bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Lodge, Monster Sesungguhnya Adalah?

Ditulis oleh Gerryaldo
The Lodge
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Muncul lagi salah satu film horor yang mengusung ide cerita tentang psychological-horror. Apabila kalian suka menonton film seperti Split, Mother, Hush atau Escape Room; mungkin kalian akan menyukai film ini juga mengingat genre-nya sama.

Film ini terinspirasi dari film jadul tahun 1940 berjudul Rebecca karya sutradara Alfred Hitchcock yang menceritakan tentang seorang wanita yang merasa dihantui oleh arwah istri pertama suaminya.

Serupa tapi tak sama, film ini menceritakan tentang kaburnya akal sehat seseorang wanita setelah di-prank oleh anak sambungnya sendiri. Hal tersebut bak efek domino; membuat semuanya menjadi runyam dan tak terkendali hingga membahayakan nyawa keluarga baru dari si wanita tersebut. 

Sinopsis

The Lodge_Poster (Copy)

Richard Hall (Richard Armitage) merupakan seorang suami dari Laura Hall (Alicia Silverstone) dan Ayah dari kedua anaknya yang bernama Mia Hall (Lia McHugh) dan Aiden Hall (Jeaden Martell).

Kehidupan pernikahan Richard sudah di ujung tombak, hubungannya dengan Laura tidak berjalan dengan baik sehingga ia memutuskan untuk menggugat cerai Laura dan segera menikahi seorang gadis lain bernama Grace Marshall (Riley Keough).

Mendengar hal tersebut, Laura depresi dan memutuskan untuk bunuh diri. Ini membuat kedua anaknya, Mia dan Aiden ikut depresi karena kehilangan sosok seorang ibu. Ditambah lagi, mereka berdua harus bertemu dan tinggal bersama calon ibu sambung mereka yaitu, Grace. 

Richard yang tahu bahwa hubungan kedua anaknya dan calon istrinya itu tidak baik maka dia memutuskan untuk berlibur bersama sekaligus menghabiskan waktu natal di pondok mereka yang berada sangat jauh dari kota. Cuaca bersalju dan pondok yang hangat membuat Richard berpikir itu adalah tempat yang tepat untuk mereka saling kenal.

Akhirnya pergilah mereka semua ke pondok. Di hari pertama, Grace mulai mencoba melakukan pendekatan pada Mia dan Aiden; namun mereka malah menjadi semakin benci pada Grace.

Apalagi setelah melihat Grace mengenakan topi musim dingin miliki Ibunya. Meski demikian, Grace tidak patah semangat. Ia bahkan hampir kehilangan nyawanya karena menyelamatkan Mia yang hampir tercebur ke es.

Merasa berterima kasih, Mia pun mencoba untuk mengobrol dengan Grace; meski satu dua patah kata, Grace merasa senang bisa sedikit lebih dekat dengan Mia. Kecemasan Grace ini diperburuk dengan keadaan sewaktu muda dulu.

Usut punya usut, Ayah dari Grace adalah pendeta aliran sesat yang membuat banyak jemaatnya bunuh diri massal. Satu-satunya yang selamat adalah Grace. Untuk menghilangkan rasa cemas dan traumanya; ia terus minum obat penenang.

Satu waktu, Richard mendapat telepon soal kerjaan. Ia diharuskan kembali ke kota dalam waktu dekat selama 1 minggu untuk bekerja. Richard berjanji setelah urusannya selesai, ia akan kembali menyusul ke pondok untuk menghabiskan waktu bersama. Richard meminta Grace untuk menjaga dan mengasuh anaknya yang disusul anggukan setuju dari Grace.

Setelah beberapa hari Richard berangkat, hal aneh mulai terjadi. Malam sebelumnya, Grace, Mia dan Aiden sedang menonton film ditemani gas penghangat ruangan. Namun begitu bangun paginya, Grace menemukan isi pondok kosong melompong! Grace segera membangunkan Mia dan Aiden untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Grace mengira bahwa ini ulah Mia dan Aiden karena tidak suka dengan kehadirannya. Namun meski dipaksa mengaku, Mia dan Aiden pun tidak mengerti apa yang terjadi pada pondok mereka.

Grace mulai gusar, rasa cemasnya timbul. Ponsel mati, tidak ada listrik, tidak ada mobil, badai salju dan lainnya membuat mereka bertiga terjebak di pondok. Diperparah dengan hilangnya obat penenang Grace.

Hari demi hari mereka lewati bertiga dengan segala keterbatasan. Grace yang sudah mencoba untuk turun dari pondok untuk mencari bantuan, berhasil nihil. Ia tidak menemukan apapun.

Rasa cemasnya semakin menjadi ketika pulang ke rumah, ia menemukan Mia dan Aiden memegang artikel bahwa mereka bertiga sudah meninggal beberapa bulan yang lalu akibat terbakar yang bersumber dari gas pemanas.

Pikiran kacau Grace semakin menjadi ketika mengetahui anjing peliharaannya juga beku meninggal. Ia memilih diam di luar seharian diterpa angin dan badai salju. Mia dan Aiden pun mencoba untuk percobaan bunuh diri.

Namun saat Aiden tergantung, ia tidak mati. Hal ini dilihat oleh Grace yang menjadi drop. Pikirannya hilang. Ia merasa Ayahnya benar, semua orang berdosa dan patut meninggal.

Begitu Grace mulai bertingkah aneh, Mia dan Aiden yang ternyata memberikan prank terburuk selama hidup Grace mengaku bahwa mereka bercanda dan sudah kelewatan.

Mereka mengaku semua barang di pondok sengaja disembunyikan dan semua barang-barang Grace juga ikut disembunyikan di rubanah. Terlambat, pikiran Grace sudah tidak bisa dikembalikan. Grace mulai mendengar ‘bisikan’ Ayahnya yang telah meninggal.

Grace membantu mereka semua untuk mengaku dosa dan menyerahkan nyawa sebagai persembahannya. Mia dan Aiden dalam bahaya. Richard yang mulai curiga akan terjadi satu hal buruk pada mereka bertiga lantas kembali ke pondok setelah tidak bisa menghubungi mereka selama 3 hari.

Sesampainya di pondok, Richard menemukan Grace memegang pistol yang ia berikan sebelum pergi guna berjaga-jaga dari orang jahat. Ia lantas ditembak oleh Grace, Mia dan Aiden yang terkejut mencoba melarikan diri namun gagal.

Grace menyeret semua ke meja makan sambil menyenandungkan lagu Nearer, My God, to Thee. dan membungkam mereka dengan selotip bertuliskan ‘dosa’ sebelum akhrinya membunuh satu per satu; seperti yang dilakukan Ayahnya dulu.

Lingkup Seram

The Lodge_Dark Setting (Copy)

Semua baik-baik saja sebelum mereka berangkat ke pondok untuk berlibur pekan natal. Setting yang ditampilkan begitu banyak warna; sehingga meski ada beberapa adegan seram, kita penontonnya masih bisa mengikuti.

Namun begitu mereka berlibur dan masuk pondok; sesaat mereka menginjakan kaki mereka di sana, lingkup suasananya entah bagaimana menjadi sangat kelam dan horror.

Hutan belantara yang super gelap, badai salju yang mengerikan, cahaya redup di sepanjang hari seperti matahari enggan menyapa mereka semua.

Kalau sudah begini, meski tidak ada kata-kata atau clue bahwa film ini adalah film horror, siapapun yang menyaksikan scene The Lodge langsung bisa menebak dengan mudah bahwa The Lodge adalah film yang bikin takut. Mau bagaimanapun hangatnya ‘kekeluargaan’ di pondok itu, saya tidak bisa melihat adanya rasa aman dan damai. Serius.

Jalan Cerita yang Disturbing

The Lodge_Disturbing Plot (Copy)

Mungkin sang sutradara; Veronika dan Severin ingin membawakan cerita seram kepada para penontonnya. Namun untuk saya pribadi, alih-alih seram, film ini rasanya ‘mengganggu’ sekali. Penyerangan psikis.

Awalnya Veronika dan Severin berhasil menggiring penonton untuk berpikir bahwa monster sesungguhnya adalah Grace, mengingat dia punya masa lalu yang buruk bahkan keluarganya tidak ada yang benar.

Akan tetapi ketika kita sudah yakin bahwa Grace-lah biang keladinya dan menyangka memang Mia dan Aiden juga sudah meninggal bersama dengannya, ternyata kita dibuat jungkir balik dengan cerita baru.

Monster sesungguhnya adalah Mia dan Aiden yang membuat skenario seburuk itu untuk menjebak Grace dalam permainan mereka. Tidak heran kan apabila tagline judul artikel ini menanyakan siapa monster yang sebenarnya?

Ala-ala Hereditary

The Lodge_Hereditary (Copy)

I don’t know, apakah ini hanya perasaan saya saja atau memang benar adanya; akan tetapi ketika saya mengikuti jalan cerita film ini, apalagi ketika cerita mulai klimaks, saya menemukan beberapa hal yang serupa dengan film yang tayang tahun 2018 silam berjudul Hereditary. Mulai dari konsep, situasi, setting tempat dan beberapa hal lainnya.

Tapi tetap saja, Veronika dan Severin sukses untuk tidak meng-copy paste keseluruhan ide film tersebut. Yah, mungkin mereka terinspirasi saja mengingat film Hereditary menurut saya lumayan dark dan sama-sama disturbing dan juga sama-sama menyinggung cult.

Bila kalian butuh rekomendasi film horor yang bertemakan psychological-horror, saya cukup pede untuk memberikan film ini sebagai salah satu daftar tontonan kalian.

Meski alur ceritanya yang naik turun dan kadang bikin kita bosan, tapi kalian masih bisa anteng kok untuk duduk di kursi tanpa harus benar-benar pergi meninggalkan layar atau mengganti dengan film lainnya. Bacaterus memberi skor 3.3/5 untuk film ini. Kalau kalian bagaimana?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram