bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Hide and Never Seek (2016)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Hide and Never Seek
2.6
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Menjadi pemilik channel bernama afreecaTV, DJ Glow atau Yagwang bersama Produser Park, mengkhususkan diri meliput fenomena-fenomena gaib dan menyeramkan yang terjadi di sekitar. Mereka mendatangi sebuah pulau kosong yang ditinggalkan penghuninya sebab satu peristiwa kematian yang misterius.

Selesai dari sana, mereka mendapatkan sebuah kasus misterius yang terjadi di perpustakaan. Dulu ada dua orang siswi yang memainkan sebuah permainan bernama One Man Tag atau petak umpet di sana. Salah satunya benar-benar hilang dan yang satunya lagi menjadi seperti orang gila.

Lalu apa yang akan ditemukan Yagwang dan Produser Park? Simak sinopsis dan ulasan film horor Korea Selatan tahun 2016 berjudul Hide and Never Seek (2016) berikut ini!

Sinopsis

Sinopsis

BJ Yagwang (Ryu Deok Hwan) pemilik channel yang khusus mengangkat cerita-cerita horor, afreecaTV terlihat menampilkan sebuah film dokumenter dari Jepang bertajuk Find The Soul. Orang-orang yang terlihat dalam dokumenter tersebut datang ke Korea untuk menulis cerita tentang perdukunan. Alih-alih menemukan jiwa, mereka lebih banyak menemukan mayat, yang membuat Kepolisian Korea tampak tidak kompeten.

Salah satunya terdapat dalam video dokumenter tersebut. Yagwang menceritakan ada seorang kakek dan cucunya yang tinggal di sebuah pulau pergi mencari ikan, tapi si cucu tidak pernah kembali sedangkan sang kakek yang mengidap demensia tidak bisa diinterogasi. Warga desa mengira kalau si cucu tenggelam dan tewas. Agar arwahnya tenang mereka berswadaya mengumpulkan uang untuk memanggil Find The Soul itu.

Dalam video terlihat si dukun menggali sebuah tanah dan mayat si cucu pun ditemukan di bawah sumur yang sudah tertimbun tanah dan ranting pohon. Sejak peristiwa itu para penduduk beramai-ramai meninggalkan pulau. Sekarang pulau tersebut kosong tidak berpenghuni. Yagwang yang tidak percaya dengan takhayul mengajak PD Park pergi ke pulau yang diketahui bernama Pulau Jayoung tersebut.

Sampai di pulau tersebut PD Park langsung mengatur peralatan rekam yang dibawanya. Dengan mulutnya yang tak bisa direm, Yagwang berharap sesuatu terjadi pada mereka di sana. Tayangan mereka pun mengudara secara langsung dengan judul Kutukan Sumur.

Saat gelap datang, Yagwang dan Park memulai aksinya mencari sumur tersebut. Yagwang tetap dengan sikapnya yang santai, tidak merasa takut sedikit pun dan terus bicara omong kosong. Yagwang bahkan membicarakan si kakek yang menurutnya adalah pelaku pembunuhan cucunya itu sendiri. Namun dia juga bingung dari mana si kakek mendapatkan kekuatan untuk melakukan itu.

PD Park berpendapat mungkin dia dirasuki setan dan sebagainya, tapi Yagwang merasa itu murni karena kekuatan si kakek. Tak lama Yagwang menemukan sumur yang mereka cari. Saat menyenteri sumur tersebut, Yagwang mengagetkan Park dengan berpura-pura menemukan sesuatu yang mengerikan.

Merasa berhasil mengerjai temannya, Yagwang tertawa keras hingga sebuah suara aneh terdengar oleh keduanya. Park meminta segera pergi tapi Yaghwang masih ingin di sana. Sejurus kemudian Yagwang kembali mengagetkan Park dengan pura-pura kesurupan.

Malam itu keduanya berencana tidur di sana. Park yang marah meninggalkan Yagwang menutup acaranya sendirian. Yagwang mengatakan pada para viewers-nya kalau sampai minggu depan tidak ada tayangan baru, laporkan mereka sebagai dua orang hilang.

Cerita berlanjut saat Yagwang dan Park kebingungan mencari materi untuk tayangannya. Seperti berjodoh mereka dapat rekomendasi melalui email dari seseorang dengan username WalkAlone tentang satu permainan bernama One Man Tag atau sejenis papan Ouija dari Jepang.

Yagwang membuka link yang dikirimkan dan sebuah video memperlihatkan seorang anak perempuan bernama Park Sun Young dari Serin High School tampil di layar. Sun Young sedang berada di kamar kecil di sebuah perpustakaan A+ dan hendak memainkan One Man Tag tadi, tapi Yagwang terlihat tidak tertarik dan skip beberapa kali.

Fokusnya beralih pada video call dari Park yang kepincut drone di sebuah pusat perbelanjaan. Bersamaan dengan itu terdengar suara gadis berteriak. Yagwang pun memanggil Park segera datang karena menemukan materi yang bagus untuk tayangannya. Sembari menunggu Yagwang mencari tahu tentang permainan itu di internet.

Menurut sumber yang didapat One Man Tag adalah permainan petak umpet satu orang. Jangan menyebut nama orang yang dikenal saat sedang memainkannya, kemudian bakar boneka setelah ritual selesai dilakukan. Permainan tersebut tidak direkomendasikan karena berbahaya. Yagwang lantas menemukan berita kematian siswi sekolah karena memainkan One Man Tag. 

Penasaran, mereka berdua langsung mendatangi Perpustakaan A+ yang disebut dalam video. Sayangnya perpustakaan itu tutup. Dalam perjalanan pulang mereka bertemu sekelompok siswa dari Serin High School, Yagwang pun bertanya soal gadis di video.

Salah satu siswa di sana rupanya adik dari teman gadis dalam video. Menurut salah satu siswi, perpustakaan tersebut dikutuk tapi siswa yang lain membantahnya. Tak ingin buang waktu, Yagwang membawa siswa tersebut menemui sang kakak yang sedang bekerja. Menurut kakak dari siswa itu tadi Park Sun Young jadi seperti orang gila setelah bermain One Man Tag.

Park Sun Young bermain bersama Hye Jin tapi karena Hye Jin mengambil bonekanya saat permainan One Man Tag dilakukan, Hye Jin menghilang. Menurut rumor dia dibunuh oleh Park Sun Young sebab setelah itu psikologis Sun Young seperti terganggu. Mereka pun membalaskan dendam untuk Hye Jin dengan merisak Sun Young. Akankah Yagwang dan Park mendapat jawaban memuaskan dari misteri Sun Young?

Obsesi Pemilik Channel Misteri

Obsesi Pemilik Channel Misteri

Rilis pada Oktober 2016 lalu, Hide and Never Seek (2016) bercerita tentang dua orang pengelola sebuah channel atau saluran online yang khusus menampilkan fenomena-fenomena gaib. Mereka cukup terkenal sehingga terus dituntut menyuguhkan hal-hal mengerikan. Pada akhirnya, demi memenuhi ekspektasi penonton dan pelanggan serta untuk memenuhi obsesi pribadi menjadi legenda, keduanya nekat melakukan hal yang sebelumnya sudah dilarang.

Ditonton saat ini, premis film Hide and Never Seek (2016) rasanya tidak asing. Ia mengingatkan kita pada film horor Korea Selatan fenomenal yang rilis dua tahun setelahnya, Gonjiam Haunted Asylum (2018), yaitu sama-sama berangkat dari obsesi para pemiliki saluran video online akan hal-hal gaib.

Namun, dalam eksekusinya, dua film ini berbeda jauh. Dimulai dari para pemain, Hide and Never Seek (2016) hanya melibatkan tiga karakter utama sedangkan Gonjiam sedikit lebih banyak.

Dikemas Seperti Dokumenter

Dikemas Seperti Dokumenter

Bicara alur, film berdurasi 1 jam 28 menit ini tidak terlalu rumit. Ia menggunakan alur maju dilengkapi countdown atau penghitung hari ketika memasuki scene baru. Film ini dibuat menggunakan format seperti dokumenter, pengambilan gambar sebagian besar memakai teknik close up. Menariknya sebagai film dengan kamera yang dipegang sendiri oleh sang aktor, gambar yang diambil tidak terlalu banyak shaking sehingga tetap nyaman ditonton.

Pada beberapa bagian, sinematografi cukup oke walau tidak terlalu berkesan. Kita tidak terus-terusan melihat wajah Yagwang yang selalu dari jarak dekat, melainkan juga suasana mencekam dan gelap di sekitar, mulai dari gunung hingga bangunan perpustakaan yang sudah tidak dihuni dan tidak terawat.

Film Horor yang Berisik dan Gagal Seram

Film Horor yang Berisik dan Gagal Seram

Sayangnya, sebagai film horor Hide and Never Seek (2016) relatif berisik sehinggamembuat ceritanya jadi gak seram sama sekali. Hampir sepanjang film, kita mendengar Yagwang terus mengoceh dan bicara omong kosong. Dengan karakternya yang congkak, sebagai pemilik channel hantu, Yagwang sama sekali gak bisa meyakinkan penonton bahwa liputannya menyeramkan.

Selain itu plot film ini sebenarnya agak membingungkan. Di awal kita dibuat yakin dengan petualangan Yagwang dan Park ke sebuah pulau kosong berhantu dan mencari sumur tua yang memakan korban jiwa, tapi kemudian ceritanya seperti terpotong, belum tuntas dan keduanya malah memasuki cerita baru.

Cerita baru yang mereka suguhkan pun rasanya gagal seram. Unsur misteri atau horor yang dipertontonkan hanya mengandalkan setting tempat, yaitu bangunan kosong, lembap dan tidak terawat. Seharusnya itu cukup jika pengemasan ceritanya dikonsep dengan baik, tidak sekadar mempertontonkan ruangan kosong demi ruangan kosong.

Sayangnya itu pun hanya beberapa menit menjelang usai. Sebagian besar kamu hanya akan melihat Yagwang atau DJ Glow ngoceh di depan kamera. Namun, jika kamu suka dengan film-film sejenis dokumenter dan penasaran dengan akting Ryu Deok Hwan yang cerewet gak ada salahnya nonton film ini. Tertarik?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram