showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film A World Without (2021)

Ditulis oleh Suci Maharani R
A World Without
2
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Di penghujung tahun 2021 para pencinta film Indonesia dikejutkan dengan film berjudul A World Without (2021). Film yang ditayangkan di Netflix ini trending di berbagai media sosial, pasalnya filmnya sangat berbeda dari kebanyak film Indonesia. Belum lagi film yang disutradarai oleh Nia Dinata ini bertabur bintang ternama dan berbakat, seperti Chicco Jerikho, Ayushita hingga Amanda Rawles.

Film ini mengambil latar kehidupan manusia pasca terjadinya Covid-19, dimana angka kelahiran menurun dan krisi terjadi di mana-mana. Meski viral ternyata film yang diproduksi langsung oleh Netflix Indonesia ini mendapatkan rating 3.8 di IMDb. Kira-kira apa sih yang membuat film A World Without (2021) mendapatkan rating rendah?

Makannya kali ini kita akan mencari tahu lebih dalam lagi mengenai film A World Without (2021). Jangan sampai ketinggalan, kamu bisa membaca reviewnya di bawah ini.

Baca juga: Sinopsis dan Review Film Indonesia Mariposa (2020)

Sinopsis

Sinopsis

Keadaan Indonesia pasca dilanda pandemi Covid-19 memang mengkhawatirkan, karena banyak kerusakan yang terjadi. Limbah sampah mencemari laut dan darat, bahkan angka kelahiran anak semakin menurun berbanding dengan angka kematian.Tapi ada sebuah organisasi yang menjadi harapan banyak anak muda untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

The Light adalah organisasi yang akan mempertemukan anak-anak muda berusia 17 tahun dengan pasangan mereka. Sebuah sistem yang disebut matchmaking (perjodohan), tapi sistem ini juga melatih keterampilan para remaja selama satu tahun. The Light sendiri di pimpin oleh pasangan suami istri, Ali Khan yang sering disebut sebagai “Yang Istimewa”.

Sementara sang istri bernama Sofia Khan, merupakan pemilik brand kecantikan ternama bernama Sofia Beauty. Ali Khan sendiri adalah mastermind yang menemukan sistem matchmaking, bahkan ia bertemu dengan istrinya karena program ini semasa kuliah.

The Light bisa dikatakan organisasi yang cukup tegas, di mana semua aturannya jelas dan wajib untuk dipatuhi tapi mereka memiliki fasilitas yang lengkap.

Tiga sahabat yang terdiri dari Salina, Tara dan Ulfah berhasil masuk dan bergabung dengan The Light yang sangat mereka impikan.

Ketiga gadis ini menikmati kehidupan mereka selama di The Light, Salina berkonsentrasi dalam bidang content creator. Tara memilih untuk meningkatkan bakat dan minatnya dalam bidang kecantikan dan menjadi orang kepercayaan memegang Sofia Beauty.

Sementara Ulfah memilih untuk belajar di bidang bisnis, dimana gadis ini memfokuskan diri dengan membuka toko. Hingga suatu hari Ulfah mendapatkan giliran batch perjodohan, gadis ini di jodohkan dengan seorang pria bernama Hafiz. Tentu saja pernikahan Ulfah dengan Hafiz membuat kedua sahabatnya bahagia, tapi khusus untuk Salina ia merasa patah hati.

Pasalnya Salina dan Hafiz memiliki hubungan khusus, selama mereka mengerjakan proyek content creator bersama. Tapi Salina merelakan hal ini, gadis ini memilih untuk berusaha move on dan fokus dengan projek dokumenter narsis “Yang Istimewa Ali Khan”.

Dalam proses pembuatan dokumenter ini Salina mulai mengenal lebih dalam pasangan Ali dan Sofia Khan. Kisah mereka yang kehilangan anak hingga rencana perjodohan untuk Tara dengan Aditya, putra seorang politisi dan investor The Light.

Keanehan terus saja muncul ketika Salina tidak sengaja melihat Pak Frans memberikan koper berisi uang hingga rencana dirinya dinikahkan dengan Ali. Hal ini bertujuan agar Ali bisa mendapatkan keturunan, karena Sofia tidak bisa memberikannya anak.

Salina yang tahu akan hal ini ketakutan, bahkan gadis ini mendapatkan bukti lainnya atas kejanggalan yang ada di The Light.

Dalam ketakutan Salina berusaha membawa kedua temannya untuk kabur, apalagi Tara juga mendapatkan KDRT dan hampir di perkosa oleh orang suruhan suaminya. Bermodalkan keberanian dan privilege yang dimiliki Tara, ketiganya berusaha kabur dari The light.

Kegagalan Nia Dinata Mengeksekusi Filmnya

Kegagalan Nia Dinata Mengeksekusi Filmnya

Tidak bisa di pungkiri ketika menonton A World Without (2021) saya menyukai premis yang di angkat. Bisa dikatakan film ini membungkus premis klasik soal perjodohan dengan gaya yang berbeda dan terasa lebih modern, dimana perjodohan, kini memakai sebuah sistem yang di kembangkan oleh seorang ilmuan tampan dan hits di kalangan anak muda.

Tapi yang menjadi poin penting dan krusial adalah film ini mengambil latar belakang masa depan setelah wabah Covid-19. Jadi para perempuan dan laki-laki yang akan menginjak usia 17 tahun di bawa ke sebuah tempat khusus untuk mengembangkan diri.

Anak-anak ini akan menjadi standar dalam kehidupan rumah tangga dan sosial pasca covid, tapi teknologinya sudah sangat maju.

Sayangnya bagi saya semua premis ini gagal dieksekusi oleh Nia Dinata, sebagai sutradara dan penulis skenarionya. Pasalnya saya merasa Nia Dinata tidak memiliki imaginasi yang pas untuk menggambarkan premis cerita yang diangkat.

Saya tidak tahu apa tujuan Nia Dinata akan premis ini, penggarapannya juga seakan ia tidak memiliki imaginasi untuk menunjukkan kehidupan di masa depan.

Sebagai produser Nia Dinata gagal memvisualkan premis yang ada, bahkan skenarionya juga hancur total. Kerjasama antara Nia Dinata dan Lucky Kuswandi, sangat disesalkan berakhir dengan sebuah kegagalan.

Padahal keduanya bukan pertama kalinya bekerjasama, mereka sudah pernah bekerjasama sebagai penulis dan sutradara di beberapa film ternama.

Hasrat Nia Dinata memvisualkan masa depan, berkahir nihil dengan properti seadanya yang bernuansa futuristik. Saya merasa mungkin kah Nia Dinata tidak memahami cerita yang ia tulis sendiri atau ia kesulitan untuk memvisualkannya karena keterbatasan properti.

Tak hanya itu, saya sendiri penasaran kenapa Netflix bisa meloloskan film seperti ini? apakah kualitas mereka sudah menurun?

Ditulis Bergenre Sci-Fi, Tapi di Bagian Mananya?

Ditulis Bergenre Sci-Fi, Tapi di Bagian Mananya?

Sejak pertama mendengar akan film A World Without (2021), jujur saya saya penasaran sekali. Apalagi ketika melihat IMDb, film ini dituliskan bergenre Sci-Fi yang jarang di temukan di film Indonesia.

Sayangnya rasa penasaran yang saya miliki berbanding terbalik dengan kualitas dari filmnya. Pasalnya film ini benar-benar gagal untuk membuat saya terpesona, bisa dikatakan gagal total.

Genre sci-fi yang dituliskan dalam IMDb, bagi saya menjadi bualan mengenai film A World Without (2021). Pasalnya saya tidak merasakan adanya keterkaitan antara pengaruh dari sains dan teknologi yang dikembangkan di film ini.

Jika saya berpikir secara sempit, apakah sci-fi diambil dari sistem matchmaking yang digunakan untuk mencari pasangan yang cocok?

Saya tidak berpikir sistem matchmaking yang di buat Ali Khan merupakan sebuah sains dan teknologi yang luar biasa. Bagi saya sistem matchmaking buatan Ali Khan tidak lebih dari upgrade dari aplikasi perjodohan seperti Tinder dan Tantan.

Terlebih lagi kita juga tidak diperlihatkan bagaimana Ali Khan bisa membuat sebuah sistem yang bisa memasangkan dua orang.

Sistem pemilihannya seperti apa, kriteria orang yang bisa mengikuti sistem ini seperti apa, hingga value yang digunakan untuk mendapatkan kecocokan.

Hal ini tidak ada dalam film, mereka hanya disebutkan cocok, tanpa tahu apa yang membuat mereka cocok dan tidak cocok. Belum lagi konspirasi untuk memanipulasi hasil dari sistem matchmaking, makin membuat bingung.

Bagi saya semua hal di atas belum masuk dalam kategori sci-fi, karena jika dilihat film ini hanya visualisasi dari orang yang ikut program perjodohan. Bahkan alat-alat modern yang futuristik, bagi saya juga bukan bagian yang pantas untuk di sebut sci-fic. Bagi saya film ini hanya film yang bergenre romance, misteri dan persahabatan saja.

Banyak Isu Sosial yang Diangkat, Tapi Malah Jadi Plot Hole

Banyak Isu Sosial yang Diangkat, Tapi Malah Jadi Plot Hole

Awalnya saya menyukai bagian pembuka dari film ini, karena terasa strong dengan konflik lingkungan yang dinaikkan. Menggabungkan wabah Covid-19 dengan masalah kerusakan lingkungan dan alam, hal ini membuat kesana awalnya bikin excited. Tapi saya merasa banyak hal yang kurang masuk akan dan menimbulkan banyak plot hole.

Latar tahun 2030 yang diambil bagi saya bukanlah masa depan yang akan memberikan perbedaan signifikan. Pasalnya 10 tahun bisa dikatakan terlalu cepat untuk membuat Indonesia menjadi begitu maju, tapi alamnya dalam keadaan rusak.

Bahkan kehidupan di luar The Light terlihat normal, jadi premis alam rusak dan angka kelahiran turun itu sepertinya tidak benar.

Selanjutnya siapa itu Ali Khan dan bagaimana ia menemukan sistem matchmaking? Saya merasa karakternya yang di sebut “Yang Istimewa” nyatanya tidak se istimewa itu.

Mastermind yang harusnya menjadi troublemaker, tidak lebih dari pria ambisius, egois dan emosional. Tapi saya juga bingung, apa yang membuatnya menjadi ambisius dengan The Light? Apa yang ingin di tujunya bersama Sofia.

Konflik-konflik kecil lainnya juga muncul satu persatu, sayangnya bukan menambah intensitas tapi malah bikin esensi ceritanya hilang arah.

Pasalnya ada masalah rumah tangga, cinta tidak terbalas, keturunan, perselingkuhan, KDRT hingga suap. Bahkan kesan The Light sebagai komunitas tertutup yang ketat, berakhir menjadi sebuah organisasi yang di isi oleh orang bodoh yang bisa di tipu anak-anak.

Semua isu yang di angkat di ceritakan hanya sepenggal-sepenggal, makannya terasa kagok. Belum lagi editingnya juga tidak kalah mengecewakan, beberapa kali blank hitam muncul selama beberapa detik.

Belum lagi melihat pori-pori dan jerawat dari para pemerannya, jujur saja merusak estetika filmnya. Bukannya body shaming, tapi memakai filter agar film nyaman di tonton bukanlah hal yang salah. 

Inilah review saya setelah menonton film A World Without (2021), sebuah film yang di produksi oleh Netflix Indonesia. Bagi saya film ini merupakan film Indonesia yang paling buruk di tahun 2021, padahal premisnya terkesan fresh.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram