bacaterus web banner retina

Review dan Sinopsis Film Komedi Politik The Interview

Ditulis oleh Yanyan Andryan
The Interview
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

The Interview adalah sebuah film komedi, yang diproduseri sekaligus disutradarai oleh Seth Rogen dan Evan Goldberg. Film ini menjadi karya kedua mereka setelah sebelumnya membuat film berjudul This Is the End di tahun 2013 lalu. Skenario The Interview ditulis oleh Dan Sterling, berdasarkan cerita yang dibuat bersama dengan Rogen serta Goldberg.

Film ini kemudian dibintangi oleh Rogen sendiri sebagai Aaron Rapaport, dan James Franco menjadi Dave Skylark. Keduanya adalah jurnalis yang berusaha mengatur wawancara dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un (Randall Park). Mereka selanjutnya direkrut oleh organisasi CIA untuk membunuh sang “Supreme Leader” tersebut.

Kalau penasaran dengan film komedi politik yang menyinggung Korea Utara ini, simak review dan sinopsis The Interview berikut ini!

Sinopsis

Sinopsis

Dave Skylark adalah pembawa acara sebuah talk show bertajuk Skylark Tonight, di mana dia kerap mewawancarai berbagai selebritis papan atas Hollywood. Setelah Skylark, dan Rapaport, serta para krunya merayakan episode ke-1.000, salah satu rekan produser lalu mengkritik acara Skylark Tonight sebagai program berita yang tidak jelas.

Karena kritikan tersebut, Rapaport dan Skylark lalu sepakat untuk mengubah acaranya ke arah yang lebih berkualitas. Suatu waktu, Skylark menemukan fakta bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, adalah penggemar acaranya.

Keduanya kemudian berusaha sebisa mungkin untuk mengatur wawancara dengannya, yang disiarkan langsung pada program acara Skylark Tonight. Rapaport lalu melakukan perjalanan ke suatu tempat di wilayah pedesaan Cina untuk bertemu dengan Sook-yin Park, seorang menteri propaganda dari Korea Utara.

Sook lalu memberikan kabar kepadanya jika Kim Jong-un bersedia diwawancarai oleh Skylark. Setelah Rapaport kembali ke Amerika, agen CIA bernama Lacey muncul di hadapannya dan juga Skylark.

Lacey kemudian meminta keduanya untuk membunuh Kim menggunakan strip transdermal, yang akan meracuni Kim melalui jabat tangan. Awalnya, mereka tidak setuju, namun akhirnya Skylark membawa strip tersebut, yang disembunyikan di dalam bungkus permen karet.

Setibanya di istana kepresidenan di Pyongyang, mereka diperkenalkan dengan pengawal pribadi Kim, yakni Koh, dan Yu. Saat memeriksa barang bawaan Skylark, Koh menemukan strip, dan mengira itu adalah permen karet, dan pun ia lalu mengunyahnya.

Satu-satunya alat untuk membunuh Kim telah tiada, Rapaport kemudian meminta Lacey mengirimkan drone berisikan strip transdermal yang baru ke tempatnya berada.

Singkat cerita, Kim Jong-un muncul di depan kamar mereka, dan memperkenalkan diri kepada Skylark, dan Rapaport. Skylark lalu menghabiskan waktu bersama Kim dengan bermain bola basket, berpesta, dan menikmati perjalanan di tank tempur pribadi miliknya.

Kim menjelaskan kepada Skylark bahwa dia disalahpahami sebagai diktator yang kejam, dan pemimpin yang gagal. Sejak saat itu keduanya pun berteman.

Saat makan malam, Koh mengalami kejang karena keracunan strip tersebut, dan ia secara tidak sengaja menembak Yu sebelum meninggal. Keesokan paginya, Skylark merasa bersalah, dan membuang salah satu strip, lalu berupaya menggagalkan rencana Rapaport untuk meracuni Kim dengan strip kedua.

Skylark kemudian menyaksikan sisi jahat Kim saat dia mengancam perang melawan Korea Selatan, dan setiap orang yang mencoba merongrong kepemimpinannya.

Skylark lalu pergi menikmati jalanan Korea Utara di malam hari. Ia kemudian terkejut karena semua toko kelontong, yang menjual bahan makanan, adalah palsu dan hanya kamuflase saja. Skylark menyadari bahwa Kim telah berbohong kepadanya.

Menimbulkan Polemik yang Kontroversial

Menimbulkan Polemik yang Kontroversial

The Interview menjadi salah satu film yang cukup kontroversial dalam menggambarkan sosok Kim Jong-un, dan kehidupan di Korea Utara (Korut). Pada awalnya, naskah film komedi politik ini bakal mengisahkan Kim Jong-il sebagai target pembunuhan.

Namun, setelah kematian Jong-il di tahun 2011, Rogen dan Goldberg mengganti premis cerita dengan menyoroti Jong-un sebagai tokoh utamanya. Film ini hadir lewat genre komedi politik penuh dengan satir, dimana sindiran cukup telak terarah kepada Kim Jong-un, Korea Utara, bahkan Amerika Serikat sendiri.

Upaya Goldberg dan Rogen dalam membuat sindiran politik di film ini memang cukup liar, dan sedikit imajinatif. Konsep satir tersebut dikemas layaknya film-film komedi politik Amerika, namun berimbas cukup berbahaya karena sempat memancing emosi dari Korut.

Pada Juni 2014, pemerintah Korea Utara mengancam akan menindak Amerika Serikat jika Sony Pictures masih bersikukuh mendistribusikan film ini. Akibatnya, Sony menunda perilisannya dari Oktober hingga Desember, dan mereka dilaporkan mengedit ulang The Interview agar tidak terlalu menyinggung Korut.

Bukan hanya itu saja, pada November 2014, sistem komputer Sony diretas oleh "Guardians of Peace", sebuah kelompok yang diklaim FBI memiliki hubungan dengan Korea Utara. Kelompok tersebut juga mengancam akan melakukan serangan teroris terhadap bioskop yang memutar film The Interview.

Karena hal itu juga, sebagian jaringan bioskop ternama memilih untuk tidak menayangkan film ini. Untuk mensiasati hal tersebut, Sony merilis The Interview dalam format digital online pada tanggal 25 Desember 2014, diikuti dengan rilis terbatas di bioskop tertentu pada hari berikutnya.

James Franco dan Seth Rogen Menyelamatkan Film ini

James Franco dan Seth Rogen Menyelamatkan Film ini

Karena film ini cukup kontroversial, tentunya banyak orang yang penasaran untuk menonton film ini. Lalu, apakah The Interview menjadi film komedi yang buruk, dan mengecewakan? Jawabannya adalah tidak juga.

Film ini memang seperti terlalu mengada-mengada memperlihatkan kondisi buruk Korea Utara yang dikemas sedemikian rupa, namun untuk sebagai sebuah tontonan, The Interview masih tetap menghibur, meskipun bukan menjadi yang terbaik.

Apalagi, duet Rogen dan Franco menyelamatkan film ini sehingga masih layak dinikmati dari awal hingga akhir. Keduanya jelas menjadi ujung tombak ke dalam jalan ceritanya, termasuk sosok Kim Jong-un, yang diperankan oleh Randall Park.

Lalu, ada juga Lizzy Caplan (Agen Lacey), dan Diana Bang (Sook-yin Park), yang sama-sama menjadi bumbu pelengkap untuk membuat The Interview penuh dengan komedi satir.

Baik Rogen maupun Franco, keduanya memiliki chemistry luar biasa dalam memancarkan keceriaan di semua film yang dibintangi keduanya, termasuk film The Interview ini.

Keduanya tampaknya selalu terus mengubah kepribadian masing-masing hanya untuk membuat film yang mereka buat terlihat lucu, dan konyol, hingga karakter yang diperankan terlihat bodoh.

James Franco bisa dikatakan termasuk aktor besar Hollywood, yang memiliki ciri khasnya sendiri dalam setiap peran yang dimainkannya. Di film ini, ia terlihat menjadi sosok pria flamboyan, sangat eksentrik, dan cukup unik sebagai seorang jurnalis televisi.

Sementara itu, Set Rogen, yang berperan menjadi Aaron Rapaport, adalah duet kompak bersama dengan Franco seperti apa yang terjadi di film This Is the End (2013).

Mencoba Memahami Karakter Kim Jong-un

Mencoba Memahami Karakter Kim Jong-un

Seperti yang sudah disebutkan di atas, sosok Supreme Leader Korea Utara ini diperankan oleh aktor pemeran agen Jimmy Woo di serial WandaVision, Randall Park.

Lewat kemampuan aktingnya, dan arahan dari Rogen, kita yang menonton film ini secara tidak langsung diajak untuk memahami Kim Jong-un sebagai seorang pribadi yang manusiawi.

Apa yang diperlihatkan film ini terhadap Jong-un mungkin terbilang fiktif, karena sesungguhnya kita pun masih belum mengetahui sikap asli sebenarnya dari sang diktator Korut tersebut.

Lewat berbagai media mainstream, kita mengenal sekilas bahwa dirinya adalah sosok yang stereotip, dimana ia selalu digambarkan sebagai orang yang kejam, otoriter, sekaligus cukup dibenci di seluruh dunia.

The Interview pada akhirnya tidak terlalu mengolok-olok pemimpin Korut ini secara masif, dan berlebihan. Randall Park cukup baik dalam memerankan sosok Jong-un, dan ia masih tetap memberikan aura kewibawaan Kim Jong-un sebagai sosok pemimpin Korut yang disegani.

Selain itu, The Interview juga berusaha menjelaskan alasan dibalik segala tindakan keji dan kesewenang-wenangan Jong-un, yang selalu dilakukan di negaranya sendiri.

Terlepas dari hal itu, The Interview sebenarnya lebih layak dibilang sebagai sebuah tontonan yang mencoba memperlihatkan kegelisahan akan kekuasaan rezim Kim Jong-un di Korea Utara, bahkan di dunia.

Segala polemik kontroversi di dalam film ini nyatanya lebih menarik dibandingkan dengan kelucuan yang ada di dalamnya. Singkat kata, The Interview pun berakhir menjadi sebuah film komedi politik, yang tidak sia-sia, dan sangat amat menghibur untuk dinikmati.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram