bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Romantis Pretty Woman (1990)

Ditulis oleh Gerryaldo
Pretty Woman
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dari banyak sekali film Julia Roberts, film Pretty Woman ini yang paling saya suka. Apalagi lawan mainnya si Om ganteng Richard Gere membuat chemistry mereka berdua dapat sekali; sehingga durasi film selama 2 jam ini terasa sangat sebentar. Cerita yang diangkat pun menarik dan tidak membosankan.

Film ini juga menjadi film dengan pendapatan keuntungan super banyak di tahun 1990 untuk film ber-genre romansa komedi! Padahal, pihak produksi hanya menggelontorkan modal sebesar $14 juta, namun setelah tayang di bioskop, keuntungannya meledak sampai $ 463.4 juta! Berpuluh-puluh kali lipatnya!

Sinopsis

Pretty Woman_Poster (Copy)

Edward Lewis (Richard Gere) merupakan seorang miliuner dari New York. Suatu waktu, Edward harus menetap di California untuk urusan bisnis; saat hendak pulang dari sebuah acara, Edward mengalami kesulitan dalam mengendarai mobil sport milik rekannya. Mobilnya tersendat-sendat sehingga harus berhenti di pinggir sebuah jalan raya yang penuh dengan para pekerja prostitusi.

Saat kebingungan, datanglah seorang wanita pekerja prostitusi bernama Vivian (Julie Roberts). Edward lantas minta bantuan untuk menunjukan arah tempat Hotel tempat ia menginap. Vivian akhirnya membantu Edward, ia mengendarai mobil tersebut sampai ke depan Hotel. Saat akan kembali ke tempatnya, Edward meminta Vivian untuk menemaninya.

Edward merasa Vivian berbeda dengan para pekerja prostitusi lainnya. Vivian menurut apa yang Edward katakan. Niat awal yang mulanya hanya mengantar Edward menjadi panjang. Vivan juga nyaman dengan Edward. Menurut Vivian, Edward juga sopan, sangat sopan malah.

Ini membuat Vivian menjadi canggung. Biasanya kalau sudah dibayar, Vivian pasti langsung ‘bekerja’, namun Edward malah membiarkannya bersenang-senang di kamar mewahnya.

Merasa dirinya harus melakukan sesuatu, akhirnya Vivan pun melayani apa yang Edward mau. Mereka berdua akhirnya melewati malam yang panjang; sampai keesokan paginya, Vivian yang sedang mandi lantas diminta Edward untuk terus menemaninya seminggu penuh.

Bukan sebagai escort saja, melainkan sebagai teman Edward kemanapun dan dimanapun. Ia dibayar mahal untuk itu dan Vivian senang sekali. Edward bahkan meminta Vivian untuk dandan dan memberi uang sangat banyak untuk membeli baju.

Malang, Vivian yang berpenampilan nyentrik malah ditolak di toko manapun. Tempat belanja baju dekat Hotel dimana Vivian dan Edward menginap mengira Vivian iseng dan tidak mampu membayar.

Saat kembali ke hotel, Vivian pun ditahan oleh pihak hotel karena berusaha masuk ke kamar Edward; membuat segalanya jadi runyam. Vivan sakit hati dan bingung, ia menangis berusaha menjelaskan semuanya pada manager hotel, Barnard Thompson (Hector Elizondo).

Setelah panjang lebar, masalah pun selesai. Kini semua orang di hotel mulai memperhatikan Vivian yang dikenal sebagai ‘keponakan’ tamu istimewa Hotel tersebut yakni  Edward. Vivian yang ramah cepat dikenal dan banyak yang ingin membantunya. Edward pun sampai dibuat pangling, karena Vivian berhasil dirombak habis-habisan menjadi wanita elegan.

Mengetahui Edward memiliki perempuan, teman pengacara Edward kepo dan menanyakan siapa Vivian. Edward yang belum bisa menjelaskan siapa Vivian dan juga cemburu karena melihat Vivian berbicara dengan pria lain lantas mengatakan bahwa Vivian hanya escort yang ia sewa.

Mendengar hal tersebut membuat Vivian malu. Vivian marah dan merasa direndahkan. Meski memang Vivian adalah escort, tapi omongan Edward sangat tidak enak.

Vivian dan Edward sempat bertengkar lantas kembali baik; Edward menjelaskan bahwa dirinya cemburu kalau Vivian dekat-dekat dengan pria lain selain dirinya. Kini Vivian yang tercengang bagaimana bisa Edward cemburu padanya. Bahkan Edward menghajar teman pengacara yang kepo itu akibat menyentuh Vivian. Intinya Edward sudah jatuh hati pada Vivian.

Vivian pun tidak buta. Vivian tahu Edward menyukainya dan begitupun sebaliknya. Vivian suka pada Edward bukan karena hartanya; melainkan sifatnya yang baik, melindungi dan sayang pada Vivian. Namun keduanya tidak bisa bersama, Vivian punya mimpinya sendiri sedangkan Edward juga pria super sibuk. Baik Edward dan Vivian sedih namun terus berusaha.

1 minggu berlalu, tugas Vivian sebagai escort sudah selesai. Edward yang merasa kehilangan, meminta Vivian terus menemaninya lagi namun bukan sebagai pekerja, melainkan sebagai Vivian. Sayang, dirinya tidak bisa menyanggupi permintaan Edward. Vivian khawatir semakin lama di sana, Vivian jadi tidak bisa move on dari  Edward yang sebentar lagi akan pulang ke New York.

Namun bukan Edward namanya kalau tidak nekat. Barnard sang manajer hotel memberitahu dimana Vivian berada setelah sebelumnya diantar oleh supir hotel. Mendengar hal tersebut, Edward lantas menyusul Vivian yang sudah bersiap akan pergi untuk mengejar mimpinya dengan bersekolah di luar kota.

Edward yang takut ketinggian naik ke apartemen Vivian tanpa peduli rasa takutnya tersebut. Ia meminta Vivian untuk menjadi putri dan Edward sebagai pangerannya; sama seperti mimpi Vivian sewaktu kecil yang pernah Vivian ceritakan pada Edward. Cerita pun berakhir bahagia. Mereka akhirnya bersama.

Karakter Vivian Ward

Pretty Woman_Vivian Ward (Copy)

Entah kenapa saya suka sekali dengan karakter Vivian dalam film ini. Meski dia merupakan pekerja prostitusi, ia tetap menjaga harga dirinya. I know, it confusing but, saat Vivian disebut escort oleh Edward, Vivian super marah karena secara tidak langsung Edward merendahkan dirinya di depan banyak orang.

Unik bukan? Padahal seharusnya Vivian tidak keberatan disebut escort mengingat itu memang pekerjaannya selama bersama Edward. Lantas Edward bisa merubah karakter Vivian dengan sekejap mata.

Vivian jadi lebih kalem dan berkelas! Bahkan ketika ia pulang ke tempatnya setelah selesai ‘tugas’, ia bahkan menggunakan uang hasil bekerja dengan Edward untuk melanjutkan sekolah dan memulai kehidupan baru yang lebih baik. Way to go Edward!

Cerita Manis

Pretty Woman_Scene (Copy)

Jalan cerita dalam film Pretty Woman ini cukup manis. Tidak berat seperti film-film romantis lainnya yang kadang malah bikin saya sebagai penontonnya jadi cringe sendiri melihat adegan-adegan yang terlalu berlebihan. Mulai dari awal film, semuanya berjalan mulus dan bikin saya tersenyum. Tidak banyak cerita yang melompat terlalu jauh. Semuanya pas.

Apalagi saat Edward terperangah melihat Vivian jadi wanita anggun. Saat adegan ini muncul, saya yakin itu titik dimana Edward mulai terpesona dengan kecantikan Vivian yang sebenarnya.

Cerita manis lainnya adalah saat Vivian menghabiskan waktu bersama Edward untuk menonton opera bersama, dan itu menjadi kali pertama untuk Vivian menonton opera. Edward senang sekali bisa melihat Vivian sesenang itu, senyumnya tidak pernah pudar. 

Big Hit Soundtrack

Pretty Woman_Soundtrack (Copy)

Tidak hanya menjadi film romantis komedi sepanjang masa, film ini juga membuat lagu ‘Oh, Pretty Woman’ yang dinyanyikan oleh Roy Orbinson menjadi hit lagi setelah perilisannya di musim gugur tahun 1964. Lagu yang ditulis oleh Roy sendiri dan rekannya Bill Dees selalu berhasil menduduki top chart bahkan sampai setelah Roy Orbinson meninggal di tahun 1988.

Berkat film ini juga, lagu ‘Oh, Pretty Woman’ terus menerus diputar dan menjadi soundtrack terfavorit. Liriknya yang mudah diingat dengan melodi yang catchy membuat semua orang yang mendengar lagu tersebut pasti akan langsung teringat film yang sedang kita bahas kali ini. 

Buat kalian nih generasi Z yang belum sempat menonton film ini, coba deh nonton filmnya! Dijamin kesengsem sendiri. Untuk rating, film ini mendapatkan 7/10 dari IMDb, Nilai A dari CinemaScore dan 64% dari Rotten Tomatoes. Sedangkan dari Bacaterus sendiri film ini mendapatkan rating 3.7/5! Apakah kalian setuju?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram