bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Jingle Jangle: A Christmas Journey (2020)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Jingle Jangle
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sebuah dunia imajinasi menjadi nyata dalam kisah bernuansa Natal tentang pembuat mainan yang eksentrik, cucunya yang suka berpetualang, dan penemuan ajaib yang memiliki kekuatan untuk mengubah hidup mereka selamanya. Forest Whitaker, Keegan-Michael Key, dan Phylicia Rashad membintangi film musical karya David E. Talbert dengan lagu-lagu gubahan John Legend ini.

Jingle Jangle: A Christmas Journey adalah original film Netflix yang dirilis pada 13 November 2020 yang membuka keran film-film bernafaskan Natal menjelang akhir tahun 2020. Film ini cukup menjanjikan karena deretan cast yang mentereng, seperti Forest Whitaker dan Keegan-Michael Key. Selain itu, David E. Talbert juga adalah sutradara spesialis film-film bertema Natal.

Pasti penasaran kan dengan film musical yang bisa ditonton oleh semua anggota keluarga ini? Simak review kami sebelum menyimak film ini di layar Netflix.

Sinopsis

YouTube video

Jeronicus Jangle adalah seorang penemu dan pembuat mainan dengan toko yang tidak pernah sepi dari pengunjung. Setelah mendapat kiriman komponen terakhir untuk melengkapi mainan terbarunya, sebuah mainan bernama Don Juan Diego, menjadi hidup. Mengetahui jika dirinya akan diproduksi secara masal, Don Juan Diego merayu Gustafson, asisten Jeronicus, untuk berkhianat dengan istilah “meminjam”.

Kejadian ini menyakitkan hati Jeronicus yang kemudian tenggelam dalam kesedihannya. Ditambah lagi dengan wafatnya sang istri membuat dia mengabaikan perannya sebagai ayah dari seorang putri, hingga Jessica, putrinya, memilih pergi dan hidup di daerah lain. Sementara itu, Gustafson sukses dengan mainan-mainan ciptaannya yang “dipinjam” dari buku catatan Jeronicus.

30 tahun kemudian. Toko milik Jeronicus berubah fungsi menjadi rumah gadai dan service alat elektronik. Ms. Johnston yang jatuh cinta padanya mencoba untuk mengembalikan semangat Jeronicus (Forest Whitaker) kembali. Selain itu, Jeronicus juga memiliki hutang yang besar kepada bank dan tokonya akan disita jika hingga Natal dia tidak bisa membayar atau menciptakan penemuan baru yang mutakhir.

Jessica menerima surat dari Jeronicus untuk datang berkunjung saat Natal. Jessica mengirimkan putrinya Journey (Madalen Mills), yang memiliki kemiripan imajinasi dengan Jeronicus, untuk lebih dahulu datang ke sana. Meski awalnya Jeronicus bingung dengan kedatangan cucunya, dia akhirnya mengizinkan Journey tinggal bersamanya dengan beberapa persyaratan yang harus disepakati.

Sementara itu, Gustafson (Keegan-Michael Key) yang sudah menjadi pengusaha mainan papan atas, kehabisan ide dalam menciptakan mainan yang selama ini dia buat berdasarkan buku karya Jeronicus. Don Juan Diego menyarankan Gustafson untuk mencuri ide lagi langsung dari Jeronicus yang sedang menyelesaikan penemuan terbarunya, Buddy 3000.

Journey menemukan Buddy 3000 di gudang atas yang kemudian dia sambungkan dengan mesin yang sedang dikerjakan Jeronicus. Bersama Edison, asisten Jeronicus, Journey membuat Buddy 3000 hidup. Kejadian ini dilihat oleh Gustafson dari jauh dan berniat untuk mencurinya. Buddy 3000 menjadi tidak berfungsi ketika Jeronicus datang ke gudang.

Mengetahui jika Buddy 3000 dicuri oleh Gustafson, Journey dan Edison menyelinap ke pabrik Gustafson untuk membawa pulang Buddy 3000 yang sebelumnya mengalami kegagalan saat dipamerkan oleh Gustafson. Dengan bantuan Jeronicus dan Ms. Johnston, mereka berdua berhasil membawa Buddy 3000 meski sudah dalam kepingan karena kecelakaan yang mereka alami saat kabur melewati kipas besar.

Jessica datang untuk menjemput Journey. Saat bertemu ayahnya, dia mencurahkan semua apa yang dia rasakan karena merasa diabaikan. Jeronicus meminta maaf dengan memperlihatkan ribuan surat yang tak sanggup dia kirimkan karena takut menyakiti putrinya. Mereka berbaikan dan menyusun ulang Buddy 3000 bersama yang ternyata di desain oleh Jessica waktu kecilnya dulu.

Gustafson kemudian datang bersama polisi untuk menangkap Jeronicus atas tuduhan pencurian. Berkat kecerdikan Journey, akhirnya Gustafson yang dibawa ke kantor polisi dan Diego di non-aktifkan oleh Jeronicus untuk diprogram ulang. Pihak bank pun bersedia memberikan pinjaman lagi setelah melihat Buddy 3000 terbang di dalam toko.

Kisah ini diceritakan oleh seorang nenek kepada dua orang cucunya, yang ternyata nenek itu adalah Journey. Kemudian mereka terbang ke pabrik mainan Jeronicus bersama Buddy 3000.

Nuansa Teater yang Kental

Nuansa Teater yang Kental

David E. Talbert menulis naskah film ini awalnya untuk ditampilkan dalam sebuah pentas teater musical. Beberapa elemen utama pentas teater masih terasa dalam filmnya. Lihat saja keindahan koreografinya, bahkan untuk adegan tanpa musik pun terkoordinir dengan baik. Dan tentu saja iringan musik khas Natal dengan lagu-lagu yang enak didengar buah karya John Legend.

Selain itu, kostum yang ditampilkan juga sangat berwarna dan beragam. Jika melihat fashion yang ditampilkan, sepertinya film ini berada pada seting waktu di era Victoria. Jika film ini dilirik oleh juri Academy Awards, tentu akan dimasukkan ke kategori Best Costume Design karenanya.

Performa Menarik Para Pemerannya

Performa Menarik Para Pemerannya
*https://www.imdb.com/title/tt7736496/mediaviewer/rm2497618945/

Jingle Jangle: A Christmas Journey mengusung kekuatan dari dua aktor utamanya, Forest Whitaker dan Keegan-Michael Key. Rasanya tidak ada yang meragukan kualitas akting Forest Whitaker. Perannya sebagai Idi Amin di The Last King of Scotland (2006) membawanya meraih banyak penghargaan, diantaranya dari Academy Awards, Golden Globe, dan BAFTA Awards.

Sedangkan Keegan-Michael Key adalah comedian yang sukses berkat sketsa komedi Key & Peele. Karirnya di film layar lebar juga cukup menyilaukan, meski masih di ranah komedi, dan sebagian besar adalah sebagai pengisi suara. The LEGO Movie (2014), The Angry Birds Movie (2016), dan Toy Story 4 (2019) hanyalah beberapa diantaranya.

Dalam film ini, siapa sangka jika Whitaker memiliki suara yang merdu saat menyanyikan beberapa lagu, seperti “Over and Over” dan “Make It Work”. Uniknya, vokal Whitaker terdengar lebih nyata, seperti live, berbeda dengan tampilan lagu lainnya dalam film ini. Sedangkan Key tampil gemilang, seolah-olah dia sedang mengalami saat yang menyenangkan, terutama saat menyanyikan “Magic Man G”.

Tetapi yang mencuri perhatian di film ini ialah pemeran Journey, Madalen Mills. Jingle Jangle: A Christmas Journey adalah film pertamanya dan dia tampil seolah-olah sudah matang dalam berakting. Wajah cantiknya yang selalu dihiasi senyum merekah mengisi sebagian besar adegan di film ini dengan kelincahan dan keceriaannya. Rasa ingin tahu yang besar khas Journey ditampilkan dengan baik pula.

Tidak hanya itu, Mills juga memiliki suara yang indah ketika menyanyikan lagu “Not the Only One” dan “Square Root of Possible”. Aktris cilik ini sangat bertalenta dan kemungkinan bisa memiliki masa depan yang cerah di industri perfilman Hollywood.

Ada satu aktor lagi yang juga sangat mengejutkan, meski hanya sebagai pengisi suara Don Juan Diego. Siapakah dia? Masih ingat dengan lagu “Livin’ la Vida Loca”? Ya, dialah Ricky Martin. Penyanyi Latin ini mampu menghidupkan karakter mainan yang memiliki sifat narsis, egois, dan licik ini dengan logat Latin yang sangat kental, lengkap dengan kalimat-kalimat lucu yang lincah.

Estetika Visual ala Steampunk

Jingle Jangle A Christmas Journey (2)

Jika melihat bentuk mainan, penemuan, dan robot yang diciptakan oleh Jeronicus ini, sepertinya Talbert terinspirasi dari film fantasi bernuansa steampunk, seperti Alita: Battle Angel (2019), yang tampak terlihat dari bentuk Buddy 3000. Sedangkan nuansa film secara keseluruhan hampir sama dengan film fantasi keluarga lainnya, seperti Charlie and the Chocolate Factory (2005).

Jingle Jangle: A Christmas Journey pantas untuk ditonton oleh seluruh anggota keluarga karena menyimpan pesan moral yang sangat baik, yaitu kesuksesan dari hasil mencuri tidak akan berkah, seperti yang dialami Gustafson. Dan juga kita harus memiliki keyakinan dalam menjalani hidup, meski “keyakinan” ini ditampilkan sedikit konyol sebagai salah satu elemen pelengkap bagi Buddy 3000.

Keindahan CGI yang ditampilkan, meski adegan terbangnya tidak meyakinkan (lebih karena masih terlihat efek penggunaan tali sling untuk membantu aktornya terbang), membuat film ini tampil berwarna. Rasanya tidak ada ruginya menonton film ini bersama keluarga di saat liburan akhir tahun, jika kalian tidak kemana-mana. Dan “discover a world of wishes and wonder” di film ini!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram