showpoiler-logo

Sinopsis & Review Susah Sinyal, Kisah Antara Ibu dan Anak

Ditulis oleh Suci Maharani R
Susah Sinyal
3.1
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Berbeda dengan kebanyakan film komedi lainnya, Susah Sinyal (2017) tidak hanya memberikan tontonan yang lucu tapi memiliki arti mendalam. Seperti judulnya, Susah Sinyal (2017) film ini menceritakan bagaimana kehidupan anak dan ibu jika tidak memiliki hubungan yang baik. Hal ini dirasakan oleh Adinia Wirasti yang tidak bisa dekat dengan putri semata wayangnya Aurora Ribero.

Sepeninggalan ibunya, Adinia Wirasti tahu bahwa ia dan putrinya tidak pernah bersama-sama. Alhasil ia merencanakan berlibur ke Sumba untuk memperbaiki hubungan mereka agar lebih baik lagi. Disutradarai oleh Ernest Prakasa, Film ini berhasil mendapatkan rating 7.1/10 di IMDb dan dua juta penonton dalam tiga pekan.  

Baca juga: 10 Karakter Penting di Film Susah Sinyal (2017)

Sinopsis

Sinopsis

Kiara adalah anak yang sangat riang, gadis ini bahkan memiliki banyak followers baik di Instagram maupun YouTube. Kiara tumbuh besar bersama nenek dan ibunya, hanya saja gadis ini lebih dekat dengan sang nenek. Mulai dari kebutuhan sekolah, sarapan, makan malam, menemani les, semuanya di temani oleh neneknya.

Lalu dimana orang tua Kiara? Sayangnya gadis ini hanya memiliki seorang ibu saja, sedangkan ayahnya tidak diketahui keberadaanya. Mungki orang-orang akan menyangka hubungan Kiara dan ibunya sangat dekat, karena mereka tinggal bersama. Nyatanya hubungan ibu dan anak ini sangat renggang, Kiara selalu saja menjauhi ibunya.

Ellen memang berbeda dari kebanyakan ibu pada umumnya, wanita ini selalu saja sibuk dengan pekerjaanya. Menjadi single parent memang tidak mudah, terkadang Ellen menyesali keputusannya menikah muda yang berakibat perceraian. Situasi tidak terduga muncul ketika Kiara harus kehilangan nenek yang paling disayanginya untuk selama-lamanya.

Kini tinggal Ellen dan Kiara yang berusaha untuk hidup berdampingan, namun mereka sadar ada tembok pembatas di antara mereka. Ellen pun bingung bagaimana caranya untuk mendekati sang putri, apalagi caranya mendidik berbeda dengan mendiang ibunya. Ellen tidak setuju jika Kiara ikut kontes menyanyi dan aktif di medsos, sementara ibunya sangat mendukung talenta putrinya itu.

Hingga Ellen memutuskan untuk mengajak Kiara berlibur, akhirnya ibu dan anak ini pergi ke Sumba. Negeri seribu bukit itu memang memberikan udara segar bagi keduanya, pasalnya disana benar-benar berbeda dengan jakarta. Salah satu yang cukup menyulitkan, karena mereka tidak memiliki internet dan listrik hanya menyala selama 12 jam dari sore hingga pagi.

Selama di sumba baik Ellen dan Kiara mulai belajar untuk saling memahami satu sama lain. Memang tidak mudah, pasalnya Ellen selalu saja menganggap Kiara sebagai anak kecil. Di sisi lain, Kiara hanya ingin tahu siapa ayah dan ingin ibunya tidak memandangnya sebagai anak kecil lagi. Dari sinilah Ellen dan Kiara mulai saling terbuka, tapi apakah liburan ini bisa membuat hubungan mereka lebih baik?

Film yang Sangat Ringan, Namun Penuh Arti

Film yang Sangat Ringan, Namun Penuh Arti

Setelah sekian lama mengurangi minat pada film dalam negeri, akhirnya saya menemukan satu film yang menarik perhatian. Film ini berjudul Susah Sinya (2017) yang dibintangi oleh salah satu artis favorit saya yaitu Adinia Wirasti. Setelah saya menontonnya, jujur saja saya menyukai kesederhanaan dari film ini namun memiliki makna yang mendalam.

Pada awalnya saya pikir mungkin Adinia Wirasti telah menurunkan egonya untuk menerima film komedi. Apalagi sutradara untuk film ini adalah Ernest Prakasa, yang awalnya saya kenal sebagai salah satu komika dan aktor nasional. Pasalnya sempat kepikiran, mungkin film ini tidak akan jauh dari film komedi pada umumnya.

Awalnya saya melihat “oh ini adalah film bergenre family-comedy”, karena di buka dengan kehidupan Aurora Ribero. Sehingga minat saya di awal menonton film ini sangat-sangat minim, namun lama kelamaan saya melihat sisi lain dari film ini. Yaitu premis cerita yang diangkat ternyata sangat lekat dengan judul yang di ambil, yaitu Susah Sinya (2017).

Pasalnya hubungan ibu dan anak yang ditunjukkan memang seperti sinyal internet yang gangguan. Premisnya sangat sederhana dan klasik, film dengan premis seperti ini sudah banyak sekali. Namun Susah Sinyal (2017) memiliki caranya sendiri, jadi pesannya tersampaikan dengan cara yang berbeda. Saya pikir cara ini bisa membuat anak muda memahami pentingnya hubungan antara ibu dan anak.

Ellen dan Perjuangan Para Single Mother di Kota Besar

Ellen dan Perjuangan Para Single Mother di Kota Besar

Susah Sinyal (2017) mungkin bukanlah film terbaik yang pernah digarap oleh Ernest Prakasa. Tapi film ini memiliki arti yang mungkin sudah banyak dilupakan oleh para orang tua dan anak di jaman sekarang. Bonding antara ibu dan anak yang hidup di perkotaan, terkadang menjadi hal yang disepelekan. Bahkan sebagai perempuan saya juga sempat tersindir melihat realita yang ada di film ini.

Tidak bisa di pungkiri bahwa sekarang ini adalah zamannya dimana perempuan bisa setara dengan para pria. Banyak wanita di luar sana yang memiliki karir dan posisi yang baik, bahkan bisa mengalahkan para pria di luar sana. Namun hal yang sering dilupakan, untuk mendapatkan sebuah keberhasilan terkadang kita harus merelakan hal lainnya.

Seperti dialog yang diucapkan Asri Welas “waktu” adalah hal paling penting dalam hidup ini. Saya paham bagaimana sulitnya hidup Adinia Wirasti sebagai Ellen, seorang single mother dengan satu anak. Wanita ini mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa menafkahi putrinya, lalu melampiaskan rasa sedih dan kesepiannya dengan bekerja.

Tapi segala sesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik, alhasil Ellen harus kehilangan waktu bersama putrinya yang bernama Kiara. Bahkan bisa dikatakan Ellen telah melewati banyak waktu tumbuh kembang putrinya, karena ia sangat fokus dengan pekerjaannya sebagai seorang lawyer. Tak ayal hal ini membuat hubungan ibu dan anak semakin renggang, apalagi di usia putrinya yang mulai dewasa.

Jujur saya kagum dengan gambaran karakter Ellen yang diperankan oleh Adinia Wirasti. Benar-benar tipe wanita yang berusaha survive, mengalami kegagalan di usia muda yang membekas di hatinya. Alhasil pikiran Ellen selalu saja buruk dan memandan segala hal dari sisi logis atau tidak. Inilah yang membuat Ellen sulit terikat secara emosional dengan putrinya, karena yang dibutuhkan hanya kasih sayang.

Kutipan Singkat Soal Menikah Muda yang Menjadi Trauma

Kutipan Singkat Soal Menikah Muda yang Menjadi Trauma

Tak hanya soal hubungan ibu dan anak yang seperti sinyal internet, kadang ngadat kadang lancar. Ada hal lain yang menjadi daya tarik yang membuat film ini bisa terasa dekat dengan penontonnya. Hal ini adalah mengenai background kehidupan masa muda Ellen, yang gagal dalam berumah tangga. Dalam salah satu scene, Ellen menceritakan pernikahannya kepada sang putri saat berada di Sumba.

Ellen mengisahkan langkah yang dirasanya salah, ketika ia memutuskan untuk menikah muda demi memenuhi keinginan ayahnya. Harus diakui posisinya sulit, pasalnya ayahnya saat itu sedang dalam keadaan sakit keras dan menginginkan melihat putrinya menikah. Namun pernikahan yang disangkanya akan membuatnya bahagia, malah berakhir dengan perceraian yang menyakitkan.

Inilah yang membuat Ellen terkadang sangat sini untuk melihat para pria, dalam pikirannya “semua pria itu sama-sama brengsek”. Ini bukan karena saya tidak setuju dengan menikah muda, tapi saya ingin mengatakan bahwa pernikahan bukan jalan keluar dari masalah. Memang ada kemungkinan menikah muda menjadi awal dari kehidupan bahagia, tapi ada kemungkinan juga berakhir buruk.

Ellen menunjukkan bahwa hidup itu seperti “berjudi”, pasalnya segala sesuatunya kadang tidak bisa terkontrol dan sesuai rencana. Alhasil Ellen mengambil langkah ekstrim, wanita ini memutuskan untuk menjauh dari para pria dan mencari kepuasan dan pelampiasan rasa kesepian dengan bekerja. Tapi saya kagum dengan Ellen, karena ia berusaha memperbaiki diri dan kehidupannya bersama sang putri.

Inilah review saya setelah menonton film Susah Sinyal (2017) yang disutradarai oleh Ernest Prakasa. Meski terkesan ringan, saya menyukai bagaimana Ernest berusaha menunjukkan realita yang ada akan kehidupan single parent di kota besar. Kalau review kamu soal film ini bagaimana? Jangan lupa bagikan pendapat kamu di kolom komentar di bawah ini.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram