bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw
3.1
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika virus mematikan diperebutkan oleh organisasi kejahatan berteknologi canggih, CIA menghadirkan dua sosok tangguh untuk mendapatkan virus itu dari tangan agen MI6 yang melarikan diri.

Rivalitas antara dua jagoan ini mewarnai petualangan mereka mengamankan virus tersebut supaya tidak menyebar hanya dalam waktu yang terbatas dan dibayangi kejaran para penjahat.

Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw adalah film action yang menjadi spin-off pertama dari franchise Fast & Furious dengan arahan dari sutradara David Leitch yang dua film action besutannya sebelum ini menuai banyak pujian, yaitu Atomic Blonde (2017) dan Deadpool 2 (2018).

Film ini dirilis oleh Universal Pictures pada 2 Agustus 2019 setelah sebelumnya tayang perdana di Dolby Theater pada 13 Juli 2019.

Memadukan Dwayne Johnson dan Jason Statham sebagai pasangan pembela kebenaran sudah lama menjadi impian para pecinta film action.

Setelah berbeda kubu di film The Fate of the Furious (2017), kali ini mereka dijadikan duet maut oleh CIA yang dibintangi oleh Ryan Reynolds. Sudah pasti kita menantikan sedahsyat apa adegan action yang disuguhkan, tapi sebelum menontonnya simak review berikut ini.

Sinopsis

Fast & Furious Presents Hobbs & Shaw
  • Tahun: 2019
  • Genre: Action, Thriller, Adventure
  • Produksi: Chris Morgan Productions, Seven Bucks Productions, Universal Pictures
  • Sutradara: David Leitch
  • Pemeran: Dwayne Johnson, Jason Statham, Idris Elba, Vanessa Kirby

Di London, sekelompok agen MI6 mengambil virus mematikan dari tangan organisasi teroris berbasis teknologi bernama Eteon. Brixton Lore, salah satu agen andalan Eteon, mencoba menghalangi rencana ini.

Salah satu agen wanita berhasil meloloskan diri setelah sebelumnya menyuntikkan virus tersebut ke tangannya. Dia kemudian difitnah telah membunuh rekan-rekannya dan menjadi buronan.

CIA kemudian menghubungi Luke Hobbs di Amerika dan Deckard Shaw di Inggris untuk melakukan pengejaran dan mengambil kembali virus tersebut. Setelah dipertemukan, mereka tidak mau bekerjasama dan berjalan masing-masing.

Shaw ke apartemen sang agen hanya untuk berjibaku dengan para tentara Eteon, sedangkan Hobbs berhasil menangkap sang agen dan membawanya ke kantor CIA.

Shaw menyusul ke kantor CIA dan membuka jati diri sang agen yang ternyata adalah adiknya, Hattie Shaw. Tiba-tiba Brixton dan pasukannya meledakkan gedung dan menculik Hattie.

Hobbs dan Shaw bertarung menyelamatkan Hattie dan berhasil lolos dari kejaran Brixton setelah melalui aksi kebut-kebutan maut di jalan raya. Setelahnya, mereka bertiga difitnah sebagai teroris oleh Eteon yang berkuasa atas media.

Mereka kemudian berhasil menemukan profesor yang menciptakan virus ini dan meminta cara agar bisa memindahkan virus dari tubuh Hattie.

Sang profesor memberitahu akan adanya sebuah alat yang bisa menyedot seluruh virus itu yang hanya ada di fasilitas Eteon di Chernobyl, Ukraina. Mereka berangkat ke sana dengan menggunakan identitas dan paspor palsu.

Dengan rencana dari Hattie dan Deckard, serta bantuan rekan Deckard di Moskow, mereka berhasil menyelinap ke dalam fasilitas Eteon. Mereka berhasil mengambil alat itu dan melarikan diri.

Tapi sayangnya, alat itu rusak dalam usaha mereka meloloskan diri dari kejaran Brixton. Kebingungan akan langkah selanjutnya, Luke mengajak mereka ke tanah kelahirannya, Samoa.

Saudara Luke yang bernama Jonah adalah seorang teknisi yang diharapkan bisa membetulkan kembali alat penyedot virus itu sebelum waktunya habis.

Luke juga meminta maaf kepada seluruh keluarganya atas kejadian di masa lalu dan meminta mereka membantunya mempertahankan diri dari serangan Brixton dan pasukannya yang kemungkinan besar bisa melacak keberadaan mereka.

Bagaimana cara Luke dan keluarganya bertahan di pulau itu hanya dengan menggunakan senjata-senjata tradisional? Apakah alat itu bisa dibetulkan dan menyelamatkan nyawa Hattie?

Pasti penasaran dengan pertarungan besar di akhir filmnya, kan? Oleh karena itu, tonton filmnya sampai habis untuk mendapatkan jawabannya.

Duet Maut yang Dinanti

Duet Maut yang Dinanti

Siapa yang tidak kenal dengan dua bintang action papan atas yang menjadi pemeran utama di Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw ini? Tentu saja kita semua mengenalnya lewat film-film action mereka yang sangat populer.

Ketika mereka bertemu dan berseteru di film The Fate of the Furious (2017), tentunya kita berandai-andai apabila mereka berpadu melawan kejahatan.

Dan harapan kita pun terkabulkan lewat film yang menjadi spin-off pertama dari franchise Fast & Furious ini. Dwayne Johnson dan Jason Statham langsung turun tangan sebagai salah satu produser bersama penulis naskah Chris Morgan dan aktor Hiram Garcia yang berperan sebagai kakak dari Luke.

Apa yang kita ingin lihat dari duet ini? Tentu saja perseteruan dan adegan aksi yang seru. Dan semua itu ditampilkan dengan baik oleh sutradara David Leitch.

Film ini dibalut dengan sinematografi yang baik dengan pergerakan kamera yang dinamis ini. Seluruh elemen film-film action, yang seolah tampil seperti rutinitas, disuguhkan dalam porsi besar.

Adegan perkelahian keras dan kasar, car chase yang seru dan menegangkan, ledakan-ledakan dahsyat dan perusakan fasilitas umum, adalah beberapa elemen wajib yang harus ditampilkan dalam film-film action.

Dan ditambah lagi, sebagai bagian dari franchise tentang balapan mobil, tentu saja pameran mobil-mobil canggih dengan modifikasi mutakhir harus dihadirkan.

Jejak Rekam David Leitch yang Fantastis

Jejak Rekam David Leitch yang Fantastis

Bisa dibilang, sutradara baru ini langsung tancap gas di dunia perfilman dan langsung bersinar sebagai salah satu sineas spesialis film action papan atas.

Mantan stuntman ini pertama kali angkat nama sebagai sutradara John Wick (2014), meski tidak dicantumkan namanya, yang sebagian besar membesut adegan action yang keras dan cepat yang menjadi ciri khas franchise John Wick.

Kemudian Leitch mematenkan namanya di film Atomic Blonde (2017) yang memiliki adegan action sekelas John Wick, hanya kali ini jagoannya wanita.

Lalu dia dipercaya menggarap film Deadpool 2 (2018) yang melanjutkan performa apik Ryan Reynolds dalam mengusung karakter terbaik sepanjang karirnya tersebut. Jadi wajar jika kemudian Leitch dipercaya membesut film Hobbs & Shaw ini.

Kadar aksi di film terbarunya ini berada di atas ketiga film karyanya tadi, tentu dengan bantuan special effects yang rapih dan detail, sehingga semua adegan aksi yang dahsyat itu bisa tampil meyakinkan dan mencengangkan, meski beberapa diantaranya tidak masuk di akal.

Ditambah lagi dengan adegan pekelahian dalam efek slow motion, membuat film ini terasa lengkap sebagai film action modern.

Selain itu, Leitch juga sangat jeli dalam mengarahkan para aktornya. Kita sudah tahu bagaimana pedasnya ejekan dari mulut Johnson dan Statham di sepanjang film yang menjadi box-office dengan pendapatan sejumlah $173 juta ini.

Tapi jangan lupakan betapa kharismatik dan tangguhnya Idris Elba sebagai sosok antagonis dan betapa mempesonanya Vanessa Kirby dengan kegesitannya dalam berkelahi.

Kental Akan Nuansa Sci-Fi

Kental Akan Nuansa Sci-Fi

Tapi ada satu hal yang membedakan film Hobbs & Shaw ini dari film lainnya dalam franchise Fast & Furious, yaitu elemen science-fiction yang terlalu kental.

Jika sebelumnya kita berada di dunia nyata lewat deretan film-film dari franchise ini, maka kali ini kita seolah berada di dunianya para superhero, apalagi dengan penampilan Brixton yang menganggap dirinya sebagai “Black Superman.”

Kesan mustahil dan mengawang-awang ini sedikit banyak mengurangi feel kita dalam menontonnya, meski kita tetap akan terkesan dengan banyaknya adegan action beroktan tinggi di film ini.

Bayangkan saja, bagaimana caranya melawan pasukan bersenjata mutakhir dengan alat perang tradisional? Tapi tentuya, Luke dan Deckard pasti menemukan cara untuk mengalahkan musuh-musuhnya.

Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw memang masih mengusung elemen-elemen yang menjadi ciri khas franchise utamanya, hanya saja nuansa sci-fi dengan teknologi canggih hampir membuat film ini keluar jalur jika tidak ditolong oleh performa apik dan tangguh dari keempat pemeran utamanya.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram