showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film I Don’t Fire Myself (2021)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
I Don’t Fire Myself
3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Park Jeong Eun seorang asisten manajer yang dipindahkan dari pusat ke kantor sub kontraktor. Di sana, dia kembali mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Jeong Eun hanya diberi meja kecil tanpa ruangan khusus. Dia juga diperlakukan seperti hantu alias tidak terlihat. Mereka tampak sengaja melakukan itu agar Jeong Eun tidak betah.

Terbiasa bekerja mengurusi administrasi, Jeong Eun harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan di tempat baru. Mau tidak mau dia memaksakan diri terjun ke lapangan, menaiki tower listrik bertegangan tinggi tanpa pengalaman.

Seorang pekerja bernama Choong Sik membantunya hingga dia sendiri tewas saat bekerja. Ketidakadilan yang diterima Jeong Eun sebagai pekerja wanita dan Choong Sik sebagai kontraktor disuguhkan dalam film I Don’t Fire Myself (2021). Seperti apa bocoran film ini?

Baca juga: Sinopsis dan Review Drama Korea Was it Love (2020)

Sinopsis

Sinopsis
Tahun Rilis 2021
Genre
Sutradara
Pemeran Yoo Da In Oh Jung Se
Review Baca di sini

Asisten Manager Park Jeong Eun (Yoo Da In) dari kantor pusat menghadap manajer di kantor cabang di daerah pedesaan. Alih-alih mendapat sambutan, Jeong Eun bahkan dianggap mabuk ketika bertanya di mana meja kerjanya.

Sang manajer mengatakan kalau orang terpelajar seperti dia seharusnya bertugas di pusat, bukan di daerah. Pasalnya upah di daerah rendah walau biaya hidup juga rendah.

Kantor cabang tersebut rupanya perusahaan sub-kontrak, sedangkan Jeong Eun dari pusat. Secara resmi dia juga sudah dipindahkan dan akan bertugas selama satu tahun lalu kembali ke pusat.

Menurut manajer di daerah, orang-orang berpindah kerja ke sana sebagian besar untuk membuat anak-anak mereka memenuhi syarat penerimaan khusus di universitas. Jeong Eun terlihat mengiyakan dugaan manajernya.

Di tempat kerjanya yang baru, Jeong Eun hanya mendapat meja kecil tanpa ruangan khusus. Semua pekerja di sana adalah pria dan tidak ada satu pun yang mau menyapa. Jeong Eun ditinggalkan sendiri ketika yang lain bergegas pergi melakukan pekerjaannya di lapangan.

Pada hari kerja berikutnya dia mendengar para pekerja pria itu menggunjingkannya. Mereka tidak suka dengan keberadaan Jeong Eun di sana. Jeong Eun juga kaget karena mejanya kini dibatasi dengan sebuah papan pembatas. Dia lalu kembali teringat perlakuan buruk yang diterima di kantor pusat, yang mengirimnya ke daerah.

Seorang pekerja tiba-tiba membuyarkan lamunannya dan meminta dia membereskan bekas makan di meja luar. Jeong Eun mulai tidak bisa menahan kekesalannya. Dia seperti mulai terpacu hingga akhir pekan pun tetap masuk kerja.

Jeong Eun mulai coba bekerja dengan meminta catatan aturan pengawasan dari manajernya tapi lagi-lagi mendapat tanggapan yang tidak mengenakkan.

Jeong Eun malah diusir karena dianggap tidak cocok bekerja bersamanya, apalagi pengawasan dan semacamnya bukan tugas Jeong Eun. Sudah satu bulan wanita itu bekerja di sana tapi masih sangat kesulitan beradaptasi. Ketika dia menyerahkan formulir mengenai catatan kerja untuk diisi guna meningkatkan efisiensi, tidak ada yang peduli.

Sang manajer mengumpulkan pekerja prianya sementara membiarkan Jeong Eun hanya menguping. Dia menyampaikan bahwa kantor pusat sedang krisis sehingga anggaran untuk paruh kedua di tahun itu ditetapkan. Mulai paruh ke dua kantor pusat ingin mereka membayar gaji Jeong Eun karena anggarannya lebih kecil untuk lebih banyak pekerja.

Dia merasa perusahaan sub-kontraktor seperti mereka diperlakukan tidak adil karena di tengah keterbatasan mereka masih harus mematuhi permintaan pusat. Dengan anggaran baru salah satu dari pekerja akan dipecat dan mereka tahu harus menyalahkan siapa.

Saat pekerja yang lain sudah pulang Jeong Eun terlihat masih mengotak-atik sesuatu. Sepulang dari kerja dia mampir ke minimarket langganan yang kasirnya ternyata adalah Seo Choong Sik (Oh Jung Se) salah satu rekan kerjanya yang baru.

Choong Sik mencoba membuka pembicaraan dan memberinya makanan ringan ketika Jeong Eun selalu hanya membeli soju. Choong Sik lalu bertanya kapan Jeong Eun akan pergi?

Selain menyambi sebagai kasir demi penghasilan tambahan, Choong Sik rupanya juga menjadi sopir panggilan. Esok harinya para pekerja tak kunjung berangkat ke lapangan karena menunggu sang manager.

Mereka butuh tenaga tambahan untuk memperbaiki kabel listrik. Namun, manajer mereka tidak bisa pergi karena harus menghadiri pertemuan manajer lokal.

Jeong Eun menawarkan dirinya untuk melakukan tugas lapangan tersebut. Mereka meragukannya tapi tak punya pilihan lain. Seungwoo, salah satu pekerja enggan mengajarinya karena dia sudah mengajari anak baru. Jeong Eun pun berangkat ke lapangan dengan tiga pekerja pria, termasuk Choong Sik.

Letak tower yang ada di atas bukit membuat Jeong Eun kesulitan. Dia ketinggalan dibanding tiga pekerja lain. Ketika satu per satu mulai menaiki tower dan bekerja, Jeong Eun gemetar melihat tower yang menjulang tinggi.

Dia mengonsultasikan keluhannya kepada dokter karena merasa tidak bisa bergerak sama sekali saat melihat tower. Menurut dokter, Jeong Eun mengalami fobia spesifik.

Fobia tersebut dapat menyebabkan ketakutan yang intens pada target tertentu. Pemicu yang umum adalah tepian yang tajam, pisau, ular dan kucing. Masalah psikologis itu bisa diobati.

Jeong Eun memang punya fobia terhadap ketinggian dan keadaannya yang stress memperparahnya. Lantas, bisakah Jeong Eun menyesuaikan diri dengan pekerjaannya di tempat baru?

Diskriminasi Pekerja Wanita dan Kontrak

Diskriminasi Pekerja Wanita dan Kontrak

Film yang dibuat berdasarkan pengalaman nyata sang sutradara sekaligus penulisnya ini mengisahkan kehidupan perih yang harus dijalani Park Jeong Eun sebagai pekerja wanita. Dia dipindahkan ke kantor cabang yang sifatnya sub-kontraktor tanpa alasan konkret dan esensial. Berada di tempat kerja yang baru, perlakuan buruk kembali dia terima.

Di sana, Jeong Eun tidak diberi pekerjaan berarti dan sebagian besar pekerjaan mewajibkan pekerjanya turun langsung ke lapangan. Tak bisa berpangku tangan dan seolah tidak berguna, Jeong Eun ikut memeriksa tower-tower listrik, naik ke menara tinggi dan melakukan hal-hal berisiko yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Kehidupan rekan kerjanya sebagai pegawai kontrak pun tidak kalah berat. Bayaran yang mereka dapat bahkan tidak mencukupi untuk menghidupi anak-anak.

Dari konflik utamanya, film ini menggambarkan dengan jelas bentuk diskriminasi terhadap pegawai wanita dan kontrak; yang walau berprestasi dan penting tetap tidak dipentingkan.

Alur Lambat dengan Isu Cukup Berat

Alur Lambat dengan Isu Cukup Berat

Film-film dengan isu cukup berat dan sensitif entah mengapa selalu cenderung disuguhkan dengan alur yang lambat dan hening, begitu halnya dengan I Don’t Fire Myself (2021).

Film jenis slow burn ini mengajak penontonnya untuk merasakan kelelahan, putus asa dan kemarahan seorang Jeong Eun dan para pekerja kontrak yang diperlakukan tidak adil melalui alurnya yang memang sangat pelan.

Alur lambat ini semakin terasa membosankan karena beberapa bagian adegan tersaji tanpa naskah. Terlalu banyak jeda antara dialog pemeran satu dengan pemeran lainnya. Di tengah-tengah itu kamu akan lihat akting Yoo Da In yang tampak pucat dan murung tapi terasa kurang kuat menyampaikan emosinya.

Kegelisahan yang ingin disampaikan oleh film ini dapat dirasakan melalui beberapa penggalan naskah yang cukup brilian. Seperti ketika Choong Sik sebagai pekerja kontrak yang mengatakan bahwa dirinya lebih takut dipecat daripada mati gara-gara jatuh dari tower atau tersetrum listrik tegangan tinggi.

Scene ketika Jeong Eun bermonolog di bagian akhir pun tak kalah emosional, bahwa seperti apa pun orang lain memperlakukan dirinya dengan buruk, dia tidak akan memperlakukan itu pada diri sendiri; I don’t fire myself.  

Sinematografi Cantik dan Dramatis

Sinematografi Cantik dan Dramatis

I Don’t Fire Myself (2021) menyelesaikan pengambilan gambarnya pada November 2018 lalu. Ia kemudian tayang secara perdana di Jeonju International Film Festival 2020. Sebagai film yang tayang di sebuah festival film, I Don’t Fire Myself (2021) tidak mengecewakan dari segi sinematografi.

Berlatar kehidupan pekerja lapangan yang bergelut dengan transmission tower, kamera menangkap beberapa momen keindahan dari ketinggian yang dramatis.

Siluet Jeong Eun dan tone jingga pertanda senja sebagai penutup film seolah mengakhiri atau jadi batas ketakutannya dalam segala hal, baik ketinggian atau ancaman dari perusahaan berupa pemecatan.

Selain sinematografi dan tone yang dramatis, jalan cerita film ini sendiri juga menguras emosi. Sayangnya emosi yang melimpah itu tidak tersampaikan secara sempurna melalui akting Yoo Da In sendiri.

Semua tampak tanggung dari ekspresi hingga intonasi. Kalau kamu tertarik dengan film beralur lambat dan hening dalam menyampaikan kegelisahan atau isu tertentu, I Don’t Fire Myself (2021) bisa dicoba. Penasaran?

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram