bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Netflix Asal Norwegia, Cadaver

Ditulis oleh Yanyan Andryan
Cadaver
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Bagi kalian penyuka film-film bergenre thriller, film Cadaver dari Norwegia ini bisa jadi tontonan yang bisa dicoba dikala waktu senggang. Film Cadaver ini bisa disaksikan di situs streaming Netflix, dan sudah dirilis sejak tanggal 22 Oktober 2020 kemarin.

Selain menawarkan nuansa thriller yang cukup menegangkan, film ini juga berkonsepkan latar dunia paska apokaliptik. Cadaver bisa dibilang mencoba untuk menawarkan paket thriller lengkap dengan membawa unsur horror, gore, hingga dramanya.

Untuk yang merasa penasaran dengan film ini, kalian bisa menyimak pembahasan filmnya yang akan diulas oleh Bacaterus di bawah ini. Berikut adalah ulasan selengkapnya.

Sinopsis

film cadaver

Serangan bom nuklir yang dahsyat membuat kondisi dunia berada dalam titik memprihatinkan. Akibat peristiwa itu banyak orang mati secara mengenaskan karena kelaparan. Di Norwegia, sekelompok masyarakat yang selamat mencoba sekeras mungkin untuk bertahan hidup dari rasa lapar, dan cuaca dingin yang menusuk tubuh.

Leonora, Jacob, beserta anak perempuan mereka, Alice, adalah salah satu keluarga yang masih bertahan hidup di wilayah Norwegia. Mereka tinggal di sebuah rumah dengan kondisi yang sudah tidak terawat lagi. Situasi mengenaskan ini membuat keluarga tersebut harus mencari sumber makanan agar tidak mati kelaparan.

Di suatu hari, seorang pemilik hotel bernama Mathias mengundang orang-orang yang kelaparan datang ke tempatnya untuk acara makan malam dan menyaksikan pertunjukan teater. Keluarga Leonora beserta masyarakat lainnya kemudian pergi ke hotel untuk memenuhi undangan dari Mathias.

Mereka yang datang sebenarnya tidak terlalu peduli tentang pertunjukan teaternya. Mereka pergi ke hotel karena hanya ingin makan enak secara gratis. Sesampainya di hotel, keluarga Leonora dan yang lainnya disambut dengan baik oleh Mathias.

Pelayan kemudian datang membawa makanan yang paling enak, dan mereka diperlakukan layaknya tamu hotel secara hangat. Leonora, Jacob, dan Alice terlihat sangat lahap menyantap semua makanan yang dihidangkan. Semua orang yang berada di hotel nampak merasa senang dan bahagia karena sudah lama tidak merasakan makanan-makanan yang lezat.

Setelah acara makan malam selesai, Mathias lalu memberitahu kepada pengunjung bahwa pertunjukan teater akan dimulai. Ia mengatakan jika setiap ruang dalam hotelnya merupakan panggung teater yang di dalamnya terdapat para aktor yang sedang berakting.

Leonora, Jacob, dan Alice, serta yang lainnya lalu menggunakan topeng emas untuk membedakan aktor dan pengunjung. Mereka lalu memakai topeng dan berkeliling ke seluruh ruangan hotel untuk melihat cerita yang akan disajikan.

Pada awalnya, keluarga Leonora terlihat begitu asyik menonton setiap adegan yang disajikan. Mereka masuk dari satu ruang ke ruangan lainnya hanya untuk mengikuti alur ceritanya. Tapi, masalah pun mulai terjadi ketika para pengunjung yang datang mulai menghilang satu persatu secara misterius.

Jeritan menyeramkan pun mulai menggema di setiap ruangan. Leonora, dan Jacob mulai panik saat Alice pun ikut menghilang dari mereka. Sejak saat itu, keduanya merasa bahwa acara pertunjukan teater ini terasa janggal, dan mereka berusaha mencari keberadaan Alice.

Hotel Misterius Membawa Malapetaka

Hotel Misterius Membawa Malapetaka

Cerita dalam film Cadaver akan membawa kita untuk bersimpati terhadap keluarga Leonora yang mesti bertahan hidup dari berbagai macam hal yang mengancam mereka. Bukan hanya kelaparan dan cuaca dingin saja, mereka pun mesti bersembunyi dari orang-orang yang memilih untuk jadi jahat agar bisa tetap hidup juga.

Di awal film ini kita akan diperlihatkan betapa tragisnya situasi akibat ledakan nuklir yang terjadi. Mayat-mayat manusia tergeletak begitu saja di jalanan seperti bangkai binatang. Gambaran seperti itu tentu membuat nuansa film ini semakin mengerikan, tragis, hingga menjanjikan sebagai sebuah tontonan yang menarik.

Realitas naas tersebut menjadi adegan pembuka yang mumpuni, dan langsung membawa kita untuk larut mengikuti bagian selanjutnya. Rasa ketegangan mulai dibangun sedari awal, dan cara itu ternyata cukup efektif membuat penonton penasaran dengan alur cerita dalam film ini.

Ceritanya semakin misterius ketika Mathias mengundang keluarga Leonora, dan para penyintas lainnya untuk makan malam, serta menonton pertunjukan teater di hotelnya. Penonton mungkin bisa menebak jika Mathias bukanlah orang baik yang muncul begitu saja mempersilahkan para penyintas untuk makan enak di hotelnya.

Ada niat jahat dan mengerikan yang tentunya dibawa karakter Mathias kepada mereka. Rasa curiga yang disematkan penonton kepada Mathias adalah hal yang wajar, mengingat sikap serta raut wajahnya yang begitu intimidatif serta mencurigakan.

Oleh karena itu, maka tak heran jika kita yang menontonnya langsung memilih Mathias sebagai karakter antagonisnya. Tapi, Mathias rasanya kurang ditampilkan lebih banyak, dan karakternya digambarkan tidak terlalu ‘keji’ serta membahayakan.

Sebagai pemilik hotel yang misterius, ia tidak mempunyai latar belakang yang bisa diketahui oleh kita yang menontonnya. Informasi tentang dirinya hanya diperlihatkan sedikit, dan bahkan ditampilkan oleh sebuah koran yang memberitakan bahwa dirinya telah kehilangan putrinya yang tewas.

Selain itu juga, konsep hotel milik Mathias diperlihatkan sebagai tempat yang menyimpan banyak hal-hal janggal. Sudut-sudut ruangan hotel mempunyai pintu rahasianya masing-masing, dan bisa memantau pergerakan para penyintas. Seluruh ruang dalam hotel ini disulap menjadi panggung sandiwara yang bisa menjebak para penyintas yang sedang menonton pertunjukan teater.

Saat pertunjukan teater dimulai, dan para penyintas mulai berkeliling ruangan hotel, kita yang menontonnya pun seolah dibuat rasa gelisah serta takut juga. Khawatir bahwa akan muncul kejutan-kejutan atau jumpscare yang tidak diinginkan. Momen-momen itu untungnya digantikan dengan jeritan-jeritan yang cukup bisa membuat bulu kuduk merinding.

Cukup Menegangkan, Tapi Nanggung dan Kurang Klimaks

Cukup Menegangkan, Tapi Nanggung dan Kurang Klimaks

Film ini memang membawa konsep cerita yang menarik, namun unsur horror mencekam yang sudah dibangun dari awal malah melemah memasuki babak-babak akhir. Kita juga akan mengetahui bahwa daging yang dimakan oleh para penyintas saat makan malam merupakan daging manusia yang dibunuh oleh algojo-algojo suruhan Mathias.

Para penyintas yang menghilang diculik oleh para algojo, dan dibawa ke dapur untuk dipotong seluruh anggota badannya. Meski terlihat menyeramkan, namun tidak ada adegan gore yang memperlihatkan kekejaman algojo dalam memburu para penyintas. Momen yang harusnya terlihat mengerikan malah dibuat datar, kurang menarik sehingga tidak memberikan kesan berarti.

Konten gore seharusnya menjadi bagian dalam film thriller, tapi sayangnya film ini kurang maksimal memanfaatkan aspek tersebut. Padahal, Cadaver sudah mempunyai pondasi yang kuat sedari awal, tapi elemen horor yang mencekam tidak dieksekusi dengan cermat.

Plot twist yang ditawarkan dalam film ini pun tidak rapih, dan kurang jelas penceritaannya. Ending yang kurang klimaks ini membuat kita yang menontonnya terasa geregetan sendiri, dan merasa tidak puas dengan penyelesaian ceritanya.

Beberapa Karakter Antagonis Kurang Dieksplorasi

Beberapa Karakter Antagonis Kurang di Eksplorasi

Di pertengahan film Cadaver ini kita akhirnya dapat mengetahui semua kejanggalan yang ada di hotel milik Mathias. Sosok-sosok antagonis pun mulai muncul dengan hadirnya para algojo-algojo bertubuh besar yang menculik para penyintas. Mereka tak segan-segan membunuh semua pengunjung yang bertopeng, dan memutilasi tubuh korbannya untuk dijadikan hidangan makan malam.

Kehadiran para algojo pada awalnya cukup mengerikan, dan menjanjikan sebuah karakter kuat yang meneror semua penyintas. Namun, hal itu tidak dieksplorasi dengan baik karena pada akhirnya mereka hanya lewat begitu saja. Mereka muncul di momen-momen tertentu, tidak berkonfrontasi secara maksimal dengan karakter utamanya.

Selain mereka, aktor-aktor yang bekerja untuk hotel pun rasanya tidak terlalu memberikan efek berarti setelah masuk di pertengahan film. Selebihnya, mereka terlihat sebagai karakter-karakter yang berusaha mengganggu keluarga Leonora.

Para aktor dan algojo yang digambarkan sebagai sosok antagonis ternyata tidak mengenal satu sama lain. Bahkan, ada adegan dimana satu algojo membunuh aktor yang dijebak menggunakan topeng emas. Sosok antagonis yang dihadirkan terlalu menumpuk, dan kehadirannya terasa kurang signifikan dalam memberi efek kejut.

Secara keseluruhan, Cadaver membawa konsep cerita thriller yang baik sebenarnya lewat pendekatan dunia apokaliptik, hingga konsep hotel misterius yang mencekam. Akan tetapi sekali lagi, film ini terlalu singkat, dan kurang sadis serta gore untuk sebuah film bernuansakan thriller, horor, dan drama.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram