang dijuluki “Monuments Men," yang terdiri dari direktur museum, kurator, sejarawan seni, dan arsitek, untuk mencari karya seni yang diambil oleh Nazi, dan dikembalikan kepada pemiliknya yang sah.

Setahun kemudian, Claire Simone, seorang kurator di wilayah pendudukan Perancis, dipaksa membantu prajurit Nazi, Viktor Stahl, dalam mengawasi seluruh karya seni sebagai properti untuk Führermuseum milik Adolf Hitler.

Akan tetapi, semua karya seni tersebut telah hilang, dan Simone menyadari jika Stahl membawanya ke Jerman saat pasukan Sekutu mendekati Paris. Letnan James Granger lalu bertemu dengan Simone, tapi sang kurator tersebut mencurigainya karena diduga akan mencuri karya seni untuk negara mereka sendiri, Amerika Serikat.

Simone dengan tegas menolak bekerjasama dengannya. Di sisi lain, Perwira Inggris, Donald Jeffries, menyelinap ke sebuah tempat di Bruges untuk mengambil patung Madonna of Bruges karya Michelangelo, tapi ia terbunuh saat melakukan misinya tersebut.

Sementara itu, Sersan Richard Campbell, dan Prajurit Preston Savitz, menemukan dan menangkap Viktor Stahl, yang menyamar sebagai seorang petani. Saat menuju rumahnya Stahl, mereka kemudian menemukan sebuah lukisan curian, yang merupakan koleksi dari Keluarga Rothschild.

Pada bulan Desember 1944, Sersan Walter Garfield, dan Letnan Kedua Jean-Claude Clermont tersesat di pedesaan, dan melakukan kesalahan dalam baku tembak. Clermont terluka parah dan meninggal ketika Garfield tidak dapat menemukan bantuan medis.

Granger kemudian berusaha meyakinkan Claire Simone kembali dengan menunjukan Dekrit Nero dari Hitler, yang memerintahkan penghancuran semua harta benda Jerman jika Hitler meninggal atau Jerman kalah. Granger juga mengatakan kepadanya bahwa unit The Monuments Men tidak akan mencuri kembali karya seni tersebut, tapi akan dikembalikan lagi ke tempat asalnya.

Simone akhirnya bekerjasama dengan Granger, dan ia memberikan data koleksi museum kepadanya. Granger lalu menemui Stokes bersama anggota yang lainnya, dan mereka mulai mencari karya seni yang tersisa karena pasukan Nazi mulai menarik mundur sebagian pasukannya di wilayah-wilayah jajahan.

Alur Cerita yang Tidak Terlalu Spesial

Alur Cerita yang Tidak Terlalu Spesial

Alur cerita yang disajikan dalam film ini tersusun biasa saja, dan bukanlah sesuatu yang istimewa. Daya tarik dalam The Monuments Men justru terletak pada ansambel para pemainnya yang terbilang sangat mewah.

Walaupun alurnya terlihat ala kadarnya, namun saat bagian perjalanan dalam memburu benda-benda seni bersejarah, film ini langsung terasa menyenangkan untuk diikuti.

The Monuments Men sendiri mempunyai beberapa karakter, yang sebagian diantara sebenarnya terinspirasi dari sosok nyata, mulai dari  Frank Stokes (George Clooney), Richard Campbell (Bill Murray),  Walter Garfield (John Goodman), Jean Claude Clermont (Jean Dujardin), Donald Jeffries (Hugh Bonneville), Preston Savitz (Bob Balaban), Sam Eipstein (Dimitri Leonidas), James Granger (Matt Damon) Claire Simone, dan (Cate Blanchett).

Kehadiran mereka sudah pasti membuat film ini memikat untuk ditonton, dan semuanya mampu menghidupkan alur cerita menjadi lebih hidup, dan bernyawa.

Para pemain tersebut saling bersinergi satu sama lain, dan sangat terasa menyegarkan ketika kita melihat Clooney, Damon, Blanchett, Murray, Goodman, dan yang lainnya berada dalam satu frame bersama-sama.

Melihat jajaran pemain papan atas Hollywood tersebut, dan disandingkan dengan konsep cerita film ini, secara tidak langsung kita bakal sedikit mengingat film franchise pencurian Ocean’s Eleven, dimana Clooney dan Damon pernah bermain bersama di sana.

Unsur komedinya kurang lebih memiliki atmosfer yang sama, tapi yang membedakannya adalah latar waktu, dan misi utama dari kedua film tersebut

The Monuments Men secara ringkasnya memiliki alur, dan skrip cerita yang kurang dimaksimalkan secara baik. Clooney, sebagai sutradara, kurang greget dalam mengeksekusi naskah cerita yang dibuatnya bersama dengan Grant Heslov.

Bernuansa Artistik

Bernuansa Artistik

Meski memiliki latar waktu peristiwa Perang Dunia II, The Monuments Men tidak terlalu banyak menyuguhkan adegan baku tembak yang intens, destruktif, hingga kematian-kematian prajurit yang mengharukan.

Film ini sepertinya tidak terlalu spesifik menggambarkan bagian tersebut, dan memang lebih khusus berfokus kepada perjalanan para prajurit unit Monuments Men dalam usahanya menyelamatkan “harta karun” bersejarah dari peradaban Barat.

Terlepas dari itu, film ini masih memiliki visual yang bagus dalam menggambarkan sudut perkotaan di Eropa pada masa Perang Dunia II.

Bahkan, beberapa adegan memperlihatkan puing-puing kota yang hancur, dan para unit Monuments Men berada di sana sembari membuka peta mempersiapkan rencana untuk mencari benda-benda bersejarah yang tersembunyi.

Dalam hal sinematografi, The Monuments Men cukuplah mumpuni, dan tidak asal-asalan dalam membingkai pemandangan, serta lingkungan perkotaan, yang menjadi objek kehancuran Perang Dunia II.

Selain itu, film ini juga terasa artistik karena ceritanya sendiri memang memperlihatkan benda-benda seni yang mempunyai nilai sejarah teramat tinggi.

Aspek keindahan visual, dan artistik di film ini seharunya mampu membuat The Monuments Men menjadi film yang memuaskan, ditambah lagi dengan para pemain-pemainnya yang berkualitas.

Masing-masing dari mereka mampu menunjukan kemampuan terbaiknya, tapi keseluruhan plot cerita dalam film ini tidak solid, dan kurang tertata. Tapi di balik kesan kurang memuaskan tersebut, film ini tetaplah menyenangkan, dan memang menghibur sepanjang 118 menit.

Hal-hal yang kurang pada The Monuments Men setidaknya bisa terlupakan ketika kita melihat Clooney, dan yang lainnya berakting secara apik, apalagi Bill Murray dan Bob Balaban mampu memberikan keceriaan lewat dialog-dialognya yang jenaka.

Menerima Tinjauan yang Beragam

Menerima Tinjauan yang Beragam

Adanya pemain-pemain berkelas pada film ini tidak serta merta membuat The Monuments Men mendapatan respon yang bagus. Di beberapa situs ulasan film, para kritikus memberikan penilaian yang beragam, baik dengan respon yang positif, dan sebaliknya.

Pada situs Rotten Tomatoes, The Monuments Men meraih rating 30% dengan nilai 5.20/10 berdasarkan 254 ulasan, sedangkan tinjauan dari penonton mereka memberikan rating 44% dengan nilai 3.1/5.

Lalu, laman situs Internet Movie Database (IMDB) memberikan skor 6.1/10 berdasarkan 126.192 suara. Di Metacritic, film ini memiliki skor 52/100, berdasarkan tinjauan dari 43 kritikus, yang menunjukkan "ulasan campuran atau rata-rata.” Penilaian yang hampir menunjukan skor rata-rata tersebut sebenarnya tidak langsung membuat film ini jelek.

Dengan segala aspek kekurangannya, The Monuments Men masih sangatlah layak untuk dinikmati sebagai film hiburan semata. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kurangnya eksekusi dalam plot cerita bisa terobati dengan kualitas akting mumpuni dari semua pemain-pemainnya. Mereka secara nyata mampu memberi nyawa pada karakter yang dimainkannya, terlebih lagi untuk film ini.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram