bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Enemy at the Gates (2001)

Ditulis oleh Aditya Putra
Enemy at the Gates
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika sebuah negara melakukan invasi ke negara lain, pergerakan akan dimulai perlahan. Pergerakan itu nggak selalu teratur, melainkan melihat dari kondisi. Ada pertimbangan dari segi persenjataan serta fungsi daerah itu untuk kepentingan dalam jangka panjang.

Kondisi wilayah yang paling lemah pertahanannya akan jadi yang paling rentan untuk diinvasi terlebih dahulu.

Perang dunia kedua dikenal karena banyaknya jumlah korban yang tewas. Di benua Eropa pun perang bergejolak dengan pertarungan antara Nazi berserta sekutu melawan Uni Soviet.

Salah satu wilayah yang berubah menjadi medang perang adalah Stalingrad yang kini berubah nama jadi Volgograd. Film Enemy at the Gates mengadaptasi cerita itu. Ini dia sinopsis dan review filmnya.

Sinopsis

sinopsis enemy at the gates_

Ketika Vasily Zaitsev masih kecil, kakeknya mengajari dia cara menggunakan senapan di Pegunungan Ural. Pada tahun 1941, Vasily yang sudah dewasa bergabung dengan Red Army, pasukan tentara Rusia. Setahun kemudian, dia terjun langsung dalam Pertempuran Stalingrad.

Ketika berperang, dia bersembunyi dengan Comissar Danilov di antara tumpukan mayat. Dengan cerdik, Vasily berhasil menembak mati enam anggota Nazi.

Nikita Khruschev, sekretaris Partai Komunis Soviet datang ke Stalingrad untuk menyiapkan rencana mempertahankan kota itu dari Nazi. Dia meminta kepada anggota militer agar bisa menaikan moral para tentara.

Danilov mengatakan bahwa para tentara membutuhkan contoh yang kelak akan diikuti jejaknya. Dia menyarankan para tentara mencontoh Vasily. Kabar Vasily membunuh Nazi kemudian tersebar sampai beritanya dimuat di surat kabar.

Vasily dimasukan dalam divisi sniper dan berteman dengan Danilov. Keduanya menyukai wanita yang sama, Tania Chernova, seorang warga Stalingrad yang berjuang dalam pergerakan milisi.

Karena khawatir akan keselamatan Tania, Danilov memindahkan tugas Tania ke divisi intelijen. Di sana Tania bertugas untuk memantau percakapan radio tentara Nazi.

Kehebatan Vasily sebagai sniper sampai ke telinga Konig, seorang mayor Nazi. Konig yang merupakan kepala sekolah sniper akhirnya pergi langsung ke Stalingrad.

Dia ditugaskan untuk membunuh Vasily untuk meruntuhkan moral tentara Soviet. Dia menjebak rekan-rekan Vasily sampai tewas tapi Vasily berhasil meloloskan diri.

Berita kedatangan Konig ke Stalingrad langsung direspon oleh Red Army dengan menugaskan mantan murid Konig, Koulikov, untuk membantu Vasily. Sayangnya, Konig terlalu pintar bagi Koulikov dan berhasil membunuhnya. Vasily semakin terguncang karena mengetahui betapa hebatnya Konig sebagai seorang sniper.

Sasha, seorang anak laki-laki Soviet, menjadi double agent bagi Soviet sekaligus Nazi. Dia mengirim kabar tentang keberadaan Vasily pada Konig. Padahal, kabar itu palsu dan merupakan upaya Vasily untuk menjebak Konig.

Vasily berhasil menembak tangan Konig dengan bantuan Tania. Ketika tertidur di pabrik kimia, Vasily tertidur dan tas snipernya dicuri oleh tentara Nazi. 

Tentara Nazi mengabari bahwa Vasily sudah tewas dan berniat mengirim Konig pulang. Konig nggak percara bahwa Vasily sudah tewas.

Nazi mengambil kalung identitas Konig agar identitas Konig nggak dapat ditemukan kalau dia tewas. Konig memberi tahu Sasha keberadaannya dengan harapan kabar itu akan disampaikan pada Vasily. 

Vasily dan Tania menghampiri stasiun, lokasi yang disampaikan oleh Sasha. Konig berada di tempat yang sama dan bersiap menghabisi Vasily. Sebelum melakukannya, dia membunuh Sasha setelah mengetahui sang anak juga bekerja untuk Soviet.

Setelah membunuh Sasha, Konig menggantung tubuh sang anak untuk memancing Vasily. Akankah Vasily berhasil membunuh Konig? Bagaimana juga konfliknya dengan Danilov?

Penggambaran Perspektif Perang yang Unik

perspektif perang unik_

Enemy at the Gates mengambil cerita berdasarkan buku berjudul Enemy at the Gates: The Battle for Stalingrad karya William Craig.

Buku itu menceritakan kisah nyata tentang seorang penembak jitu Soviet bernama Vasily Zaitsev. Hasilnya di film ini kita bisa menyaksikan cara Jean-Jacques Annaud menafsirkan cerita dari buku tersebut.

Film ini memberikan perspektif unik tentang perang. Perang disajikan seperti sebuah permainan. Masing-masing pihak bukan hanya ingin membunuh tentara musuh, melainkan juga merusak moral.

Karakter Koulikov dimunculkan bukan hanya dengan penggambaran dia orang yang kompeten, melainkan mencoba merusak moral Konig. Konig akan berhadapan langsung dengan orang yang pernah jadi muridnya.

Perang menjadi lebih mengerikan karena ada kemungkinan mereka yang gugur nggak akan memiliki kuburan dan diakui sebagai pahlawan.

Pilihan itulah yang diambil oleh Konig, merasa dia merasa harus menunaikan tugas untuk negaranya. Pasalnya, dia punya kenangan buruk setelah kehilangan anak lelakinya ketika baru ditugaskan ke medan perang.

Subplot Cinta Segitiga 

cinta segitiga_

Pada first act Enemy at the Gates, kita bisa jadi menangkap bahwa pertarungan Soviet melawan Nazi dan sekutu merupakan perang ideologi.

Soviet dengan komunismenya melawan Jerman dengan Nazisme-nya. Hal itu yang membuat Danilov membuat berbagai propaganda untuk melecut semangat para tentara Soviet. Perang ideologi dan dua sniper berkemampuan luar biasa sedikit bergeser di second act. 

Ketika mulai memasuki second act cerita mulai dibumbui dengan adanya subplot cinta segitiga yang melibatkan Vasily, Danilov dan Tania.

Dengan film berlatar cerita nyata, kisah cinta segitiga ini layak diragukan kebenarannya walau tetap masuk akal karena mungkin saja terjadi. Kisah yang terlampau klise ini cukup menganggu fokus yang seharusnya berpusat pada perang.

Annaud dan Alain Godard seperti terlanjur terlalu ingin menyertakan subplot romansa. Konklusinya yang dihubungkan dengan plot utama nggak serta-merta membuat subplot ini merupakan contoh keputusan yang tepat.

Rasanya seperti ada kebingungan akan membawa konflik ke arah mana tapi karakter Danilov harus tetap ada.

Vasily melawan Konig yang Intens

visily melawan konig_

Secara pendalaman karakter, Enemy at the Gates berhasil memberikan kesempatan pada para karakternya untuk menjelaskan siapa mereka. Vasily dilatih menembak sejak kecil. Tania punya basic militer.

Danilov bergerak di bidang media massa dan berperan besar dalam membentuk propaganda. Pun karakter Konig yang dibuat meyakinkan dengan latar belakangnya sebagai kepala sekolah di sekolah sniper.

Pertempuran Vasily melawan Konig adalah nyawa dari film ini. Kedua orang yang merepresentasikan Soviet melawan Nazi itu nggak pernah bertemu secara langsung tapi bertarung dalam kondisi keduanya berjauhan.

Memasuki third act pertemuan keduanya menjadi sangat intens, beberapa pertemuan sebelumnya bisa dibilang sebagai preview.

Secara sinematografi, film ini bisa membuat Stalingrad benar-benar terlihat mengerikan dengan banyak reruntuhan bangunan.

Ketika adegan Vasily melawan Konig pun, pergerakan kamera seolah-olah bisa membuat kita deg-degan dengan mereka mengendap-ngendap, mencari sudut, sampai mengukur waktu yang tepat untuk menembak. 

Enemy at The Gates tampil meyakinkan di awal, lesu di second act kemudian diangkat sekuat mungkin di third act. Subplot cinta segitiga sepertinya bisa dikemas lebih baik walau pada akhirnya memberi konklusi pada plot utama.

Durasi selama 131 menit terasa terlalu panjang untuk sebagian orang, tapi bukan masalah kalau kamu suka film perang. Film perang paling seru menurut kamu apa nih? Kasih tahu di bawah yuk!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram