bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis Once Upon A Time In Hollywood (2019)

Ditulis oleh Aditya Putra
Once Upon A Time In Hollywood
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Apa yang terlintas di pikiran ketika kata Hollywood disebutkan? Banyak orang akan menjawab bahwa daerah yang berada di Negara Bagian California, Amerika Serikat itu sebagai simbol bisnis hiburan terbesar di dunia khususnya dalam industri perfilman. Nggak mengherankan kalau orang-orang punya keyakinan bahwa Hollywood hanya untuk orang-orang terpilih.

Salah seorang sutradara yang namanya sudah dikenal di Hollywood adalah Quentin Tarantino. Sutradara asal Knoxville, Tenesse ini pernah berseloroh bahwa sepanjang karirnya hanya akan menelurkan 10 film saja. Entah benar atau nggak, tapi di tahun 2019 lalu, karya terbarunya sekaligus filmnya yang ke-9 berjudul Once Upon A Time in Hollywood baru saja dirilis.

Sebagai seorang sutradara, Tarantino dikenal dengan beberapa ciri dalam filmnya. Di antaranya banyak memuat unsur ketegangan, dialog yang panjang dan kompleks serta banyaknya adegan kekerasan atau tembak-menembak. Apakah Once Upon A Time In Hollywood memiliki semua kriteria tersebut? Yuk kita bahas lebih lanjut.

Sinopsis

Review Once Upon A Time In Hollywood

Rick Dalton adalah seorang aktor kawakan yang sepanjang tahun 50-an membintangi serial televisi terkenal berjudul Bounty Law. Banyaknya adegan action membuat dia harus digantikan oleh stuntman bernama Cliff Booth dalam pengambilan gambar adegan-adegan berbahaya. Seringnya bertemu di set membuat mereka bersahabat.

Dalton butuh orang yang mendampinginya bepergian karena SIM-nya dicabut sedangkan Booth kesulitan mendapat pekerjaan sebagai stuntman karena ada rumor dia membunuh istrinya. Di tahun 1969, Dalton mulai khawatir karirnya memudar sebagai aktor. Dia bertemu dengan Marvin Schwarz, seorang agen yang menawarinya untuk bermain di film Spaghetti Western di Italia.

Merasa bahwa film jenis tersebut di bawah levelnya, Rick nggak langsung menerima tawaran tersebut. Mendapat tawaran itu justru membuatnya semakin galau memikirkan tentang karirnya. Dalton yang tinggal di kawasan elit Hollywood, menemukan bahwa ada tetangga baru yang tinggal di samping rumahnya.

Once Upon A Time In Hollywood

Ternyata tetangganya itu bukan orang sembarangan, dia produser film terkenal, Roman Polanski yang tinggal bersama sang istri, Sharon Tate, seorang aktris yang tengah naik daun. Dalton melihat sebuah peluang kalau dia bisa berteman dengan mereka dan mengembalikan karirnya ke puncak. Dalton mendapat kesempatan untuk tampil di pilot serial televisi berjudul Lancer.

Berbeda dengan Bounty Law, kali ini dia mendapat karakter antagonis. Ketika pengambilan gambar, dia kesulitan untuk melafalkan dialog dan meminta waktu untuk menyendiri sebelum kembali dan berhasil mengeluarkan kemampuan terbaiknya di depan kamera serta mendapatkan kepercayaan dirinya lagi.

Setelah mengantar Dalton ke set, Booth berkeliling menggunakan mobil di daerah Hollywood. Dia bertemu seorang gadis hippie bernama Pussycat. Pussycat mengajak Booth ikut ke tempat tinggalnya untuk bertemu dengan teman-temannya yang tinggal di sebuah peternakan. Merasa ada waktu luang sebelum menjemput Dalton, Booth mengiyakan ajakan tersebut.

Sesampainya di peternakan, Booth mengenali tempat tersebut karena pernah syuting di sana. Dia kemudian mencari pemilik peternakan yaitu George Spahn. Walau sempat dilarang oleh Pussycat dan teman-temannya, Booth bersikukuh menemui Spahn yang sudah tua dan hanya bisa terbaring di tempat tidur.

Setelah itu, Booth yang akan pergi menjemput Dalton menemukan ban mobilnya sudah disobek oleh orang-orang di peternakan dan perkelahian terjadi yang dimenangkan Booth dengan mudah. Karir Dalton kembali menanjak, bahkan dia menjadi bintang utama di film Spaghetti Western dan menghabiskan enam bulan di Italia.

Dia kemudian menikahi aktris Italia, Fransesca Cappuci. Keberadaan sang istri membuat Dalton mengakhiri kerja samanya dengan Booth. Sekembalinya ke Amerika, mereka berniat melaksanakan pesta perpisahan. Sayangnya, di malam yang sama anggota keluarga Manson sedang menargetkan rumah Polanski untuk membunuh penghuninya.

Dilarang Tayang di Cina

Dilarang Tayang di Cina

Film Once Upon A Time In Hollywood dirilis di hampir semua negara, kecuali Cina. Alasannya karena ada sebuah adegan ketika Booth mendapat pekerjaan untuk menjadi stuntman di serial televisi The Green Hornet. Dia mendapat arahan dari Bruce Lee sebagai pengarah koreografi untuk adegan laga. Cekcok nggak terhindarkan dan pertarungan antara mereka berdua pun terjadi.

Sesuatu yang menjadi persoalan adalah bagaimana di pertarungan antara Booth dan Lee itu, sosok Lee dibuat kalah. Di negeri Tirai Bambu, Lee merupakan sosok besar yang dihormati. Bahkan keluarga Lee sempat menyatakan keberatan pada adegan tersebut. Sempat ada wacana untuk memotong atau mengganti adegan itu, tapi Tarantino menolak.

Baca juga: Inilah Film Terbaik Brad Pitt yang Selalu Memesona

Chemistry antara Dalton dan Booth

Chemistry antara Dalton dan Booth

Dalton dan Booth menjadi sosok sentral di film ini. Keduanya memiliki kondisi yang bertolak belakang. Dalton hidup di kawasan elit Hollywood, sementara Booth tinggal di trailer sederhana bersama anjing kesayangannya. Dalton bahkan sempat berkata kalau Booth ingin lebih sukses, dia harus pindah agar punya banyak koneksi dengan orang-orang berpengaruh di Hollywood.

Chemistry antara Dalton dan Booth menjadi sajian utama dalam film. Kehadiran Booth bukan hanya menjadi orang yang membantu Dalton dalam kesehariannya, tapi juga menjadi teman yang hadir dan membantu saat dibutuhkan. Dialog keduanya mengalir dengan natural dengan disisipi candaan dan satir ala Tarantino.

Berbeda dengan Karya Tarantino yang Lain

Berbeda dengan Karya Tarantino yang Lain

Ketegangan dari dialog yang seperti nggak terarah, tembak-menembak atau pertarungan serta adegan kekerasan merupakan unsur yang disajikan dalam banyak film Tarantino. Di Once Upon A Time in Hollywood, nggak banyak adegan kekerasan atau ketegangan. Elemen yang banyak ditampilkan di film ini adalah keindahan Hollywood di akhir dekade 60-an.

Banyak yang merasa kecewa pada Once Upon A Time In Hollywood karena terasa datar untuk ukuran film Tarantino. Banyak juga yang memuji keberaniannya dan menganggap karyanya sebagai surat cinta untuk Hollywood dari yang pernah dia lihat di masa kecilnya. Hal itu semakin dibuat nyata dengan soundtrack yang dipenuhi musisi dari masa yang sama.

Ending yang Nggak Disangka-Sangka

Ending yang Nggak Disangka-Sangka

Memunculkan Sharon Tate di film sempat menjadi polemik karena cara meninggal aktris yang dibunuh ketika mengandung delapan bulan itu sangatlah tragis. Hal itu dianggap bisa memancing kenangan buruk. Begitu juga dengan keputusan Tarantino untuk menghadirkan Manson Family sebagai sosok yang bertanggung jawab atas kematian Tate.

Bukan Tarantino namanya kalau membuat sesuatu yang bisa diprediksi. Dia mempunyai cara lain untuk mengenang sosok Tate yang diperankan Margott Robbie. Ending yang menegangkan pada malam mengerikan saat Tate dibunuh, dibuat sedemikian rupa sampai penonton bisa merasakan bahwa film ini benar-benar karya Tarantino.

Mungkin kamu adalah penggemar sosok Quentin Tarantino, mungkin juga bukan, atau bahkan kamu belum pernah menonton satu pun film Tarantino. Siapa pun kamu, film ini bisa jadi salah satu film yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Dari Tarantino, untuk Hollywood, film ini terasa seperti surat cinta seorang anak untuk orang tuanya.

Bagi kalian yang menyukai pop culture di tahun 60-an dengan hippies dan kemegahan Hollywood, Once Upon A Time In Hollywood menjadi tontonan wajib. Belum lagi dengan kehadiran bintang-bintang besar lain seperti Al Pacino, Dakota Fanning, Emile Hirsch dan Damon Heriman. Setelah menonton, kamu bisa membagikan pendapatmu di kolom komentar ya teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram