bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis Silence (2016), Film Sunyi yang Mendalam

Ditulis oleh Aditya Putra
Silence
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Memeluk agama atau sebuah kepercayaan tertentu adalah hak asasi setiap manusia. Nggak ada otoritas yang boleh melarangnya. Agama atau kepercayaan merupakan wilayah privat seseorang yang nggak bisa disentuh. Ia meliputi cara beribadah, prinsip hidup, cara berperlilaku, sampai berinteraksi secara sosial.

Film Silence menceritakan tentang upaya penyebaran agama yang terganjal oleh kebijakan pemerintah. Dengan berlatar abad ke-17, pemerintah merasa agama merupakan salah satu alat bagi bangsa dari benua Eropa untuk perlahan-lahan menguasai negaranya. Mau tahu ceritanya lebih dalam? Mari simak review dan sinopsis film Silence di bawah ini.

Sinopsis

Silence

Cristovao Ferreira merupakan seorang misionaris Katolik veteran asal Portugal yang sedang menyebarkan ajaran agamanya ke wilayah Asia. Jepang merupakan tujuannya. Di tengah perjuangannya, dia harus melihat realita mengerikan. Orang-orang Jepang yang sudah dia konversikan agamanya harus disiksa oleh otoritas setempat.

Berita tentang Ferreira sampai di telinga Alessandro Valignano, seorang misionaris Katolik di Macau. Bukan hanya berita tentang temannya itu dan orang-orang beragama Katolik yang mendapat penyiksaan, tapi juga berita lebih mencengangkan. Ferreira disebut-sebut sudah menyatakan keluar dari agamanya demi bisa tetap hidup.

Merasa nggak percaya tentang berita Ferreira, dua murid Valignano yaitu Sebastiao Rodrigues dan Fransisco Garupe meminta izin untuk pergi mencari Ferreira. Permintaan itu disetujui dan mereka berangkat. Dengan bantuan Kichijiro, seorang nelayan asal Jepang, mereka berhasil masuk ke Jepang dan dia bersedia membantu mereka selama tinggal di sana.

Rodrigues, Garupe dan Kichijiro sampai di sebuah desa bernama Tomogi. Ternyata di desa itu banyak penduduk yang beragama Katolik. Hanya saja mereka harus melakukan ritual keagamaan secara diam-diam karena diawasi oleh pemerintah. Garupe dan Rodrigues mulai merasa ketakutan dan mengesampingkan niatnya.

Sinopsis

Mereka berpura-pura mengurus para petani di desa karena persekusi aparat. Aparat akhirnya berhasil menemukan keberadaan Rodrigues dan Garupe yang bersembunyi. Mereka berdua kemudian dipisahkan. Garupe ke Pulau Hirado sementara Rodrigues ke Pulau Goto, tempat terakhir Ferreira memberi kabar. Sayangnya sudah banyak kerusakan di pulau itu.

Rodrigues nggak menyerah begitu saja. Dia terus mengembara di Goto. Perlahan-lahan dia mulai merasa frustasi. Pertemuannya kembali dengan Kichijiro justru berakhir dengan buruk. Kichijiro mengkhianatinya dan menyerahkan Rodrigues pada aparat. Rodrigues diancam kalau dia nggak keluar dari keyakinannya, maka setiap orang Katolik yang tertangkap akan dibuat menderita.

Rodrigues kemudian dibawa ke Nagasaki dan dimasukkan ke penjara bersama penganut Katolik lainnya. Dia diberi tahu bahwa keberadaan Katolik di Jepang adalah sebuah bentuk penghinaan. Dia meminta kesempatan untuk bisa membela diri tapi nggak dikabulkan. Di penjara, dia bertemu lagi dengan Kichijiro. Kichijiro terpaksa mengkhianati Rodrigues karena ingin selamat.

Kichijiro mengaku pada Rodrigues bahwa dia adalah penganut Katolik. Kemudian dia meminta pengakuan dosa yang dikabulkan oleh Rodrigues. Nggak lama setelah itu, dia dibebaskan dari penjara setelah setuju untuk melangkahkan satu kakinya ke atas lempengan simbol Katolik. Rodrigues kemudian dibawa ke daerah pantai. Katanya, dia akan dipertemukan dengan seseorang.

Sesampainya di pantai, Garupe datang dengan dikawal oleh aparat. Dia diberi pilihan untuk mengaku keluar dari keyakinannya. Dia menolak permintaan itu dan mencoba melarikan diri dengan berenang bersama empat orang lain. Kejadian itu membuatnya frustasi karena hanya tinggal dia sendiri yang harus berjuang sementara aparat terus menawannya.

Pertemuan dengan Ferreira akhirnya terjadi. Perbincangan keduanya dimulai dan Ferreira mengaku bahwa dia keluar dari keyakinannya karena disiksa. Dia menambahkan bahwa keberadaan Katolik di Jepang merupakan kesia-siaan.

Di sisi lain, Rodrigues sudah ditawari untuk menginjakkan kakinya ke simbol Katolik supaya bisa dibiarkan hidup. Kalau nggak, maka penganut Katolik lain akan disiksa. Pilihan mana yang akan diambil? Film ini nggak bisa dikatakan ringan, butuh fokus yang cukup supaya bisa memetik pesan di dalamnya.

Adaptasi dari Novel

Adaptasi dari Novel

Silence merupakan film yang mengadaptasi sebuah novel dengan judul yang sama karya Shusaku Endo yang rilis tahun 1966. Scorsese menunjukkan ketertarikannya untuk mengadaptasi cerita menjadi film. Dia sudah lama mempunyai keinginan untuk membuat film tentang sosok relijius yang mengalami pergolakan dalam batinnya.

Sebelumnya dia sudah pernah membuat Kundun dan The Last Temptation of Christ yang kontroversial. Scorsese pertama kali membaca Silence pada tahun 1989. Dia menjadikan proyek film ini sebagai passion. Setahun kemudian dia mulai mencari-cari formula untuk mengadaptasinya menjadi film.

Menurutnya, kesulitan terberatnya adalah mengemas sisi spiritual dari ceritanya. Perjuangannya itu berbuah hasil, walau harus melalui proses yang panjang. Adaptasi buku Silence sempat dibuat menjadi film pada tahun 1971 dengan sutradara Masahiro Shinoda.

Kemunculan Silence karya Scorsese bukan merupakan remake dari terdahulunya. Penggunaan sinematografi yang cemerlang seakan-akan ingin membuat karyanya berdiri sendiri. Nggak heran kalau film ini masuk nominasi Academy Award untuk Best Cinematography.

Mengambil Konflik dari Kisah Nyata

Mengambil Konflik dari Kisah Nyata

Cerita dalam novel maupun film Silence mengambil dari kisah nyata. Di pertengahan abad ke-17, Jepang menjadi tempat penyebaran Katolik. Tepatnya di tahun 1637-1638 di Jepang banyak terjadi persekusi bagi para penduduk yang berpindah keyakinan ke Katolik. Mereka disebut para pemberontak dengan istilah Shimabara Rebellion.

Di film ini kita bisa melihat kenyataan pahit di masa lalu. Orang-orang yang berpindah agama menjadi Katolik ditekan bahkan ditangkap. Apalagi para misionaris, yang dianggap sebagai biang tersebarnya agama tersebut di Jepang. Langkah tersebut diambil pemerintah sebagai pencegahan budaya Eropa yang dapat menggerus budaya asli negerinya.

Tanpa Diiringi Musik

Tanpa Diiringi Musik

Film-film buatan Scorsese mempunyai ciri khas dengan adanya adegan-adegan yang dibarengi dengan musik. Nggak tanggung-tanggung nama pengisi musiknya pun bukan nama sembarangan. Dari mulai Howlin’ Wolf, The Rolling Stones, The Clash sampai George Harrison pernah menjadi musik pengiring adegan di film karya Scorsese.

Di film Silence nggak ada musik yang mengiringi. Mungkin Scorsese ingin judul filmnya Silence bisa diterjemahkan secara harfiah. Adegan-adegan dibuat sunyi, dialog dibuat panjang serta tempo yang cenderung pelan memaksa kita fokus pada cerita. Tapi nggak usah khawatir, dialog yang diucapkan terdengar puitis dan dalam sampai-sampai bisa membuat kita ikut berpikir.

Penampilan Apik Para Pemain

Penampilan Apik Para Pemain

Kesuksesan film ditentukan dengan eksekusi ceritanya serta penampilan para pemainnya. Kedua variabel itu harus saling melengkapi. Silence menyajikan cerita yang berat tapi bisa dikemas dengan megah. Penampilan para pemainnya pun sangat apik. Liam Neeson sebagai Ferreira, Adam Driver sebagai Garupe dan Andrew Garfield sebagai Rodrrigues.

Neeson tampil apik di akhir film dengan dialognya bersama Garfield. Nada bicara dan ekspresinya bisa menunjukkan perjuangan seseorang yang dirasakan sia-sia. Bahkan dia mempertanyakan keberadaan tuhan yang sedang dia perjuangkan tapi malah membuat banyak orang menderita.

Adam Driver sebagai Garupe nggak kalah memukau. Walau dibanding Neeson dan Garfield, perannya termasuk yang paling sedikit tapi dia memegang peranan penting. Sebagai misionaris muda, dia menunjukkan kenaifan dan semangat yang membara. Bahkan dia nggak menunjukkan ketakutan ketika diasingkan ke Hirado yang pasti akan langsung diteror oleh aparat.

Garfield menjadi yang paling memukau di antara yang lain. Menjadi misionaris muda yang berangkat dengan penuh kepercayaan untuk menemukan Ferreira. Adegan paling ikonik adalah ketika dia berpikir keras apakah akan menjadi martir atau mengalah demi kepentingan yang lebih besar. Ya, pilihannya antara dia yang mutadi atau penganut Katolik yang lain disiksa.

Scorsese biasanya membuat film tentang seorang figur yang bisa memberi hiburan sekaligus pesan dari tindakan jahatnya. Di film Silence, dia seperti ingin membuat kita berpikir sejauh apa kita akan mempertahankan keyakinan kita. Tertarik nonton? Setelah nonton, bagikan juga pesan yang kamu dapat dari film ini di kolom komentar ya, teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram