bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Léon The Professional (1994)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Léon: The Professional
4.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Léon tak pernah menyangka hidupnya sebagai pembunuh bayaran yang gesit dan profesional bisa berubah karena kehadiran seorang gadis cilik tetangganya. Gadis bernama Mathilda ini juga tak punya pilihan lain karena seluruh anggota keluarganya, termasuk sang adik yang paling dia cintai, tewas diberondong senjata.

Membawa dendam dan ketakutan, Mathilda mencari perlindungan pada Léon. Gadis kecil itu pun ingin berguru, meminta diajarkan caranya menjadi pembunuh hebat seperti Léon.

Lalu, akankah Léon mengabulkan permintaannya? Sinopsis dan ulasan Léon The Professional (1994) di bawah ini sedikit banyak akan memberimu petunjuk sebelum menontonnya secara langsung. Simak yuk!

Sinopsis

Sinopsis

Léon (Jean Reno) menerima tugas dari seorang pria paruh baya untuk mengatasi seorang pria bernama Jones yang tampaknya berkhianat. Tanpa buang waktu, sesuai hari yang diperintahkan Léon mendatangi hotel tempat Jones bersenang-senang.

Dikawal oleh beberapa anak buahnya yang bersenjata, Jones tetap tak berdaya. Satu per satu anak buahnya tewas dengan mudah di tangan Léon. Léon kembali ke kehidupannya, saat itulah dia bertemu, tepatnya disapa seorang gadis cilik yang sembunyi-sembunyi merokok dari pengawasan ayahnya.

Wajah gadis itu terlihat lebam tapi ketika Léon bertanya penyebabnya dia mengatakan terjatuh dari sepeda. Saat Léon berlalu pergi, gadis yang diketahui bernama Mathilda Lando (Natalie Portman) itu memintanya untuk tak memberitahu sang ayah.

Di apartemen yang sama seorang pria yang rupanya adalah ayah si gadis tampak diancam oleh Norman Stansfield (Gary Oldman) dan Malky (Peter Appel) karena menghilangkan sejumlah kokain. Gadis kecil itu melihat mereka dari jauh. Tak lama setelah pengancam pergi, sang ayah menamparnya. Sementara itu, diam-diam Léon memerhatikan, mengintip kejadian tadi dari lubang pintu.

Sebagai seseorang yang tak segan membunuh orang lain dengan mudah Léon menjalani kehidupannya dengan biasa-biasa saja. Lelaki ini lebih memilih minum susu dibanding minuman keras, dia telaten menyetrika bajunya sendiri dan merawat tanamannya.

Di rumah, Mathilda pagi berjalan dengan keributan karena dia berebut saluran televisi dengan kakak perempuannya. Saat kedua orangtuanya sedang bercinta di kamar mandi, telepon rumah berbunyi. Mathilda pun mengangkatnya. Ternyata telepon itu dari kepala sekolah Mathilda yang melaporkan bahwa gadis tersebut meninggalkan sekolah tanpa izin sejak dua minggu lalu.

Keributan di unit keluarga Mathilda terdengar hingga ke luar, termasuk oleh Léon yang ketika itu hendak pergi ke luar, ke sebuah bioskop menyaksikan film seorang diri. Sekembalinya dari luar dan pulang ke apartemennya, Léon kembali bertemu dengan Mathilda. Kali ini hidung gadis kecil itu berdarah. Léon kemudian terlihat memberikan selembar sapu tangan padanya.

Mathilda menjalani hari yang sulit sampai-sampai dia bertanya pada Léon apakah hidup memang selalu sulit atau kesulitan ini hanya karena dia anak-anak? Sebagai bentuk terima kasih karena memberikan sapu tangan, Mathilda membalasnya dengan berniat memberikan Léon dua liter susu.

Cerita berlanjut saat Norman dan Malky kembali datang bersama beberapa orang bersenjata. Léon yang mendengar tanda-tanda keributan mengintip dari lubang pintu. Sementara itu orang-orang tersebut secara paksa masuk ke dalam rumah dan mulai membabi-buta, menembaki ibu serta kakak perempuan Mathilda hingga tewas.

Beruntung Mathilda saat itu sedang pergi belanja ke sebuah toko untuk membelikan Léon susu sesuai janjinya. Sehingga, ketika orang-orang tersebut menggeledah apartemen keluarganya mereka tak menemukan Mathilda, sedangkan adik lelakinya yang berusia 4 tahun juga tewas ditembak. Terakhir, Norman menembaki ayah Mathilda sampai benar-benar tewas terkapar.

Saat Mathilda selesai belanja dan pulang, gadis itu terkejut mendapati bagian depan apartemennya berantakan. Léon yang masih mengintip dari lubang pintu terlihat was-was. Begitu gadis tersebut melewati unitnya, dia mencoba tenang melihat sang ayah sudah tewas berlumuran darah. Mathilda melewati kediamannya dan berpura-pura sebagai orang lain.

Gadis itu lantas mencoba meminta pertolongan dengan berupaya masuk ke kediaman Léon. Sambil menahan tangis dan takut yang luar biasa karena satu orang di antara mereka siaga di luar, Mathilda memencet bel berulang kali sebelum akhirnya dibukakan pintu oleh Léon. 

Di dalam rumah, Malky melihat foto keluarga Mathilda dan menyadari bahwa ada satu orang anak yang tidak diketahui keberadaannya. Dia lantas memerintahkan yang lain untuk mencari Mathilda. Namun sebelum menemukan gadis itu, Norman berhasil menemukan kokain yang dia cari dan bergegas pergi.

Di kediaman Léon, Mathilda tak henti menangis. Dia bukan menangisi kedua orang tua dan kakak perempuannya, melainkan menangisi adik lelakinya yang baru berusia 4 tahun. Léon tak tega melihat Mathilda terus menangis, lelaki itu pun berusaha menghiburnya. Percakapan antara dua orang teman baru itu kemudian terjadi begitu saja.

Mathilda jadi tahu bahwa Léon adalah seorang pembunuh bayaran. Léon sendiri menyebut dirinya sebagai cleaner. Alih-alih takut, Mathilda merasa pekerjaannya cukup keren. Apalagi ketika dia mengetahui bahwa Léon tidak membunuh wanita dan anak-anak. Mathilda kemudian bertanya mengenai biaya yang harus dibayar untuk membunuh orang-orang yang membunuh adiknya.

Léon menjawab Mathilda harus menyiapkan 5.000 dollar untuk satu orang. Gadis itu kemudian menawarkan satu kerja sama yang tak tertebak; dia ingin bekerja untuk Léon seperti berbelanja, mencucikan pakaiannya, dan lain-lain.

Sebagai imbalan Léon harus mengajarinya cara membunuh. Akankah Léon menyetujui permintaan Mathilda? Bagaimana gadis itu dapat kembali melanjutkan hidup?

Pembunuh Bayaran yang Berubah Sebab Gadis Kecil

Pembunuh Bayaran yang Berubah Sebab Gadis Kecil

Léon: The Professional (1994) bukan film action thriller sembarangan. Dilihat dari premis, unsur drama ikut dimasukkan dalam alur ceritanya oleh sang sutradara. Luc Besson meraciknya dengan porsi yang sangat pas.

Kamu yang tak begitu suka dengan film-film laga apalagi yang semua serba senjata, akan tetap bisa menikmatinya, bahkan jatuh cinta dengan jalan ceritanya dan penokohan sang karakter utama; Léon.

Punya masa lalu yang menyedihkan, Léon yang diperankan dengan luar biasa oleh Jean Reno menjalani hari-harinya sebagai pembunuh bayaran profesional yang terkenal gesit, rapi dan cepat. Siapa pun targetnya dijamin tak bisa lolos hidup-hidup. Tidak seperti pembunuh bengis lain, karakternya digambarkan sangat kontradiktif.

Pertama dia tak membunuh wanita dan anak-anak, kedua Léon hanya minum susu. Dia tak punya teman kecuali satu pot tanaman yang selalu dirawatnya dengan baik. Selain itu Léon juga selalu tidur dengan posisi duduk sambil mengenakan kaca mata hitam.

Dia tak pernah menggunakan tempat tidurnya. Sampai suatu hari sebuah peristiwa membawanya harus terlibat dalam misi balas dendam seorang gadis cilik. Film ini memperlihatkan sisi lain dari pembunuh bayaran yang hidup menyendiri dan tak punya kehidupan selain membunuh sesuai pesanan.

Sisi tersebut semakin terlihat ketika Mathilda, gadis berusia 12 tahun memasuki hidupnya. Sempat kontroversi karena dianggap membenarkan pedofilia oleh public Amerika, film ini nyatanya mendapat pujian di banyak negara.

Natalie Portman yang Memukau Sejak Belia

Natalie Portman yang Memukau Sejak Belia

Natalie Portman memang terlahir sebagai pelakon. Kamu bisa membuktikannya melalui film ini. Berperan sebagai Mathilda; gadis cilik yang tak pernah mendapat kasih sayang dari ayah dan keluarganya, Natalie Portman kecil begitu meyakinkan.

Kamu bisa melihat emosi-emosi melalui matanya; dendam, kesedihan, ketakutan, dan membutuhkan kasih sayang terasa memenuhi masa mudanya.

Berdurasi sekitar 2 jam 10 menit, chemistry Natalie Portman bersama aktor  senior Jean Reno jadi salah satu faktor penting yang membuat film ini berjalan seru dan sama sekali tak membosankan.

Selain alur yang memang cepat, konflik menegangkan yang berganti dengan sisi emosional seorang pembunuh bayaran dan gadis cilik yatim piatu akan membuatmu merasa ‘penuh’ ketika menonton film ini.

Kombinasi Drama dan Laga yang Memuaskan

Kombinasi Drama dan Laga yang Memuaskan

Léon: The Professional (1994) salah satu film laga dengan kombinasi drama yang akan memuaskanmu. Memang bukan drama romantis antara dua orang dewasa, melainkan mempertontonkan kebutuhan dua orang manusia yang sama-sama punya luka.

Mathilda membutuhkan perlindungan yang bisa dia temukan di diri Léon, sementara Léon merasa lebih hidup karena kejujuran dan sikap apa adanya yang dimiliki gadis belia.

Kepuasan yang diberikan Léon: The Professional (1994) tak hanya dari segi cerita dan emosi yang ditularkan. Kamu akan melihat sajian sinematografi yang cantik dengan iringan scoring memanjakan telinga.

Sejak menit pertama, sinematografi film ini terlihat dikonsep sangat baik. Mulai dari mengambil gambar dari atas yang menangkap semua pemandangan kota hingga scene ketika Léon akhirnya tewas.

Secara keseluruhan film Léon: The Professional (1994) adalah salah satu film action drama terbaik yang tak boleh dilewatkan. Akting para pemain yang terlibat, termasuk Gary Oldman, sangat memuaskan.

Belum lagi alur yang menegangkan dan emosional serta sinematografi dan musik pengiring yang padu membuatnya jadi satu tontonan yang tidak biasa. Penasaran? Kamu harus nonton film ini segera!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram