bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Horor Indonesia Keramat (2009)

Ditulis oleh Suci Maharani R
Keramat
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Film horor memang sempat merajai industri perfilman Indonesia, tapi sudahkah kamu menonton film berjudul Keramat (2009)? Film yang disutradarai oleh Monty Tiwa ini mengusung nuansa baru yang mengambil gambarnya dengan cara footage video. Dengan begitu, sisi horor dalam film akan lebih terasa, seolah masuk dalam ceritanya.

Film ini dibintangi oleh nama-nama yang sudah tidak asing lagi, sebut saja Poppy Sovia dan Migi Parahita yang berperan sebagai diri sendiri. Dikisahkan, mereka adalah kru pembuatan film “Menari di Atas Angin."

Semua kru bertolak ke Bantul untuk melakukan pra-shooting. Sayangnya, perjalanan mereka malah berakhir dengan terjebaknya di dunia lain. Lalu, bagaimana kelanjutan kisah Poppy cees yang mencari jalan keluar untuk bisa kembali ke dunia manusia? Temukan jawaban lebih lengkapnya di bawah ini.

Sinopsis

Keramat_

Seluruh tim produksi dari Moviesta Pictures sedang melakukan reading pertama mereka sebelum melakukan syuting. Film berjudul “Menari di Atas Angin” akan segera diproduksi, dan film ini dipimpin oleh Poppy (Poppy Sovia) yang mengambil alih soal pembuatan behind the scene.

Tidak sendiri, gadis ini ditemani oleh Cungkring (Monty Tiwa) yang mengabadikan seluruh kegiatan lewat lensa kameranya. Seluruh tim berangkat dari Jakarta menuju ke Bantul menggunakan kereta api. Namun dalam perjalanan, kondisi Migi (Migi Parahita) sedang tidak fit.

Bahkan, saat perjalanan ke penginapan, tiba-tiba saja seorang pria menggebrak kaca mobil. Pria tersebut tidak jelas mengatakan apa, namun satu kata yang sangat jelas terdengar adalah “Wongso”.

Hal ini membuat Migi makin merinding, apalagi “Wongso” adalah nama dari ayahnya. Dibantu oleh talent lokal bernama Mas Brama (Brama Sutasara), akhirnya seluruh kru berhasil sampai di tujuan. Suatu malam Migi mendengar suara seorang perempuan menangis. Saat itu, Poppy menyuruh Cungkring dan Sadha (Sadha Triyudha) untuk mengecek sumber suaranya.

Saat sedang mengecek, tiba-tiba sosok wanita berbaju merah melewati mereka, yang diikuti dengan suara gamelan. Keesokan harinya Migi dan Diaz (Diaz Ardiawan) melakukan reading, namun keributan terjadi karena Miea tidak puas dengan kinerja semua orang.

Di waktu lain, kejadian mistis terjadi ketika mobil yang ditumpangi Cungkring, Poppy dan Diaz tersesat sepulang dari Candi Borobudur. Bersama dengan Pak Lukman yang menjadi driver, mereka melihat kobaran api yang meledak di hadapannya.

Untungnya, mereka berhasil pulang dengan selamat, namun Miea menganggap mereka habis clubbing. Di sisi lain, kondisi Migi makin drop, gadis ini terbaring lemah di kamarnya dan tidak bisa dipindahkan meski sudah digotong banyak orang.

Banyak kejadian aneh yang dialami Migi, pertama Poppy menemukan uban di rambut Migi. Kemudian, Migi tiba-tiba bersinden di kamar. Saat ditanya, ternyata Migi dirasuki oleh penunggu setempat yang bernama Nyi Pramodawerdani.

Kesal dengan keadaan, Miea menyalahkan Dimas (Dimas Projosujadi), menginginkan Migi dipulangkan dan diganti. Keadaan semakin tidak kondusif ketika Migi menghilang dari kamarnya tanpa diketahui siapapun.

Paranormal berkata, Migi telah dibawa ke alam lain sehingga mereka harus mengikutinya sampai ke Pantai Parangtritis. Namun, hal aneh mulai bermunculan. Brama, Dimas, Miea, Poppy, Diaz dan cungkring tiba-tiba saja terbangun di depan sebuah candi. Bermodalkan wejangan dari paranormal, seluruh kru berusaha mencari keberadaan Migi di alam gaib itu.

Mereka hanya mengikuti jejak bunga melati yang akan membawanya kembali ke dunia manusia. Tapi godaannya tidaklah mudah, mereka dihadapkan dengan keserakahan dan ego masing-masing. Berhasilkan mereka membawa Migi keluar dari alam gaib tersebut sebelum matahari terbit?

Nuansa Baru untuk Film Horor Indonesia

Nuansa Baru Untuk Film Horor Indonesia_

Memberikan nuansa seram yang jauh berbeda dengan kebanyakan film horor Indonesia, Keramat (2009) memang tidak boleh dilewatkan. Alih-alih menempatkan aktris cantik dan seksi, film ini lebih menitikberatkan pada experience penontonnya. Mereka ingin memberikan rasa ngeri, seram dan deg degan yang terasa nyata.

Film ini memakai gaya mokumenter; jenis film atau acara televisi yang menggambarkan peristiwa fiksi yang disajikan dengan cara dokumenter. Maka itu, seluruh filmnya mengambil sudut pandang sang cameraman yaitu “Cungkring” yang diperankan oleh Monty Tiwa. Lewat lensa kameranya, ia menuturkan setiap kejadian mistis yang dirasakan olehnya dan seluruh kru lainnya.

Jujur saja, cara ini memang menjadi salah satu cara terbaik jika kamu ingin sebuah film horor dengan nuansa seram yang nyata. Rasa gelisah dan ketakutan yang dirasakan Cungkring tergambarkan dari caranya mengambil gambar, apalagi saat tangannya bergetar hebat.

Meski seakan tidak fokus memperlihatkan apa yang ada di depannya, tensinya justru makin bikin bulu kuduk merinding. Monty Tiwa berhasil membuat setiap gambarnya terlihat natural, namun tetap indah dipandang.

Ia bisa membuat sebuah film yang menarik hanya dari video behind the scene pembuatan film, berubah jadi video para kru bertualang di alam lain. Transisi yang dihasilkan sangat lembut, terutama saat memperlihatkan Migi yang kerasukan.

Keseraman itu berlanjut dengan hadirnya suara nafas terengah-engah, teriakan hingga tangisan, mengambil alih paruh kedua hingga akhir filmnya.

Pengambilan gambar untuk seluruh film ini menggunakan kamera Panasonic P2, tanpa bantuan alat bantu apapun. Seluruh gambarnya diambil dengan cara handheld, hanya tiga shoot yang tidak handheld salah satunya adalah adegan di kamar migi. Untuk adegan jump scare, ia hanya menyimpan kameranya di tanah dan membiarkan segalanya terjadi secara natural.

Realistis, Sayangnya Penuh Plot Hole

Realistis, Sayangnya Penuh Plot Hole_

Memberikan nuansa baru untuk film horor Indonesia, Keramat (2009) hanya memiliki satu kekurangan. Bagi saya film ini terlalu banyak plot hole, karena semuanya seakan tiba-tiba terjadi tanpa tahu sebabnya. Alhasil saya membutuhkan waktu untuk memahaminya. Apa yang membuat kru produksi “Menari di Atas Angin” sampai masuk ke dunia lain?

Pembukaanya sudah cukup menjanjikan. Suasana awal pertemuan talent dengan kru produksi film sudah bagus. Apalagi fakta bahwa semua orang tetap memakai nama asli untuk karakter mereka masing-masing, hal ini membuat penonton semakin mudah menghayati. Hanya saja ketika plot mulai masuk ke hal horor, semuanya terasa dipotong begitu saja.

Saya merasa ada hal yang hilang, yaitu penyebab awal yang membuat mereka bisa diganggu oleh makhluk dari dunia lain. Awalnya saya berpikiran telah melewatkan sesuatu, namun setelah menontonnya sebanyak dua kali, tetap saja saya tidak menemukan jawabannya.

Saya tidak tahu kerusakan alam apa yang telah mereka lakukan hingga makhluk dunia lain ingin membalas perbuatan mereka. Saya tidak melihat ada satupun yang mereka rusak atau setidaknya plot twist yang bikin penonton makin kaget dan merinding.

Semuanya terlalu flat, bahkan saya merasa cara “mokumenter” mungkin telah menghalangi kebebasan mereka untuk menceritakan premisnya. Sudut pandang yang hanya berasal dari satu kamera milik Cungkring membuat detail-detail lainnya makin terbatas.

Lebih anehnya lagi, pesan moral soal lingkungan yang kerap disinggung kurang mengena. Saya paham Monty Tiwa ingin memberikan pesan soal lingkungan dan alam yang harus dijaga. Sayangnya pesan ini tidak begitu kuat dan mendalam, sehingga menjadi sebuah plot hole yang cukup mengganggu.

Fakta Mistis Selama Syuting

Fakta Mistis Selama Syuting_

Salah satu hal unik dari film Keramat (2009), ternyata Monty Tiwa tidak hanya jadi sutradara saja namun juga ikut berperan sebagai Cungkring. Jujur saja, hal ini menjadi salah satu kejutan besar, alhasil hal ini menjadi salah satu daya tarik dari filmnya.

Kehadiran Monty Tiwa ini spesial karena Cungkring adalah satu-satunya karakter yang menggunakan nama fiktif. Maka dari itu, penonton tidak akan menduganya. Namun di balik semua itu, ada satu hal yang bikin penonton merinding. Ada desas desus bahwa film ini terinspirasi dari kisah nyata.

Rumor ini memang sempat panas di kalangan para fans, apalagi di akhir filmnya disangkutkan dengan gempa di Yogyakarta tahun 2006, tapi semua kabar itu ditepis.

Selain itu, Monty Tiwa juga menyebutkan kejadian-kejadian horor saat melakukan syuting di Desa Segoroyoso. Dikutip dari Catchplay, Monty Tiwa mengatakan bahwa para pemain film Keramat (2009) sempat mengalami trauma selama syuting.

Ia mengutarakan sempat menemukan sosok perempuan yang tidak ada di cut dalam film, karena saat itu hanya ada dirinya dan Sadha. Lalu, para pemain lainnya ada yang mendapatkan tekanan psikis dan fisik, pasalnya teror yang di film itu asli. Menurutnya, para pemain berhasil masuk ke dimensi lain, jadi semua yang tertangkap kamera itu reaksi asli.

Inilah review film Keramat (2009) yang akan membuat kamu agak kesulitan untuk tidur sendirian. Secara keseluruhan film ini menjadi salah satu film horor Indonesia terbaik, hanya kurang di sisi ceritanya saja. Bagaimana menurutmu? Bagikan jawabannya di kolom komentar di bawah ini.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram