bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film In The Line of Fire (1993)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
In The Line of Fire
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Agen Secret Service, Frank Horrigan, tidak bisa menyelamatkan Kennedy, tapi dia berusaha tidak membiarkan pembunuh pintar mencelakai presidennya kali ini. Bisa jadi, performa Clint Eastwood di In the Line of Fire adalah salah satu yang terbaik. Dia tampil natural, keras, tegas, tetapi bisa merebut hati wanita dengan senyuman dan kalimat-kalimat sentilan yang cukup membuat wanita manapun tersipu.

Film arahan Wolfgang Petersen yang terkenal dengan kedetailan dalam segala aspek produksi dan visualisasi di layar ini menjadikan film ini sebagai salah satu film produksi Hollywood terbaik sepanjang masa, khususnya di era 1990-an. Kali ini kami akan membahas film terakhir Clint Eastwood sebagai aktor, karena setelah ini dia selalu bertindak sebagai sutradara juga untuk film-film yang dibintanginya.

Sinopsis

Review Film In The Line of Fire (1993)

Film dibuka dengan misi agen Secret Service, Frank Horrigan (Clint Eastwood), bersama partnernya, Al D’Andrea (Dylan McDermott), dalam melakukan penyamaran demi membekuk komplotan pencetak uang palsu. Identitas Al diketahui dan dia diikat di kursi, lalu Frank diminta untuk menembak kepala Al sebagai bukti bahwa dia juga bukan agen pemerintah.

Tapi mereka berdua berhasil melumpuhkan semua anggota komplotan ini dengan tuntas. Dan berlanjut kepada kasus berikutnya dimana mereka menemukan sebuah rencana pembunuhan presiden dalam rangkaian kampanye pencalonannya kembali untuk periode kedua. Ketika mereka ke apartemen itu kembali, ruangan tersebut sudah bersih.

Yang tersisa hanya foto Frank muda saat dia bertugas mengawal Presiden John F. Kennedy saat peristiwa penembakan terjadi. Peristiwa itu masih menghantui dirinya hingga saat ini dan juga menyebabkan keluarganya pergi darinya. Kemudian Frank mendapat telepon dari seseorang yang memakai nama inisial “Booth” yang bertujuan melakukan rencana pembunuhan terhadap presiden.

Frank menawarkan dirinya kembali untuk bertugas mengawal presiden dalam rangkaian kampanyenya terkait bahaya yang mengancam jiwa presiden dan juga menyinggung sisi psikologis Frank secara pribadi. Dia dimasukkan ke dalam tim dengan para agen lainnya, salah satunya adalah Lilly Raines, yang mencuri perhatiannya dan hatinya.

Booth berkali-kali menelpon Frank, meski dia tahu jika pembicaraannya dilacak. Dia berusaha mempermainkan Frank dan kesatuan Secret Service. Setelah berkali-kali salah melacak, suatu kali Frank dan Al hampir bisa menangkap Booth yang menelpon dari depan kantor Secret Service sehingga mereka melakukan pengejaran.

Berkat sidik jari yang ditinggalkan, mereka berusaha mencari identitas asli Booth. Tetapi proses ini dihentikan oleh FBI dan CIA. Dalam sebuah acara kampanye, Frank mengira ledakan balon sebagai suara tembakan dan membuat ricuh suasana. Akibatnya, dia dikeluarkan dari tim penjagaan dan fokus pada kasus penyelidikan identitas Booth.

Setelah mengetahui identitas Booth, yaitu Mitch Leary (John Malkovich), yang didapatnya dari CIA, Frank dan Al semakin dekat dengan pengungkapan kasus. Tetapi Mitch licin seperti belut, karena ternyata dia adalah mantan agen CIA dengan spesialisasi dalam membunuh. Mitch juga bisa membuat pistol sendiri dari bahan sejenis plastik yang ringan tapi memiliki daya tembak yang kuat.

Dalam sebuah penyergapan, mereka melakukan pengejaran terhadap Mitch di atap-atap apartemen. Ketika sudah semakin dekat, terjadi sebuah insiden yang hampir merenggut nyawa Frank tetapi menewaskan Al karena ditembak oleh Mitch. Kehilangan partnernya, yang sebelumnya sudah menyatakan keinginan untuk pensiun demi keluarga, membuat Frank semakin geram.

Frank meminta Lilly untuk memasukkannya kembali ke dalam tim pengawalan presiden. Tetapi karena salah dalam mengidentifikasi orang, dan terekam oleh pihak pers, Frank kemudian dikeluarkan lagi dan diminta untuk mempersiapkan pengamanan kampanye di kota berikutnya. Tetapi dalam perjalanan ke bandara, Frank berhasil memecahkan kode rahasia yang dia temukan.

Frank segera kembali ke hotel dan berhasil mengidentifikasi Mitch dengan cepat dan tepat sesaat sebelum Mitch melakukan penembakan terhadap presiden. Frank kemudian menjadi sandera dan bersama Mitch masuk ke dalam lift. Dengan kecerdikannya dalam memainkan pikiran Mitch sembari memandu tim sniper untuk menembak lift, akhirnya Frank bisa mengalahkan Mitch yang menjatuhkan dirinya dari ketinggian.

Di akhir film, Frank memutuskan untuk pensiun karena pekerjaan sebagai agen Secret Service sudah tidak sesuai dengan usianya dan kondisi fisiknya yang sudah semakin menurun. Keputusan ini dia ambil, juga karena cintanya kepada Lilly dan rencana untuk hidup bersama dengannya setelah pensiun nanti.

Keterlibatan Secret Service dalam Produksi Film

Salah Satu Film Action Thriller Terbaik

Dalam film, kita diperlihatkan berbagai prosedur dalam proses dan teknis kerja para agen Secret Service. Semua ditampilkan secara detail, karena memang inilah ciri khas Wolfgang Petersen dalam membesut filmnya. In the Line of Fire menjadi film pertama dimana Secret Service terlibat secara total dalam produksinya sehingga para aktor bisa tampil persis layaknya agen pengawal presiden sesungguhnya.

Bahkan untuk menampilkan pesawat khusus presiden yaitu Air Force One, produser harus mengeluarkan biaya sebesar $250,000 untuk membuat interior pesawat yang menggunakan bekas pesawat cadangan Air Force One, dan juga untuk membuat interior White House secara detail. Selain itu, terdapat biaya besar juga untuk menempatkan Eastwood muda dalam beberapa adegan dokumentasi Presiden Kennedy.

Kekuatan Akting Para Aktornya

Kekuatan Akting Para Aktornya

Kelebihan film ini juga terletak pada kekuatan akting kedua pemeran utamanya. Clint Eastwood sebagai protagonist yang memiliki karakter yang tidak jauh dari Dirty Harry tetapi dalam sisi yang lebih mellow, dan John Malkovich sebagai antagonist yang bisa membuat kita takut hanya dengan melihat senyumnya yang getir nan misterius.

Permainan cat-and-mouse antara mereka adalah poin menarik dan menegangkan dalam film. Kita dibuat menahan nafas saat adegan kejar-kejaran di atas atap, khususnya saat Mitch menawarkan tangannya kepada Frank untuk membantunya agar tidak jatuh dari atap gedung. Tetapi setelahnya dia menembak Al hingga tewas di depan mata Frank yang geram.

Permainan psikologis di antara mereka sangat dalam. Mitch selalu mengungkit peristiwa penembakan Presiden Kennedy yang menyentuh psikologis dan pikiran Frank, sedangkan Frank mempermainkan pikiran Mitch dengan menaik-turunkan emosi dalam berbicara di telepon dan memancing-mancing emosi Mitch dengan fakta yang ada serta dugaan yang bisa membuat Mitch marah.

Salah Satu Film Action Thriller Terbaik

Keterlibatan Secret Service dalam Produksi Film

Semua elemen yang kita butuhkan untuk menikmati sebuah film action-thriller disuguhkan dalam film ini. Adegan baku-tembak, kejar-kejaran, permainan pikiran, salah duga, dan masih banyak yang lainnya lagi, semuanya dipaparkan oleh sutradara asal Jerman yang terkenal lewat Das Boot [1981] ini sehingga sudah bisa dipastikan jika In the Line of Fire menjadi film kandidat peraih Oscar.

Terdapat tiga kategori dimana film ini dinominasikan, yaitu Best Actor in a Supporting Role untuk John Malkovich, Best Film Editing, dan Best Writing Screenplay untuk Jeff Maguire. Tetapi sayangnya, tidak ada satu pun piala Oscar yang berhasil dibawa pulang. Meski begitu, hal ini tidaklah mengurangi kualitas film yang masuk ke dalam daftar 100 Heroes and Villains oleh AFI.

Bagi kita, kaum milenial, yang belum sempat menontonnya, sekarang sudah bisa disimak lewat layar Netflix sejak 1 Agustus 2020. Jadi, apalagi yang ditunggu? Simak ketegangan urat syaraf Frank dalam mengejar sang pembunuh psikopat Mitch dalam menyelamatkan nyawa presiden USA sekarang juga.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram