bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Melodrama Critical Eleven (2017)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Critical Eleven
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dipertemukan dalam pesawat saat perjalanan ke Sydney, Anya dan Ale menjalin hubungan yang lebih serius. Mereka menikah dan pindah ke New York karena mengikuti pekerjaan Ale. Sebagai wanita karir yang mandiri, untuk urusan ini Anya merelakan hal tersebut. Tinggal di New York, Anya kerap ditinggal Ale ke luar negeri, hingga suatu hari Anya dinyatakan hamil.

Kekhawatiran Ale karena Anya hanya hidup sendiri di New York, terutama jika dia harus pergi jauh, membuat lelaki itu berpikir untuk pindah ke Indonesia. Meski awalnya ditolak, Anya menyetujuinya. Sayang, bayi yang dikandung Anya tidak bisa diselamatkan. Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka dalam film Critical Eleven (2017) karya sutradara Monty Tiwa ini? Mari simak melalui sinopsis dan ulasannya di bawah ini!

Sinopsis

Sinopsis

Dalam perjalanan bisnisnya ke Sydney Anya (Adinia Wirasti) duduk bersebelahan dengan seorang lelaki yang langsung menarik perhatianya sejak pertama. Dia adalah Ale (Reza Rahadian). Selama beberapa saat tidak ada percakapan yang berarti kecuali gesture-gesture yang menunjukkan ketertarikan antara keduanya. Hingga Anya tiba-tiba sibuk mencari ‘jimat’ yang selalu menenangkan setiap dia terbang.

Saking sibuk dan paniknya mencari benda tersebut Anya menumpahkan air ke atas celananya. Ale yang melihat itu menawarkan sapu tangan untuk bantu mengeringkan. Dari sana percakapan antara keduanya mulai terjalin. Ternyata benda yang Anya cari sudah lebih dulu ditemukan oleh Ale, yaitu miniatur dinosaurus yang Anya miliki sejak kecil.

Siapa menyangka dari pertemuan di pesawat, dari tiga menit kesan pertama, dari kesan yang ditinggalkan dalam waktu delapan menit di akhir pertemuan, keduanya menjadi dekat. Anya pun akhirnya dibawa dan dikenalkan ke keluarga Ale.

Di sana, Anya bertemu dengan kedua orangtua Ale, adik laki-laki Ale bernama Harris (Refal Hady) dan adik perempuan Ale bernama Raisa (Revalina S. Temat). Mereka makan malam bersama dalam suasana yang menyenangkan dan menyambut Anya dengan perasaan bahagia.

Setelah satu tahun berpacaran, Ale dan Anya akhirnya memasuki tahapan serius dalam hubungan mereka, yaitu pernikahan. Kehidupan baru Ale dan Anya dimulai di New York. Sebagai konsultan sukses, Anya rela melepas pekerjaannya untuk ikut bersama Ale pindah ke sana. Mereka tinggal di sebuah apartemen dengan sebuah kaca berukuran besar yang menampilkan cantiknya pemandangan kota.

Suatu hari Ale harus pergi meninggalkan Anya sendirian di New York untuk urusan pekerjaan. Sebagai istri, Anya tentu kesepian. Dia merindukan Ale hampir setiap hari. Untuk mengatasi kebosanan, Anya mulai kembali bekerja sebagai konsultan, tapi kali ini paruh waktu. Setelah menunggu sekian minggu, Ale akhirnya pulang ke New York.

Kebahagiaan pasangan ini akhirnya bertambah setelah Anya dinyatakan positif hamil oleh dokter. Ale begitu protektif terhadap istri dan janin yang dikandung Anya. Saking pedulinya dan ingin memastikan Anya baik-baik saja, Ale berpikir untuk kembali saja ke Indonesia. Pasalnya di Indonesia ada lebih banyak orang yang peduli dan bisa diandalkan untuk menolong Anya pada saat-saat dibutuhkan.

Ide Ale dinilai berlebihan oleh Anya. Perempuan itu merasa tidak masalah dengan kemandirian. Sampai suatu hari saat sedang berjalan di area taman, Anya diserempet oleh pengendara sepeda. Ale panik dan segera ke rumah sakit. Beruntung Anya hanya memar dan kandungannya baik-baik saja. Buntut dari insiden itu Ale semakin yakin dengan pilihannya untuk membawa Anya pulang ke Indonesia.

Hal ini menjadi pemicu pertengkaran antara keduanya. Masing-masing keukeuh dengan pilihannya; Ale memilih untuk mengirim Anya pulang ke Indonesia, Anya merasa baik-baik saja dan masih bisa mengendalikan semua. Topik mengenai masalah ini membuat mereka jadi lebih sering bertengkar dari sebelumnya. Akibat hal ini Ale juga terdengar mengatakan hal yang menyakitkan untuk Anya.

Cerita berlanjut ketika mereka akhirnya kembali bicara. Anya mengatakan bahwa tinggal di New York sendirian mengajarkan dia cara menata hidup. Anya puas dan bangga terhadap kemampuannya beradaptasi dengan kota sekeras New York. Pembicaraan antara mereka berlanjut saat Ale mengabarkan bahwa permohonan pindah kerjanya ke Indonesia dikabulkan oleh pihak perusahaan.

Mendengar kabar tersebut, Anya memperlihatkan ekspresi yang, membingungkan. Namun, akhirnya dia berhasil diyakinkan untuk pindah ke Jakarta. Di Jakarta, rupanya Anya kembali memulai pekerjaannya sebagai konsultan di tempat kerjanya yang lama. Suatu hari Anya menelepon Ale menceritakan bahwa dia tidak merasakan tendangan sang bayi yang ada di dalam perut. Tendangannya tidak terlalu intens seperti yang lalu-lalu.

Keluhan ini berlangsung lama dan semakin membuat Anya khawatir. Dia lantas memeriksakan kandungan dan jawaban yang disampaikan dokter sungguh di luar dugaan. Denyut jantung bayi yang dikandung Anya tidak terdeteksi.

Dokter melanjutkan bahwa kematian bayi mereka disebabkan oleh tali pusat yang tersimpul sehingga menghalangi oksigen dan gizi yang masuk ke dalam janin. Anya pun harus diinduksi malam itu untuk melahirkan bayi mereka yang sudah tidak lagi bernyawa.

Menghadapi kenyataan ini Ale dan Anya sama-sama hancur, begitu halnya dengan keluarga besar. Apalagi ketika Anya akhirnya berhasil mengeluarkan bayi yang dikandungnya.

Perasaan dan emosi Anya sebagai seorang ibu sungguh berantakan. Pun demikian dengan Ale yang terlihat sangat kehilangan. Lalu bagaimana cara Anya dan Ale melalui cobaan yang berat ini? Bisakah mereka saling menguatkan atau justru sebaliknya?

Bersiap Kecewa dengan Penulisan Naskah

Bersiap Kecewa dengan Penulisan Naskah

Berdurasi sekitar 135 menit, film ini dibuat berdasarkan novel karya Ika Natassa berjudul serupa. Kehadirannya menambah daftar film-film Indonesia yang mengangkat tema pernikahan dan segala rupa permasalahannya. Premis cerita Critical Eleven (2017) bukan sesuatu yang rumit melainkan cukup dekat dengan kehidupan pasangan muda di mana pun, yaitu mengenai kehilangan buah hati.

Ide demikian sayangnya dieksekusi melalui alur cerita yang rasanya lumayan lambat terutama karena pada beberapa bagian, pasangan utama dalam film ini dibiarkan tanpa dialog berarti.

Dialog antara Anya dan Ale yang seharusnya menjadi atraksi menarik untuk memainkan emosi dalam film hanya terlihat di awal, itu pun tidak terlalu mengesankan dan banyak karena alur seperti sengaja diringkas agar bisa segera sampai ke konflik utama yaitu Anya kehilangan bayinya.

Pada fase-fase penting ketika keduanya terlibat kesalahpahaman pun tidak ada juga percakapan yang membekas di hati atau sesuatu yang menyentuh. Mengingat skenarionya ikut ditulis oleh Ika Natassa sendiri, script dalam film ini terhitung mengecewakan.

Plot Hole Bikin Gemas

Plot Hole Bikin Gemas

Walau tidak terlalu banyak, pada beberapa bagian Anda akan menemukan plot hole yang bikin gemas. Salah satunya bisa Anda temukan dalam scene ketika Anya menangis setelah mendengar cerita Agnes (Astrid Tiar) mengenai kehamilannya.

Sebagai sahabat, Agnes dan Tara yang juga ada di sana tentu menenangkan. Anya kemudian mengatakan bahwa pertengkaran antara dirinya dengan sang suami seharusnya bisa selesai karena Ale pun sudah lebih pengertian dan merasa bersalah. Namun, pernyataan Anya ini tidak didukung oleh scene yang memperlihatkan perubahan besar dari sikap Ale.

Hampir tidak ada scene yang mempertontonkan usaha Ale untuk bicara atau menjelaskan dan minta maaf pada Anya. Anda hanya akan menemukan sedikit gesture ketika Ale mengusap pundak Anya. Alhasil, kesedihan Anya yang dipertontonkan melalui adegan menangis itu pun terasa lewat begitu saja. Tidak ada emosi yang tertinggal untuk bisa dinikmati para penonton.

Chemistry Reza dan Adinia yang Bisa Diandalkan

Chemistry Reza dan Adinia yang Bisa Diandalkan

Beruntungnya film Critical Eleven (2017) ini dibintangi oleh Reza Rahadian dan Adinia Wirasti. Pasalnya walau tanpa bantuan naskah-naskah penuh drama atau narasi yang asyik didengar, chemistry mereka terasa cukup kuat. Dalam adegan saling mendiamkan atau minim dialog pun, Anda bisa merasakan emosi yang terhubung antara keduanya.

Karakter Anya yang mandiri dan kuat mampu dibawakan oleh Adinia Wirasti dengan meyakinkan. Begitu pun Reza Rahadian yang bisa pas dengan karakter Ale yang emosional dan ekspresif. Keduanya cocok berperan sebagai pasangan muda yang masing-masing memiliki kesamaan kesedihan.

Selain itu terdapat scene-scene dalam Critical Eleven (2017) yang menyuguhkan sinematografi cantik. Dengan pengambilan gambar yang pas, seperti ketika Ale berada di area pengeboran tengah laut dan sinar matahari yang membentuk siluet tubuhnya, film jadi lebih dramatis. Penasaran dengan keseluruhan jalan cerita film ini? Ia akan cocok disaksikan di akhir pekan bersama pasangan. Agendakan ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram