bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Kom-Rom Operation Wedding

Ditulis oleh Syuri K.N.
Operation Wedding
2.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

"Operation Wedding" adalah film Indonesia dengan genre drama dan komedi romantis, yang berbau militer sedikiiiit, karena dua karakternya ada yang purnawirawan Angkatan Laut. Disutradarai oleh Monty Tiwa, ia menggaet bintang-bintang ternama seperti Yuki Kato, Bucek Depp, Adipati Dolken, Kimberly Ryder, Dahlia Poland, Sylvia Fully, Nino Fernandez, Christ Laurent, dan Junior Liem.

Menceritakan tentang Laksamana Angkatan Laut yang bernama Kardi. Ia memiliki empat anak perempuan dengan urutan dari yang tertua ke muda: Tara, Lira, Vera, dan Windi. Ia mendidik semua putrinya dengan gaya militer dan dijaga ketat sampai tidak bisa ke mana-mana, hanya kuliah-pulang atau kerja-pulang. Suatu hari, anak bungsu sekaligus tambayong-nya Pak Kardi (iya, Windi) kedapatan sedang didekati seorang pria bernama Rendi.

Namun, Windi tidak boleh pacaran dengan alasan masih terlalu kecil. Rendi yang nekat pun mengatakan kalau tidak boleh pacaran, ya sudah, kita menikah saja. Namun, tentu saja hubungan mereka berdua tidak semulus itu saudara-saudara.

Sinopsis

*

Seorang Laksamana Angkatan Laut Kardi (Bucek Depp) adalah single parent yang memiliki empat gadis cantik, ialah Tara (Sylvia Fully), Lira (Kimberly Ryder), Vera (Dahlia Poland), dan Windi (Yuki Kato) putri bungsu sekaligus putri favoritnya karena istrinya meninggal saat melahirkan Windi.

Hal itu membuat Tara sebagai si sulung merasa marah dan cemburu pada Windi. Ia sering menghasut adik-adiknya untuk ikut menyingkirkan Windi, seperti mengirimkan Windi melalui paket ke panti asuhan (tapi langsung ketahuan ayahnya). Karena itu, Laksamana Kardi memutuskan untuk pensiun dini dan fokus mengurus keempat putrinya.

Merupakan angkatan laut, Laksamana Kardi memiliki cara unik—ala militer—untuk menjaga kesehatan seluruh keluarganya, seperti rutin mengetes kekuatan menahan nafas dalam air. Windi selalu menjadi yang paling kuat untuk itu, melebihi tiga kakak perempuannya.

Begitu pula setiap Hari Kemerdekaan, Kardi selalu mengajak anak-anaknya untuk melakukan permainan ala 17-an tapi dengan bumbu-bumbu 'militer' , dan tentu saja Windi yang selalu menjadi pemenangnya karena ia pantang menyerah.

Windi juga satu-satunya anak Laksamana Kardi yang suka ikut nonton bola bersama ayahnya, tim favorit mereka adalah Liverpool. Sambil menonton, ayahnya kadang menyelipkan peraturan militer, seperti "Perintah itu untuk dilaksanakan, bukan untuk didebat.".

Sepuluh tahun pun terlewati, tapi Laksamana Kardi masih mendidik anak-anak gadis mereka dengan gaya militer. Sekarang semua anaknya telah dewasa, bahkan si bungsu sudah duduk di bangku kuliah. Di kampus, Windi bertemu lagi dengan Rendi (Adipati Dolken) yang merupakan first/hate love-nya (waktu SD mereka suka berantem, namun semenjak kena pukul Windi, sikap Rendi berubah drastis seperti yang menyukainya, cinta monyet).

Rendi yang telah dewasa ternyata masih menyukai Windi dan mengajaknya berkencan. Namun, setiap kali nge-date, pasti ayah dan tiga kakaknya ikut juga. Walaupun selalu diganggu, benih-benih cinta tetap tumbuh di hati Windi dan Rendi. Laksamana Kardi pun terus meneror Rendi karena belum siap anak kesayangannya dekat dengan laki-laki.

Namun, walau ayahnya Rendi anak ajudan Laksamana Kardi, ia nggak ada basic militer sama sekali (dia calon dokter). Tapi, ia tetap nekat, katanya "Kalau nggak boleh pacaran, maka saya akan ajak Windi nikah", kurang lebih seperti itu. Kardi pun membuat persetujuan, Windi boleh menikah, jika tiga kakak perempuannya menikah terlebih dahulu.

Windi pun meminta bantuan Lira dan Vera untuk membujuk pacar masing-masing (dan juga pacar kakak tertua mereka) agar segera melamar. Mereka adalah Feri (Nino Fernandez), pacarnya Tara. Lalu Beni (Christ Laurent), pacarnya Lira. Dan Herman (Junior Liem), pacarnya Vera.

Namun, Tara ternyata keburu hamil duluan tapi Feri tidak mau bertanggung jawab karena belum siap menjadi ayah. Ketika ditanya siapa ayahnya, tiba-tiba muncul Rendi yang sedang mengendap-endap di kediaman mereka untuk bertemu Windi. Laksamana Kardi pun menyangka Rendi adalah ayah dari bayi Tara dan memerintahkan mereka untuk segera menikah. Lalu, bagaimana nasib Windi dan Feri, juga Lira dan Vera?

Single Dad yang (Over) Protektif pada 4 Putrinya

Sampai keempat anaknya dewasa, Laksamana Kardi masih mengantar jemput mereka semua dalam satu mobil bersama-sama setiap harinya. Itu salah satu contoh betapa over protective-nya Pak Kardi.

Beberapa anak nya ada yang sudah backstreet berhubungan dengan pria, barulah Windi yang mau mulai PDKT dengan Rendi. Sebenarnya alasan Kardi melarang pria manapun mendekati anak-anaknya karena takut akan 'bahaya' yang bisa menimpa putri-putrinya.

Satu Persatu Putri Bertemu Jodohnya

Namanya juga orang, kalau dikekang makin berani, kan? (Walaupun di belakang). Begitu pula dengan keempat putri Laksamana Kardi. Ternyata diam-diam semua kakak Windi sudah punya pacar, tapi backstreet tentu saja dari ayah mereka.

Sedangkan Windi satu-satunya anak yang mengatakan akan hangout dengan lelaki, yaitu Rendi, teman masa lalunya. Karenanya, Kardi mengajak serta semua anak-anaknya untuk makan bareng dengan Windi dan Rendi.

Namun, karena tak mendapat persetujuan sang ayah, akhirnya Windi ikut-ikutan semua kakaknya, yaitu berpacaran diam-diam. Tapi, Rendi tidak suka bersembunyi terus untuk pacaran, jadinya dia memberanikan diri untuk melamar Windi.

Tentu saja Pak Kardi menyemprotnya, sudah belum punya pekerjaan, belum lulus kuliah juga, berani-beraninya meminang anak kesayangannya. Kardi pun membuat perjanjian dengan Windi, kalau dia boleh menikah asal kakak-kakaknya menikah lebih dulu secara berurutan dari yang tertua dan Windi jadi yang terakhir.

Cara Unik Sang Ayah untuk Mengetes Calon Mantunya

Laksamana Kardi akhirnya mengizinkan Windi untuk menikah, asalkan ketiga kakaknya menikah terlebih dahulu. Windi, Lira, Vera, dan Tara pun berkomplot (tapi Tara nggak terlalu ikut campur, sih, dia tahu jadi aja) untuk membuat pacar-pacar mereka melamar juga. Ada yang mau, ada yang enggan, tapi akhirnya semua berani masuk ke kediaman Laksamana Kardi dan menerima tantangannya.

Ya, Kardi memberikan tes pada keempat pria calon menantunya untuk memecahkan rekor tahan napas di dalam airnya Windi (dia kan paling kuat, tuh). Pada akhirnya semua calon mantu pak Kardi nggak ada yang kuat, kecuali Rendi yang masih bertahan.

Tapi, Windi tiba-tiba membantunya dengan membawa selang oksigen ikan kokinya, yang membuat Windi kecapean dan terbaring lemas. Setelah melihat bahwa anak-anaknya saling mencintai, akhirnya sang ayah pun menerima semua lamaran keempat pria tersebut.

Cerita yang Klise, Tapi Cukup Fun

Jalan cerita dan naskah film ini, tidak seru. Konsepnya, sih, oke. Ada seorang single dad, mantan TNI, over protective, terus keempat anak gadisnya berjuang meraih persetujuan sang ayah buat diizinkan menikah. Tapi, cara Raymond Lee, Chairul Rijal, dan Vernawati Yunidar sebagai penanggung jawab cerita dan naskah, saya rasa kurang bisa mengembangkannya dengan baik. Terlalu terburu-buru, klise, cheesy, dan cringe.

Bahkan ada beberapa yang kayaknya tidak mungkin, seperti Laksamana Kadir yang terkesan ceroboh karena selalu mendahulukan emosinya, padahal sebagai mantan komandan seharusnya dia tidak begitu, dong?

Terus, menurut saya, penokohan Vera yang dimainkan Dahlia Poland, dan Herman yang diperankan oleh Junior Liem, adalah yang paling bertele-tele. Kenapa keduanya harus sama-sama gagap? Untuk komedi? Saya pikir hanya satu orang saja yang gagap sudah cukup. Terus, sudah gagap, Herman juga sekaligus yang paling pengecut dan suicidal. Terlalu berlebihan bikin karakternyaaaa!!

Lalu, Rendi dan Windi yang baru saja bertemu lagi di kampus, setelah terpisah sejak SD, tiba-tiba mantap untuk menikah seakan cinta mereka begitu kuat. Padahal, kalau di dunia nyatanya, itu tidak masuk akal nggak, sih?

Kayak, selama ini nggak pernah hubungan apa-apa, tiba-tiba ketemu gede, terus suka lagi ya wajar. Tapi, kalau sampai menikah dan mengaku soulmate blablabla, itu agak terlalu dipaksakan. Kecuali temanya film religi dan mereka ta'aruf, itu bolehlah.

Jaraknya cuma hitungan hari, loh, cerita ini tuh sampai mereka mau kawin lari tadinya, lebay banget, kan? Jadi, saya pikir wajar kalau ayah mereka tidak setuju. Selain Windi baru masuk kuliah, Rendi yang belum lulus kuliah, ya kalau saya jadi orang tuanya juga pasti bilang "Nanti lagi, deh..".

Saya juga kesal dengan karakter Tara. Sebagai kakak tertua, dendamnya pada Windi sudah tidak pantas lagi, secara mereka sudah dewasa. Sampai akhirnya Rendi yang terpaksa harus bertanggung jawab atas kehamilan Tara karena kesalahpahaman, tapi Tara tidak peduli dan malah meminta pada Windi untuk membiarkannya bahagia 'kali ini'.

Itu egois banget, sumpah. Terus, memangnya Tara suka sama Rendi? Kan tidak juga, dia hanya ingin ada ayah saat nanti dia melahirkan. Walaupun film "Operation Wedding" ini disutradarai oleh director kawakan sekelas Monty Tiwa, dimeriahkan pula oleh wajah-wajah aktor dan aktris yang familiar, dalam artian mereka semua terkenal, dan tentunya sangat good looking. Saya rasa masih banyak sisi yang kurang dari film ini.

Terutama dalam jalan cerita dan naskahnya yang masih bisa dikembangkan lagi. Beberapa adegan sangat mudah ditebak dan penokohan para karakternya terlalu klise, kayak biasa banget kita temukan di FTV dan pasti akhirnya begitu (bahagia). Lagu sama sound effect lainnya juga kurang, kayaknya film ini tidak membuat terlalu banyak OST kali, ya? Soalnya yang saya ingat hanya lagu yang dinyanyikan Yuki Kato saja.

Saya pikir saya tidak akan rewatch film ini dengan kemauan sendiri, kecuali misalnya ditayangkan di televisi dan keluarga di rumah ingin menontonnya.. Saya pun terpaksa ikut nonton lagi. Kalau menurut kamu, film "Operation Wedding" ini bagaimana? Apakah seru atau mengecewakan? Share di bawah, yuk!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram