bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Soni (2018), Drama Kepolisian India

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Soni
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika melawan tindak kriminal terhadap wanita di New Delhi, seorang polisi wanita temperamental dan atasannya, yang juga seorang wanita, kalem dan bijaksana, berjuang dengan isu gender dalam kehidupan mereka masing-masing. Itulah serpihan kenyataan yang coba dipaparkan dalam film Soni [2018], sebuah original film dari Netflix.

Sebuah drama kriminal karya Ivan Ayr ini adalah peraih Oxfam Award untuk kategori Best Film on Gender Equality pada Mumbai Film Festival 2018. Mengandalkan kedekatan dengan kedua tokoh utamanya, film produksi India ini mencoba mengungkit sisi realita dalam kehidupan polisi wanita di salah satu kota besar di India, New Delhi.

Sinopsis

Review Film Soni (2018)

Soni (Geetika Vidya Ohlan) adalah seorang polisi wanita yang hidup sendiri di Delhi setelah bercerai. Dia berteman dengan atasannya, Kalpana Ummat (Saloni Batra), yang suaminya, Sandeep (Mohit Chauhan), juga seorang polisi berpangkat tinggi di kepolisian New Delhi. Mantan suami Soni, Naveen (Vikas Shukla), sering mengunjunginya dan mencoba untuk rujuk kembali tapi Soni mengabaikannya.

Suatu hari ketika sedang bertugas, Soni memukul seorang preman yang mencoba untuk melakukan kekerasan padanya. Kalpana memperingatkan Soni agar bisa mengatur sifat temperamentalnya dan melakukan tindakan tanpa berpikir terlebih dahulu, serta menyatakan kekhawatiran akan keselamatannya.

Sehari kemudian di sebuah pos pemeriksaan di jalan raya, Soni lagi-lagi terlibat sebuah insiden kekerasan ketika dia menampar seorang tentara yang membawa kendaraan dalam keadaan mabuk dan bersikap tidak senonoh padanya. Kepolisian mendisiplinkan Soni karena kejadian itu. Kalpana mencoba membujuk Sandeep dan para atasannya agar memikirkan ulang keputusan ini.

Tetapi Soni sudah dipindahkan ke control room sebagai operator yang menerima laporan dari masyarakat dan kasusnya sedang ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian. Beberapa hari kemudian, Soni kembali ke kesatuannya atas permintaan Kalpana. Keduanya makan di restoran sambal menunggu tugas berikutnya. Soni kembali terlibat sebuah insiden kekerasan.

Kali ini dia bertengkar dengan sekelompok pemuda yang menggunakan narkoba di toilet wanita. Soni berniat baik karena dia ingin membantu seorang anak kecil yang ingin masuk ke toilet tapi tidak bisa karena dikunci dari dalam oleh ketiga pemuda yang ternyata salah satu di antaranya adalah anak pejabat pemerintah.

Setelah kejadian itu, Sandeep menyalahkan Kalpana. Ketiga pemuda itu segera dibebaskan, sedangkan Soni awalnya mengajukan pengunduran diri, tapi atas kewenangan Kalpana, dia hanya dipindahkan kembali ke control room.

Berdasarkan Realita yang Terjadi di Kepolisian Delhi

Berdasarkan Realita yang Terjadi di Kepolisian Delhi

Sutradara Ivan Ayr tergerak hatinya untuk membesut film Soni setelah membaca berita tentang kasus pemerkosaan dan tindak kekerasan terhadap seorang wanita di New Delhi yang terjadi pada tahun 2012 silam. Kasus ini kemudian tersebar secara global dan mendorong pemerintah India untuk membuat undang-undang perlindungan wanita dari kasus seperti ini.

Setelah melakukan riset, ternyata di kepolisian New Delhi, jumlah polisi wanitanya terbanyak dibandingkan di satuan kepolisian di daerah lain di India. Ayr kemudian melakukan beberapa sesi wawancara untuk mendalami sisi psikologis para polisi wanita ini dalam menanggapi kasus kekerasan seksual yang terjadi pada kaum wanita di kotanya bertugas itu.

Pra-produksi film dimulai pada tahun 2016 dan Ayr sendiri yang menyusun naskahnya dibantu oleh gurunya, Lisa Rosenberg, untuk mendapatkan sudut pandang wanita dalam kisah ini. Agar lebih dekat dengan tugas keseharian polisi wanita, Ayr meminta izin dari kepolisian New Delhi untuk ikut dalam beberapa tugas mereka dalam menangani berbagai kasus di jalanan New Delhi.

Kehadiran Para Artis Baru

Kehadiran Para Artis Baru

Setelah naskah selesai dibuat pada 2017, maka dimulailah proses casting untuk mendapatkan para pemeran bagi berbagai karakter dalam film ini. Dimulai dari sosok Soni, Ohlyan diminta oleh tim casting untuk mengirimkan video aktingnya setelah mereka mendapat rekomendasi dari rekan senior Ohlyan di Delhi University.

Sementara pemeran Kalpana juga adalah orang yang belum pernah berkecimpung dalam dunia seni peran. Sebelumnya dia berkutat di dunia fashion sebagai seorang perancang aksesoris. Tetapi setelah membaca naskahnya, dia sangat tertarik untuk ikut serta dalam proyek ini karena sangat terkesan dengan kedalaman karakter wanita yang ditulis oleh seorang pria.

Seluruh pemeran dalam film ini melakukan workshop bersama untuk memantapkan karakter masing-masing. Karakter Soni dan Kalpana sangat berbanding terbalik, meski keduanya memiliki kekuatan tersendiri. Jika Soni kuat secara fisik, maka Kalpana lebih kuat secara mental. Hasil workshop ini bisa dilihat lewat berbagai adegan yang sangat menguras emosi mereka.

Produksi Berjalan dengan Bujet yang Kecil

Produksi Berjalan dengan Bujet yang Kecil

Dalam proses produksinya, Ayr terinspirasi oleh Jafar Panahi ketika membuat film Offside [2006] dimana hanya dengan bujet yang sedikit, dia bisa memaksimalkan kemampuannya dalam menghasilkan film yang berkualitas. Dalam proyek ini, Ayr berperan sebagai penulis naskah, sutradara dan editor. Dan juga untuk para pemeran lainnya, Ayr hanya menggunakan jasa aktor part-time.

Kamera yang digunakan juga hanya handheld camera yang kebanyakan adegannya diambil dengan teknik single take dengan penggunaan cahaya yang natural saja. Menurut Ayr sendiri, hal ini untuk mendapatkan nuansa yang otentik supaya bisa dekat dengan penonton sehingga mereka bisa mudah untuk merasakan dan memahami apa yang disuguhkan di layar.

Sukses di Berbagai Festival

Sukses di Berbagai Festival

Pertama kali ditayangkan di Venice International Film Festival, Soni mendapatkan standing ovation. Lalu berlanjut ke BFI London Film Festival. Atas kesuksesan penayangannya, maka tidak heran jika berbagai penghargaan pun mulai berdatangan. Sutradara Ivan Ayr sendiri meraih Facebook Award untuk kategori Best ‘Work-in-Progress’ Project.

Salah satu penghargaan bergengsi yang berhasil diraih, selain Oxfam Award yang sudah disebutkan di awal, Soni juga meraih Best Film di Pingyao International Film Festival dan membawa pulang hadiah uang sebesar $20,000 yang setengahnya digunakan untuk proyek Ayr berikutnya, dan setengahnya lagi diberikan kepada distributor film di China.

Setelah tayang secara terbatas di United Kingdom pada Oktober 2018, film ini kemudian tayang di layar Netflix sejak 18 Januari 2019. Pemerintah India pun merespon positif atas film ini dan memilihnya sebagai salah satu film untuk disertakan di Film Bazaar 2017. Soni menjadi original film Netflix terbaik dari India hingga saat ini.

Tenang tapi Menghanyutkan

Tenang tapi Menghanyutkan

Soni akan menguji kesabaran dan intelijensia kita saat menyimaknya. Bagaimana tidak, ritme film ini cenderung datar dan tidak ada klimaks yang disuguhkan pada bagian akhirnya, meski banyak konflik yang mengemuka sepanjang film, tetapi ditutup dengan kepasrahan terhadap sistem bobrok kepolisian dan pemerintahan yang berlaku.

Penggunaan single take dengan kamera handheld juga membuat kita seolah-olah berada di dekat kedua tokoh utamanya, baik dalam bertugas sebagai polisi, atau sebagai warga negara biasa, dan juga sebagai seorang manusia yang memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Karena hidup itu tidak ada yang sempurna, setiap orang berperang dengan musuhnya masing-masing.

Pesan moral yang disuguhkan pun bisa diserap dengan baik, dimana latar belakang kisah ini semakin tergali lewat cerita yang sangat membumi dan kerap kali terjadi di kota-kota besar, terutama di India. Kita pun bisa memahami maknanya tanpa harus diceramahi. Kesunyian film ini sangat menghanyutkan. Buktikan dengan menontonnya di layar Netflix sekarang juga!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram