bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Sabar Dulu Dong!, DKI Jadi Pekerja Hotel

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Sabar Dulu Dong!
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Winny mengajak Dono, Kasino, Indro dan Anita untuk mengurus villa atau hotel milik ayahnya. Hotel yang tampak berantakan tak terurus itu berubah cantik dan tertata. Satu per satu tamu mulai berdatangan. Dari bule asal Perancis yang bisa bahasa Madura hingga bapak-bapak yang mencurigakan karena memasukkan wanita ke dalam kamar.

Kehebohan di tempat kerja bertambah ketika Kasino tanpa sengaja menambahkan racun tikus pada daging ham di resto hotel mereka. Apakah daging ham itu dapat membuat hidup seseorang dalam bahaya? Bagaimana Kasino, Indro dan Dono menyelamatkannya? Simak sinopsis dan ulasan Sabar Dulu Dong! (1989) di bawah ini untuk petunjuk selanjutnya!

Sinopsis

  • Tahun Rilis: Mei 1989
  • Genre: Comedy
  • Produksi: Soraya Intercine Films (Distributor)
  • Sutradara: Ida Farida
  • Pemeran: Wahyu Sardono, Kasino Hadiwibowo, Indrojoyo Kusumonegoro, Eva Arnaz

Winny (Eva Arnaz) datang menemui kekasihnya, Indro, tapi alih-alih disambut baik, Winny malah dicemburui karena tak sengaja berada di gendongan Kasino dan Dono secara bergantian. Winny ngambek dan memutuskan pulang padahal sebelumnya dia ingin mengajak Indro ke Puncak.

Namun, Anita (Anna Shirley) berhasil menahannya. Winny kemudian bercerita ayahnya habis dapat warisan salah satu villa di puncak. Kebetulan para penjaga villa tersebut sedang cuti. Winny berniat mengisi liburan dengan mengelola tempat itu sambil berlibur bersama Indro, Dono, Kasino dan Anita. Rencana itu disambut baik oleh mereka, kecuali Indro yang masih berpura-pura marah.

Cerit berlanjut ketika mereka semua akhirnya sampai ke villa milik keluarga Winny. Semua kaget karena villa yang dimaksud lebih mirip kandang drakula daripada tempat tinggal manusia. Villa tersebut sangat berantakan dan bobrok. Winny mengatakan justru kedatangan mereka adalah untuk bantu membereskannya.

Dalam keadaan menahan takut, mereka dikagetkan dengan kedatangan Pak Komar (Pak Tile). Winny lalu mengenalkan teman-temannya pada Pak Komar yang langsung menawarkan untuk mengantar mereka. Beberapa waktu kemudian villa sudah dalam keadaan yang jauh lebih bersih dan rapi. Mereka terlihat masih disibukkan dengan berbagai pekerjaan seperti mengecat dan memindahkan barang-barang.

Setelah semuanya beres, villa mulai siap beroperasi. Hari itu tamu pertama pun datang. Dia adalah seorang wanita asing asal Perancis yang lancar berbahasa Madura. Melihat bule di depannya lancar berbahasa Madura, Indro sebagai receptionist bengong. Tak berapa lama dia kembali fokus ke pekerjaannya melayani tamu.

Indro bukan hanya bekerja tapi juga coba merayu dan mengakali wanita bule itu. Melihat hal tersebut Winny geram. Tanpa mengetahui tamunya bisa bahasa Indonesia, Winny mengatakan hal buruk tentangnya. Kekasih Indro itu menyebut dia sebagai bule dekil. Sang tamu tentu tak terima tapi dia juga tak begitu mempermasalahkannya.

Merangkap sebagai room boy, Indro lalu mengantarkan tamunya ke kamar. Dia mengecek semua termasuk air di kamar mandi. Winny yang ternyata mengikuti dari belakang kembali memergoki tingkah cabul Indro yang kali ini tak disengaja. Kekasih Indro tersebut merajuk lalu pergi. Merasa perlu meluruskan, Indro menyusul tapi Winny terlanjur marah dan menyebutnya playboy cap kecoa.

Setelah marah-marah, Winny merasa dirinya keterlaluan dan mudah sekali cemburu belakangan ini. Dia pun berencana minta maaf dan ingin memberikan kekasihnya tersebut kejutan. Sedetik kemudian secara kebetulan Winny melihat Pak Komar membawa sebuah kue tart pesanan tamu. Winny langsung mengambilnya dan meminta Pak Komar mengambil kue lain sebagai gantinya.

Indro lalu kembali ke kamar tamu bulenya. Lagi-lagi sebuah kejadian membuat Winny salah paham. Tanpa sungkan dia langsung melempar Indro menggunakan kue yang dibawanya tadi. Cerita berlanjut saat Indro kedatangan tamu lain. Kali ini seorang bapak-bapak yang terdengar banyak bertanya mengenai fasilitas hotel.

Dono yang ada di sana lalu mengingatkan bahwa hotel mereka melarang tamunya membawa wanita . selain istri. Tamu tersebut memahaminya dan langsung menuju kamar 211. Esok harinya Dono terlihat mengintai kamar tamu bapak itu. Pasalnya Dono melihat seorang wanita di dalam kamar.

Wanita itu menyadari bahwa ada seseorang yang memerhatikanya dari kejauhan. Dia lalu memanggil bapak-bapak tamu hotel tadi. Wanita tersebut risih karena Dono memerhatikannya terus dari tadi. Sang tamu tampak membuat rencana untuk mengerjai Dono. Seketika keduanya bertingkah mesra; membuat Dono semakin curiga.

Dono bergegas lari ke meja receptionist dan mengatakan kecurigaannya pada Indro. Dia bercerita melihat seorang wanita di kamar 211, padahal tamu itu check in sendiri, tidak membawa siapa pun. Dono punya rencana untuk diam-diam menguping mereka dari kamar di sebelahnya. Belum sempat menemukan petunjuk apa pun, tamu pemilik kamar datang dan mengusir Dono.

Dono lalu pakai cara lain, dia pura-pura mengantar es jeruk pesanan tamu tersebut. Sayang gelasnya pecah tanpa sempat diminum. Agar tidak ketahuan sedang mengintai, Dono berpura-pura memarahi Kasino yang tak tahu apa-apa. Sayang, usahanya kembali gagal dan membuat sang tamu senang karena berhasil mengerjai Dono.

Di luar Dono diomeli Kasino karena tadi tanpa sebab marah-marah padanya. Dono lalu menjelaskan bahwa tingkahnya barusan karena dia sedang mengintai tamu yang mencurigakan. Masih penasaran, Dono punya rencana lain. Dia masuk ke dalam kamar dengan dalih mengantar es jeruk pesanan. Di sana Dono celingak-celinguk mencari wanita yang dia curigai tapi nihil.

Dono melanjutkan pekerjaannya dan menerima pesanan dari tamu lain. Tamu tersebut meminta Dono menyiapkan sup ayam tanpa garam untuk makan malam sang istri. Pasalnya istri tamu tersebut punya darah tinggi, Dono pun menyanggupinya. Dono tampaknya belum mau menyerah. Pada malam harinya dia meminta bantuan Kasino dan Indro untuk ikut menyelidiki tamu yang dia intai. Berhasilkah Dono menangkap basah keduanya?

Ketika Dono, Kasino dan Indro Jadi Pekerja Hotel

Beberapa film Warkop DKI yang hits, kerap tidak menampilkan pekerjaan Dono, Kasino dan Indro. Mereka hanya digambarkan sebagai tiga pria dewasa lontang-lantung yang menyukai gadis cantik dan selalu dikelilingi oleh mereka. Setuju? Kali ini, dalam film berjudul Sabar Dulu Dong! (1989), ketiganya punya pekerjaan!

Dono, Kasino dan Indro bekerja sebagai pekerja hotel/pekerja villa milik keluarga Winny yang semula tak terurus dan terlihat angker. Alurnya rapi walau dari segi kelogisan cerita tetap banyak yang tak masuk akal di sana-sini. Di menit-menit awal, sedikit bumbu misteri ditambahkan, terutama ketika mereka baru datang ke villa milik keluarga Winny yang tak terurus.

Dari yang semula sangat kacau, villa akhirnya dapat rapi dan mulai menerima tamu. Di sinilah tugas Dono, Kasino dan Indro dimulai. Interaksi dengan para tamu yang bermacam-macam jadi plot utama yang diandalkan untuk membuat penonton tertawa. Banyak kekonyolan, salah paham dibungkus komedi slapstick yang khas sekali ada di tiap film Warkop DKI.

Selipan Dark Comedy

Selipan Dark Comedy_

Pada film yang berdurasi hanya sekitar 1 jam 17 menit ini, kamu akan menemukan selipan dark comedy dalam ceritanya, terutama ketika film akan menjelang usai. Bagi para penyuka komedi-komedi gelap terutama komedi tentang kematian, selipan tersebut dapat dirasa menghibur, tapi bagi yang tidak, scene itu terasa mengkhawatirkan.

Bagaimana tidak mengkhawatirkan karena Dono, Kasino dan Indro berusaha menyembunyikan mayat tamu hotel dengan berbagai cara. Mereka menggotong tubuh sang tamu ke sana ke mari dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Pada salah satu scene mereka bahkan memosisikan mayat dalam keadaan berdiri, seolah sedang ikut menyambut tamu. Bisa dibayangkan?

Film DKI Minim Humor Seksis

Disutradarai oleh Ida Farida, Sabar Dulu Dong! (1989) terhitung minim mempertontonkan humor-humor seksis yang biasanya sangat kuat tersaji dalam setiap film DKI. Fokus cerita di film ini tidak melulu berputar di sekitar wanita dan wanita melainkan lebih bervariasi. Walau tidak hilang sama sekali, humor-humor bernada melecehkan, baik secara eksplisit atau implisit tergolong sedikit.

Bertambah menarik karena Sabar Dulu Dong! (1989) punya sinematografi yang lumayan cantik. Apalagi setting hotel yang dibangun juga sangat meyakinkan. Warna-warna cerah dan furniture dari tahun 1980-an mempercantik setiap gambar yang diambil oleh kamera.

Secara keseluruhan Sabar Dulu Dong! (1989) punya alur yang lebih rapi dibandingkan film DKI lainnya seperti Masuk Kena Keluar Kena (1992) atau Pencet Sana Pencet Sini 1994). Dua fragmen cerita yang dipisahkan oleh scene tari-tarian, masih berasal dari konflik yang sama. Terlihat sekali kalau film ini dikonsep dengan lumayan apik. Penasaran? Tonton segera di Netflix ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram