bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Biografi Moneyball (2011)

Ditulis oleh Aditya Putra
Moneyball
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ada anggapan bahwa olahraga merupakan sebuah kegiatan fisik belaka. Berbagai metode yang digunakan dalam perkembangan olahraga baru dalam dua dekade terakhir memperlihatkan perubahan yang signifikan.

Perubahan itu berupa masuknya sains ke dalam dunia olahraga lewat data yang bisa diolah sehingga dapat berguna untuk melihat kemampuan atletnya.

Sains dan olahraga terdengar seperti dua bidang berbeda yang nggak bisa disatukan. Tapi anggapan itu dimentahkan setelah munculnya terobosan baru di dunia baseball lewat sebuah metode perhitungan yang terjadi di dunia nyata. Kalau mau tahu lebih lanjut, simak saja sinopsis dan review filmnya di sini!

Baca juga: Inilah 20 Film Terbaik Brad Pitt yang Selalu Memesona

Sinopsis

Sinopsis

Billy Beane adalah General Manager tim baseball Oakland Athletics. Billy sedang gusar karena timnya menderita kekalahan dari New York Yankees di American League Division Series 2011.

Masalah semakin rumit setelah pemain-pemain bintang timnya satu per satu hengkang. Dia pun harus memutar otak untuk membentuk tim di musim baru di tahun 2002.

Ketika sedang mengamati pemain Cleveland Indians, Beane bertemu dengan Peter Brand, seorang lulusan ekonomi dari Yale University dengan ide radikal.

Dia membuat metode perhitungan harga pemain berdasarkan statistik pemain ketika bertanding. Metode bernama sabermetrics itu akan menghitung performa pemain kemudian memprediksi harga transfer sang pemain.

Beane pun menguji ide Brand dengan menyuruh Brand menilai karir Beane ketika masih bermain. Sebagai pemain profesional, karir Beane nggak cemerlang-cemerlang amat.

Metode Brand membuatnya mengetahui keunggulan Beane padahal dia sama sekali nggak mengikuti baseball. Beane nggak punya pilihan lain terlebih tim asuhannya sedang mengalami masalah finansial.

Merasa tertarik dengan metode yang dijelaskan Brand, Beane langsung merekrutnya menjadi asisten GM. Para pencari bakat pemain nggak setuju dengan cara Beane merekrut pemain.

Beane langsung mengambil tindakan dengan memecat kepala pencari bakat pemain, Grady Fusion yang menilai Beane sedang menghancurkan Oakland Athletics.

Bukan hanya para pencari bakat yang mempertanyakan keputusan Beane, pelatih Oakland Athletics, Art Howe, pun bertindak sama.

Beane dan Howe pun berdebat sampai Howe memutuskan untuk memilih pemain yang tampil dengan caranya yang tradisional. Padahal, Beane sudah mendapat masukan dari Brand untuk pemain-pemain tertentu yang tampil.

Awal musim dimulai, Oakland Athletics bermain jauh dari harapan. Brand menyatakan bahwa sampel yang ada terlalu kecil untuk menyimpulkan metodenya nggak berfungsi.

Beane harus meyakinkan pemilik Oakland Athletics, Stephen Schott, untuk tetap menggunakan metode baru itu. Bahkan Beane mengambil langkah berani dengan menukar dua pemain intinya dengan pemain yang dianggap medioker.

Keputusan berani Beane bukannya tanpa alasan. Brand menjelaskan secara mendetail pemain-pemain mana saja yang bisa dilepas serta siapa saja penggantinya.

Dengan mendatangkan pemain yang kompeten untuk memenangkan pertandingan, Oakland Athletics akan selamat secara finansial. Di sisi lain, prestasi yang dituju pun masih bisa tercapai.

Howe mau nggak mau harus memainkan pemain yang ada termasuk pemain-pemain yang direkrut Beane atas saran Brand. Tiga pekan kemudian, posisi Oakland mulai menanjak.

Beane kembali mengambil keputusan berani dengan melepas satu pemain kunci di hari terakhir transfer. Hal itu nggak mengganggu performa timnya yang menang 19 kali secara berturut-turut.

Beane punya ritual nggak mau menonton langsung pertandingan baseball. Anaknya, Casey, mengajak Beane menonton pertandingan. Kebetulan pertandingan akan jadi penentu.

Apabila dimenangkan Oakland Athletics, mereka akan memecahkan rekor sebagai tim pertama yang berhasil menang 20 kali berturut-turut.

Di sisi lain Beane menyatakan bahwa sabermetrics penemuan Brand hanya akan disebut berhasil apabila timnya memenangkan World Series. Akankah mimpi itu terwujud?

Cerita Dikemas dengan Ringan

Cerita Dikemas dengan Ringan

Membayangkan bagaimana sains bisa masuk ke dunia olahraga mungkin akan terdengar berat. Tapi hal itu nggak berlaku dalam film Moneyball. Tema yang berat itu bisa dikemas lewat cerita yang ringan.

Peter Brand yang diperankan oleh Jonah Hill menjelaskan sabermetrics dengan bahasa yang mudah dimengerti bahkan untuk yang nggak memahami baseball sekalipun.

Bukan hanya pengemasan sabermetrics yang dibuat mudah dimengerti tapi cara Beane menerapkannya pada timnya pun dibuat sesederhana mungkin tanpa kehilangan substansinya.

Adegan perdebatan Beane dengan para pencari bakat serta Howe pun cukup mewakili keinginan Beane untuk menerapkan metode baru pada timnya. Keunggulan film besutan Bennett Miller itu dipertahankan sampai akhir.

Cerita mengenai underdog yang dicintai orang-orang pun diambil dalam film ini. Oakland Athletics kala itu tengah mengalami masalah finansial, bahkan sulit untuk bersaing dengan tim-tim papan atas.

Oleh karena itu, ada sebuah adegan yang menampilkan Beane menganggap kompetisi baseball itu merupakan unfair game.

Moneyball sepertinya bukan ingin mempertontonkan kisah inspiratif melainkan bagaimana perubahan signifikan pada olahraga, dalam hal ini baseball.

Pendalaman karakter utama yaitu Beane dan Brand pun nggak terlalu dalam tapi cukup membuat cerita terasa believable. Terlebih cerita di film ini berasal dari kisah nyata dalam buku berjudul Moneyball: The Art of Winning an Unfair Game karya Michael Lewis.

Minim Adegan Baseball

Minim Adegan Baseball

Bagi penikmat film bertemakan olahraga, mungkin Moneyball akan menjadi kekecewaan. Pasalnya, adegan yang menampilkan pertandingan baseball atau sesi latihan sangat minim jumlahnya. Adegan baseball hanya ditampilkan ketika momen-momen krusial.

Selebihnya kita akan disuguhi adegan-adegan bagaimana Beane berusaha mengubah timnya dengan cara visioner. Selain itu juga dilengkapi dengan keteguhannya terhadap metode yang dianggap nggak akan berhasil.

Film ini lebih menyoroti kehidupan Beane. Dia ditampilkan sebagai sosok mantan pemain yang biasa saja serta kesulitan mengangkat prestasi tim yang diasuhnya.

Secara sinematografi, film ini bisa menangkap rutinitas Beane sebagai GM. Adegan ketika dia berdebat dengan Brand, pencari bakat dan pelatih sampai ketika memberi tahu pemainnya akan dilepas ditampilkan dengan sangat baik.

Penampilan Prima Brad Pitt

Penampilan Prima Brad Pitt_

Brad Pitt tampil prima memerankan karakter Beane di Moneyball. Dia mungkin nggak mempertontonkan ekspresi atau penampilan luar biasa sebagaimana karakternya nggak mengharuskannya berlaku demikian.

Tapi caranya masuk ke dalam karakter sangat layak diapresiasi. Dia bisa tampak dingin tapi juga keras kepala di waktu yang lain.

Di film ini, Pitt bukan hanya harus memperlihatkan sosok yang punya idealisme tapi juga sosok manusia seutuhnya. Dia tertekan berkali-kali karena keputusannya nggak langsung membuahkan hasil, pun ketika tawaran dari tim lain datang.

Di sisi lain, kehidupannya sebagai seorang ayah sekaligus suami pun ditampilkan. Porsinya minim karena lebih fokus kepada kehidupannya sebagai GM.

Moneyball merupakan tipikal film biografi yang bergerak dalam tempo yang relatif sedang. Nggak akan ada adegan yang menguras emosi, tapi kita akan dibawa menyelami cara berpikir Beane dalam menerapkan metode baru pada timnya.

Durasi selama 133 menit nggak terasa lama dengan konflik sederhana dan solusi yang memuaskan. Apa yang menarik buatmu di film ini? Ayo ceritakan di kolom komentar, teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram